SATU
Dalam episode sebelumnya (Sang Pemikat) diceritakan setelah mengalami kesembuhan dari penyakit kelainan darah, Pendekar 212 Wiro Sableng, secara diamdiam meninggalkan rumah panggung tempat dia dirawat. Namun kepergiannya diketahui dan diikuti Purnama. Lenyapnya kedua orang itu kemudian membuat semua orang yang ada dirumah panggung menjadi heboh. Berbagai dugaan dan prasangka muncul. Walau bergurau Naga Kuning bocah sakti bermulut jahil sempat mengatakan janganjangan Purnama membawa Wiro untuk diuji kejantanannya.
Setelah memeriksa lewat cermin sakti Ratu Duyung membagi orangorang yang ada ditempat itu menjadi dua rombongan. Dia bersama Naga Kuning dan Gondoruwo Patah Hati mencari dan mengejar Pendekar 212. Sesuai ucapan Wiro dan petunjuk lewat cermin pendekar itu memang tengah menuju ke Gunung Gede tempat kediaman gurunya, Eyang Sinto Gendeng. Agaknya dia telah berbulat tekad hendak meninggalkan rimba persilatan dan menjadi seorang pertapa.
Setan Ngompol dan Ki Tambakpati diminta mencari Purnama, gadis dari Latanahsilam, negeri 1200 tahun silam. Di dalam cermin sakti tidak terlihat petunjuk keberadaan Purnama. Kemungkinan kesaktian yang dimilikinya bisa menutup diri dari daya tangkap cermin milik ratu Duyung.
Setan ngompol dan Ki Tambakpati berhasil menemui Purnama. Gadis ini berada dalam keadaan terpendam di tanah akibat ilmu kesaktian Menyusup Bumi Menghancur Bala yang dikeluarkannya ketika menghadapi serangan mahluk jahat tanpa wajah berhasil dikunci lawan. Setelah diselamatkan Purnama mengajak kedua kakek mengejar Wiro ke Gunung Gede. Mencegah pendekar itu melaksanakan niatnya hendak menjadi pertapa. Namun Ki Tambakpati enggan ke Gunung Gede karena ingin membangun gubuknya yang hancur dan menyiapkan peralatan pengobatan yang dulu dimusnahkan oleh orangorang Kerajaan. Setan Ngompol sendiri lebih mementingkan mencari Liris Biru yang tengah mengejar Cakra Mentari ke Kuto Gede. Dia yakin gadis itu dalam bahaya besar. Walau Ratu Duyung merasa agak kecewa ketiga orang itu akhirnya berpisah.
Keesokan harinya saat matahari terbit ketika Purnama tengah mandi di sebuah kali kecil mendadak muncul seorang berjubah dan bersorban hitam, memiliki mata kanan yang hanya merupakan rongga besar mengerikan. Orang berwajah putih, memiliki kumis dan janggut serta cambang bawuk hitam berkilat ini mengaku bernama Deewana Khan. Dia menyerahkan dua buah kitab pada Purnama. Kitab pertama sebuah kitab yang keadaannya rusak hangus karena habis terbakar, dikatakan sebagai Kitab Jagad Pusaka Dewa yang asli. Kitab kedua merupakan salinan dari kitab Jagad Pusaka Dewa, berbentuk utuh namun mata biasa tidak mampu melihat dan membaca isinya. Seseorang harus bertapa 100 hari 100 malam untuk memiliki kemampuan membaca isi kitab itu.
"Kitab yang terbakar ini masih ada beberapa bagian halaman yang utuh. Serahkan dua kitab ini pada Pedekar Dua Satu Dua Wiro Sableng."
Kejut Purnama bukan alang kepalang mendengar ucapan Deewana Khan. Lebih terkesiap lagi sewaktu lelaki berjubah itu berkata. "Pemuda kepada siapa seharusnya kitab ini diberikan telah tersesat jatuh ke tangan insan jahat dan akhirakhir ini telah menimbulkan malapetaka bejat berupa pemerkosaan dan pembunuhan mengerikan di negeri ini. Insaninsan jahat itu hanya bisa dibasmi berdasarkan petunjuk rahasia dalam kitab yang terbakar. Dewa mengetahui hanya Pendekar Dua Satu Dua yang mempu membuka petunjuk rahasia dalam kitab."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...