SATU
Malam hari di satu pekuburan dekat Candi Pawan.
Bidadari Angin Timur sesaat masih menatap wajah cantik gadis bermata biru di hadapannya. Setelah itu tanpa bicara dan menunggu lebih lama dia segera berlalu, membuat rasa tidak enak dalam hati orang yang ditinggalkan.
Ratu Duyung menghela nafas dalam. "Kukira sejak pertemuan terakhir hatinya benarbenar polos terhadapku. Agaknya dia masih menyimpan ganjalan..."
Ratu Duyung menghela nafas dalam. "Kukira sejak pertemuan terakhir hatinya benarbenar polos terhadapku. Agaknya dia masih menyimpan ganjalan..."
Sambil berkata sendirian seperti itu Ratu Duyung melirik ke lubang yang terkuak akibat dijebol kaki Bidadari Angin Timur.
Bola mata biru sang Ratu mendadak membesar. Tanah kubur yang kini membentuk lobang itu dilihatnya bergerak-gerak, seolah ada sesuatu yang hidup di bawah permukaannya. Ratu Duyung mengerenyit, bungkukkan badan sedikit. Memperhatikan lebih tajam, tak berkesip. Tiba-tiba satu tangan mencuat keluar dari dalam makam. Ratu Duyung terpekik keras. Nyawanya serasa terbang dan tubuhnya laksana didorong sampai tiga langkah ke belakang.
Tangan yang mencuat dari dalam kubur itu adalah sebuah tangan kiri. Keluar makin panjang, bergerak naik ke atas. Lalu muncul menyeruak sebuah bahu. Bahu ini bergerak pula ke atas, tangan yang menjulur mengapai-gapai. Tanah kuburan mumbul naik ke atas, terbelah menguak. Bersaman dengan itu satu sosok entah masih bernama manusia entah setan melesat keluar dibarengi suara jeritan dahsyat!
Ratu Duyung terpekik, tersurut hampir jatuh duduk di tanah. Dua bola matanya terpentang lebar. Walau diketahui dia adalah seorang gadis sakti berkepandaian tinggi, namun menyaksikan apa yang ada di hadapannya, tengkuknya terasa dingin. Sekujur tubuhnya dijalari rasa takut luar biasa. Tangan kanannya serta merta bergerak ke pinggang, memegang gagang cermin sakti. Bersikap waspada terhadap makhluk aneh mengerikan di atas lubang kuburan.
Di hadapan Ratu Duyung saat itu tegak satu makhluk berujud nenek luar biasa menyeramkan. Dia mengenakan sehelai jubah hijau yang tak pantas lagi disebut pakaian karena tersingkap robek di sana-sini. Selain itu tubuhnya mulai dari rambut sampai ke kaki tertutup tanah kuburan. Kulit muka, dada dan perutnya yang tidak tertutup tanah memutih mengelupas. Hidungnya hanya merupakan satu gerumpungan besar. Lalu mata kanannya hanya berbentuk satu rongga lebar, sebagian tersumpal tanah kuburan.
Makhluk ini tidak memiliki tangan kanan alias buntung. Tetapi di keningnya menempel satu potongan tangan yang ternyata adalah kutungan tanan kanannya sendiri!
Ratu Duyung tidak dapat memastikan makhluk apa sebenarnya yang ada di depannya saat itu. Jika manusia, mengapa keadannya seperti itu. Kalau setan apa perlunya mendekam di dalam makam lalu unjukkan diri!
Makhluk yang dua kakinya masih berada sebatas betis di dalam tanah kuburan itu gerakkan tangan kiri untuk membuang tumpukan tanah yang menutupi mata kirinya. Mata yang cuma satu itu lalu bergerak liar jelalatan. Sepertinya dia masih belum melihat atau belum menyadari kalau ada Ratu Duyung tegak dalam gelap, beberapa langkah di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...