SATU
DI DALAM kamar yang diterangi dua obor itu, di atas tempat tidur kayu tergeletak menelentang seorang perempuan. Wajahnya yang cantik tertutup oleh keringat serta kerenyit menahan sakit. Dari mulutnya terus menerus keluar suara erangan, ditingkah desau nafas yang membersit dari hidung.
Perempuan ini memiliki perut besar luar biasa, tertutup sehelai kain rajutan terbuat dari rumput kering. Ketika pandangannya membentur sosok nenek dukun beranak yang hendak menolong melahirkannya, dua mata perempuan itu membeliak besar. Dari mulutnya keluar gerengan seperti suara gerengan babi hutan.
"Tua bangka buruk! Siapa kau?!"
Lahambalang, suami perempuan yang hendak melahirkan itu cepat mendekat dan berkata. "Wahai istriku Luhmintari, nenek Luhumuntu ini, dia dukun beranak yang akan menolongmu melahirkan...."
"Menolong aku melahirkan." Sepasang mata perempuan di atas ranjang kayu semakin membesar dan wajahnya bertambah beringas. "Siapa yang akan melahirkan?! Aku tidak akan melahirkan!"
"Tenanglah Luhmintari. Orang akan menolongmu...."
"Aku tidak akan melahirkan! Aku tidak butuh pertolongan' Tidak akan ada apapun yang keluar dari perutku. Tidak akan ada bayi yang keluar dari rahimku! Kau dengar wahai Lahambalang?! Kau dengar nenek buruk dukun beranak celaka?!" Habis membentak seperti itu Luhmintari tertawa panjang. Luhumuntu, si nenek dukun beranak jadi merinding.
Dia dekati lahambalang lalu berbisik. "Suara istrimu kudengar lain Tawanya kudengar aneh...."
Baru saja si nenek berkata begitu tiba-tiba dari perut besar Luhmintari terdengar suara gerangan keras. Bersamaan dengan itu di kejauhan terdengar pula suara lolongan anjing hutan. Si dukun beranak Luhumuntu tarik rumput kering yang menutupi tubuh Luhmintari. Begitu perut yang hamil besar itu tersingkap, si nenek langsung tersurut. Lahambalang sendiri keluarkan seruan tertahan lalu mundur dua langkah!
Lazimnya perut perempuan hamil, biasanya menggembung besar dan licin. Namun yang dilihat oleh Luhumuntu dan Lahambalang adalah satu perut yang didalamnya seperti ada puluhan duri. Permukaan perut Luhmintari tampak penuh tonjolan-tonjolan runcing dan tiada hentinya berdenyut bergerak-gerak mengerikan!
Seumur hidup baru kali ini dukun beranak itu melihat perut yang keadaannya seperti itu.
"Demi Dewa dan Peri!" ujar Lahambalang dengan suara tergetar "Apa yang terjadi dengan istriku! Mengapa perutnya seperti ini?!"
Dukun beranak Luhumuntu angkat tangan kirinya.
"Lahambalang, istrimu segera akan kutangani. Harap kau cepat keluar dari kamar ini."
"Nenek Luhumuntu, kalau boleh aku ingin menungguinya sampai dia melahirkan..." kata Lahambalang pula.
"Keluar!" teriak Luhumuntu.
Mau tak mau Lahambalang keluar juga dari kamar itu. Si nenek segera membanting pintu. Ketika dia melangkah mendekati tempat tidur kembali Luhmintari perlihatkan tampang beringas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...