SATU
PENDEKAR 212 Wiro Sableng memandang seputar telaga lalu berpaling pada nenek muka kuning di sampingnya yang tegak setengah termenung dan unjukkan wajah muram.
"Nek, kau yakin memang di sini Hantu Langit Terjungkir berada sebelumnya?"
Si nenek muka kuning yang bukan lain adalah Hantu Selaksa Angin Alias Hantu Selaksa Kentut dan bernama asli Luhpingitan tidak segera menjawab.
Sepasang matanya yang kuning menyapu seantero telaga. Sambil pandangi air telaga yang bening kebiruan dari mulutnya keluar suara mendesah.
"Lasedayu... Lasedayu, dimana kau...?"
Nenek ini kemudian berpaling pada Pendekar 212 Wiro Sableng.
"Aku tidak keliru. Walau dulu otakku mungkin tidak karuan tapi aku yakin.
Di tempat ini Lasedayu dan Si Penolong Budiman berada sebelumnya. Kau lihat saja, di sebelah situ masih ada bekas-bekas kayu perapian. Lalu di seberang sana..." Si nenek menunjuk ke arah seberang telaga. "Itu pohon rimbun tempat aku mendekam bersembunyi mendengarkan pembicaraan mereka. Di situ aku mendengar Lasedayu berucap bahwa dia bersedia mengawini diriku... Sekarang mereka lenyap. Putus sudah harapanku..."
"Agaknya kita terlambat Nek. Mereka telah keduluan pergi, entah kemana...."
Luhpingitan tampak kecewa. "Puluhan tahun berpisah. Kemudian kami bertemu. Sayangnya saat itu jalan pikiranku masih tak karuan hingga aku tidak mengenali suami sendiri. Jangankan suami sendiri. Diriku sendiri aku tidak tahu siapa adanya! Kini setelah aku sadar, dia malah lenyap.
Sudah di depan mata, tinggal sepejangkauan. Namun...."
"Kau jangan berputus asa Nek. Kita akan mencarinya. Pasti bertemu...."
Luhpingitan arahkan pandangan kesebuah pohon lalu melangkah mendekati. Sambil mengusap batang pohon itu dia berkata. "Di batang pohon ini aku menempelkan tangannya yang patah. Beberapa hari setelah itu, ketika tulangnya bertaut kembali dan dagingnya yang luka menyembuh, selagi dia tertidur nyenyak dalam sirapanku, kusambungkan kembali tangannya. Saat itu kalau saja aku tahu dia adalah Lasedayu suamiku, tak akan kutinggalkan tempat ini... Si nenek geleng-gelengkan kepalanya. Dua bola matanya mulai berkaca-kaca. Setelah diam sejenak Luhpingitan lanjutkan kata-katanya.
"Entah mengapa perasaanku mendadak khawatir...."
"Aku mengerti apa yang kau khawatirkan Nek," kata Wiro.
"Lasedayu selalu kesepian selama puluhan tahun. Kau khawatir kalaukalau ada perempuan lain yang merayunya lalu dikawininya...."
"Setahuku Lasedayu bukan lelaki mata keranjang...." membela Luhpingitan. "Kalau dia memang tidak berjodoh lagi dengan diriku, apa boleh buat..."
"Ah, jangan beg itu Nek," kata Wiro sambil tertawa menggoda.
"Dengar Wiro. Aku khawatir satu hal karena aku ingat kata-kata guruku Datuk Tanpa Bentuk Tanpa Ujud. Dia mengatakan bakal terjadi satu peristiwa besar di Negeri Latanahsilam ini...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...