154. Insan Tanpa Wajah

4.6K 85 5
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

GURUN Tengger siang terik panas membara. Hari itu hari ke 305, merupakan hari terakhir dari tapa samadi yang dilakukan Cakra Mentari di atas pohon tanjung besar yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. 

Sekujur tubuhnya mulai dari rambut sampai ke kaki memutih tertutup lapisan debu gurun pasir. Sekian ratus hari dia duduk tidak bergerak, bahkan seolah tanpa bernafas di atas pohon tanjung yang menghadap ke utara. 

Setiap hari, tepat pada pertengahan siang, sekuntum bunga tanjung melayang jatuh ke arah kepalanya, secara gaib masuk ke dalam tubuh lewat ubun-ubun. Itulah satu-­satunya makanan sekaligus minuman yang memberi kehidupan pada Cakra Mentari.

Perlahan-lahan matahari bergerak menuju titik tertingginya. Menjelang bola penerang jagat itu mencapai titik kulminasinya, sekujur tubuh Cakra Mentari tampak bergetar. Ada hawa dingin aneh menyelimuti, membuat tubuh pemuda itu mengeluarkan asap tipis yang memancarkan cahaya kebiruan. Sekuntum bunga tanjung luruh, melayang jatuh masuk ke dalam kepalanya. Itulah kuntum bunga yang ke 305, merupakan makanan terakhir di penutup tapa samadinya.

Tiba-tiba di arah timur muncul satu titik putih, bergerak ke arah pohon tanjung besar di tengah gurun pasir Tengger. Saat demi saat noktah putih ini berubah besar dan ketika hanya tinggal puluhan langkan dari pohon di mana Cakra Mentari berada, benda yang tadi berupa titik itu kini membentuk sosok seorang berpakaian selempang kain putih.

Hebat luar biasanya bahkan boleh dikata mengerikan orang ini tidak memiliki wajah, tidak mempunyai muka, licin polos dan rata tanpa mata dan alis, tanpa hidung maupun mulut. Kepala ditumbuhi rambut putih menjulai panjang. Dagu digantungi janggut putih melambai. Hanya itu yang merupakan satu-satunya pertanda bahwa makhluk aneh ini telah berusia lanjut.

Samar-samar di tangan kanannya si muka rata ini memegang sebuah tongkat emas yang ujung atasnya berbentuk lingkaran dihias berbagai permata aneka warna. Seperti tertulis pada halaman pertama Kitab Jagat Pusaka Alam Gaib hanya Cakra Mentari seorang yang bisa melihat pohon tanjung di gurun pasir Tengger itu.

Kalau kini ada makhluk lain yang mampu mengetahui keberadaan pohon tanjung tersebut, maka berarti dia adalah seorang yang luar biasa ilmu kesaktiannya. Makhluk ini melesat ke atas pohon. Seolah seringan kapas dia berdiri di pucuk pohon paling atas, tatapkan wajah polos ke arah sosok Cakra Mentari yang duduk di cabang pohon di bawahnya. Tongkat emas dimelintangkan di depan dada.

"Duabelas purnama telah berlalu. Satu tahun pertama telah berakhir. Aku masih harus menunggu duabelas purnama lagi. Setelah itu semua akan berada di tanganku..." Wajah licin itu pancarkan cahaya merah. Tangan yang memegang tongkat emas diajukan ke bawah, ke arah Cakra Mentari. Saat itu juga melesat sinar kuning, membungkus tubuh pemuda itu beberapa ketika lalu lenyap. Di lain kejap makhluk tanpa wajah tidak kelihatan lagi di atas pohon. Hawa dingin yang sejak tadi menyelimuti tubuh Cakra Mentari kini lenyap, begitu pula cahaya kebiruan yang membungkusnya ikut sirna.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang