SATU
PULAU Watu Gilang di pantai Parangkusumo. Dua bukit karang menjulang tinggi di kegelapan malam.
Pendekar 212 Wiro Sableng yang baru saja menabas putus leher Patih Kerajaan Wira Bumi mengusap kuduk yang terasa dingin mengkirik. Bulu roma merinding. Dia merasa ngeri sendiri.
"Edan, kalau dia tidak mempergunakan ilmu setan, tidak menyamar Jadi Nyi Retno Mantili untuk merampas bayi Itu, aku mungkin tidak akan membunuhnya! Aku sekarang Jadi pembunuh! Pembunuh Patih Kerajaan!
PikanUrusan lagli, Perkara lagi! Geblek! Sial."
Murid Sinto Gendang menggaruk kepala, memandang sekeliling pulau yartg diterangi belasan obor. Di pantai Parangtritis dan Parangkusumo ratusan orang berdatangan untuk merayakan malam Satu Suro.
Biasanya mereka Juga menyeberang ke pulau Watu Gilang. Namun karena ombak di laut sedang besar, sampai saat itu belum ada seorangpun yang datang.
"Waktu aku bertemu perempuan itu bersama boneka kayunya di Bantul, dia berjanji akan datang menemuiku di pantai Parangtritis pada malam Satu Suro Ini. Yang datang ternyata Wira Bumi, merubah diri Jadi Nyi Retno Mantili. Berarti yang kutemui di Bantul sejak semula memang bukan Nyi Retno Mantili yang asli. Edan! Lalu sekian lama dimana perempuan itu bersembunyi. Ah, aku tidak yakin dia sembunyi. Mungkin pergi ke satu tempat. Apa dia benar-benar marah padaku?" Wiro terdiam sejenak. Dadanya mendadak berdebar oleh rasa kawatlr ketika hatinya berucap. "Jangan-jangan Nyi Retno telah dibunuh Wira Bumi atau gendaknya yang bernama Nyai Tumbal Jiwo itu."
Kalau saja saat itu dua nenek sakti yaitu Nyai Roro Manggut dan kembaran ke tiga Eyang Sepuh Kembar Tilu masih ada bersamanya Wiro mungkin bisa bicara bertukar pendapat dan pikiran. Sayang mereka telah menyeberang ke Parangtritis untuk melihat keramaian malam Satu Suro. Wiro akhirnya pergi ke pantai, ke tempat dimana dia sebelumnya meninggalkan perahu di bagian selatan pulau.
Ketika sampai di perahu dan hendak mengambil kayu pendayung mendadak dia melihat seorang perempuan muda cantik jelita, berpakaian sangat seronok berbaring meneientang di lantai perahu. Dua tangan dan kaki dikembang, diletakkan di atas pinggiran perahu. Tubuhnya nyaris tersingkap di setlap bagian.
Betul-betul menggoda! Namun murid sinto gendeng tenang saja. Dia sudah banyak pengalaman dengan hal dan kejadian seperti Ini. Wiro tidak mengenal siapa adanya si cantik ini.
"Kau siapa?" tanya Pendekar 212, Dia berpikir jangan-jangan mahluk jejadian lagi.
Yang ditanya tersenyum. Giginya tampak rata dan putih.
"Namaku Nyi Wulas Pikan..."
"Nama bagus. Tapi aku tidak mengenalmu. Apakah kau mengenalku sebelumnya?"
"Tentu saja aku mengenalmu," jawab si cantik.
"Bahkan mulai malam ini kau telah menjadi kekasihku. Pengganti Wira Bumi yang telah kau bunuh..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...