141. Kematian Kedua

6.2K 95 14
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

DENGAN mengubah diri menjadi asap, Bunga si gadis alam roh, berhasil menyelinap masuk ke dalam bukit batu markas barisan manusia pocong lewat sebuah celah sehalus rambut. Suara genta mendadak menggema mengguncang seantero tempat. 

Menyadari bahwa kemunculannya telah diketahui penghuni 113 Lorong Kematian, dia harus bertindak cepat. Bau setanggi mendadak memenuhi ruangan. Lalu satu suara halus mengiang di telinga Bunga.

"Roh dari alam gaib. Kau datang membawa bencana. Terima kematianmu sebelum kau menimbulkan malapetaka!"

Bunga tidak tinggal diam. Dia segera menyahuti suara yang datang dari jauh itu.

"Bencana ada dalam hatimu. Malapetaka ada dalam benakmu! Aku datang membawa kebaikan.

Aku akan bertindak sebagai juru nikahmu. Untuk melepas kau agar bisa kembali bebas ke alam asal.

Dunia bukan tempat tinggalmu. Di dalam lorong ada manusia jahat memperalat dirimu!"

"Ahai! Pandai sekali kau mengeluarkan ucapan.

Hanya perintah Yang Mulia Ketua yang harus dilaksanakan! Hanya Yang Mulia Ketua seorang yang wajib dicintai! Aku mau lihat apakah kau masih bisa berkata-kata sesudah aku menjatuhkan kematian kedua padamu!"

Bunga terkesiap mendengar ucapan dari kejauhan itu. Bukan perihal kematian kedua atas dirinya, tapi kata-kata menyangkut diri Yang Mulia. "Apakah mahluk bernama Sang Ratu itu telah bercinta dengan Ketua Barisan Manusia Pocong? Apakah Sang Ketua telah menggauli dirinya? Celaka kalau hal itu sampai terjadi!

Berarti dia telah menguasai ilmu kesaktian luar biasa dahsyatnya!"

Bunga tak sempat berpikir lebih jauh. Dari arah lorong di depannya bertiup serangkum angin.

Menyusul muncul cahaya kuning menggidikkan.

Bunga cepat rapatkan dua telapak tangan di atas kepala. Mulut terkancing rapat, Sepasang mata menatap tajam ke arah cahaya kuning yang datang menyambar. "Roh alam gaib, aku mewakili semua roh dari alammu. Berikan seluruh kekuatan dan kesaktianmu padaku! Hancurkan pintu itu!"

Bunga gerakkan tangan kanan ke depan.

Sejenis bubuk menebar di udara. Bau harum setanggi semakin santar di tempat itu. Dari jauh mendadak terdengar suara pekikan.

Sosok bunga laksana kilat berubah menjadi asap dan melesat ke atas. Di ujung lorong kemudian terdengar satu teriakan keras.

"Jangan! Aahh!"

Ada satu kekuatan berusaha mencegah tapi terlambat. Cahaya kuning berkiblat. Cahaya maut yang seharusnya menghantam Bunga, lolos lalu melabrak dinding batu. Tebaran setanggi yang melayang di udara berubah menjadi percikan bunga api terang benderang.

Bumm! Byaarr!

Satu letusan keras berdentum mengguncang bukit batu. Dinding batu di depan sana hancur berantakan. Sebuah lobang berbentuk pintu empat persegi panjang terpentang.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang