175. Sepasang Arwah Bisu

4.5K 86 5
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

PADA MALAM menjelang dini hari itu beberapa orang mendatangi Bukit Batu Hangus dimana Sri Maharaja Mataram berada bersama ratusan orang pengungsi, menyelamatkan diri dari Kotaraja yang tengah dilanda malapetaka.

Selagi Raja menunggu kedatangan Pendekar 212 Wiro Sableng yang di kalangan orang-orang Kerajaan disebut dengan nama Kesatria Panggilan, ternyata Sinuhun Muda Ghama Karadipa sampai lebih dulu. 

Dia datang dengan menyamar sebagai Pendekar 212 Wiro Sableng, membawa batu segi tiga putih palsu dengan niat sebenarnya bukan lain adalah untuk dapat menghabisi Raja Mataram secepat mungkin.

Namun niat jahat tersebut gagal dilaksanakan karena dihalangi oleh Sri Padmi Kameswari yang muncul dalam bentuk seekor anjing betina, bersama anaknya seekor anjing jantan. Kalau sang ibu berhasil menyelamatkan Raja Mataram dari serangan delapan sinar merah yang keluar dari batu segi tiga Putih di tangan Sinuhun Muda, maka anaknya, seekor anjing kecil jantan mampu pula menyelamatkan Ni Gatri.

Seperti diceritakan dalam "Rob Jemputan", meski Sri Padmi Kameswari berniat jahat terhadapnya, Raja Mataram bukan saja tidak membunuh perempuan itu, malah sewaktu sosok Sri Padmi Kameswari berubah menjadi seekor anjing betina yang bunting besar dan kesulitan dalam melahirkan anaknya, Raja bertindak menolong. Ada ubi ada talas. Ada budi ada balas.

Ternyata kini Sri Padmi Kameswari muncul kembali dalam ujud anjing betina dan menyelamatkan Raja Mataram dari serangan maut Sinuhun Muda walau dia sendiri menderita cidera cukup parah. Sekujur tubuh melepuh merah dan mengepulkan asap panas.

Sementara itu anaknya, anjing kecil jantan menolong Ni Gatri.

Sinuhun Muda juga batal menghabisi Sri Padmi Kameswari dengan Pukulan Delapan Sukma Merah. Ini terjadi setelah mendapat peringatan dan seorang anak lelaki yang tidak terlihat ujudnya karena muncul dalam bayangan cahaya kuning kemerahan, yang oleh Sinuhun Muda dipanggil dengan nama Sang Junjungan.

Setelah diperingatkan Sinuhun Muda baru menyadari kalau saat itu di leher anjing betina yang hendak dibunuhnya melingkar seuntai kalung emas besar. Emas merupakan benda pantangan bagi Sinuhun Muda Ghama Karadipa, juga bagi nyawa kembarannya yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah. Sebenarnya hanya sangat sedikit orang yang mengetahui kelemahan dua mahluk bernyawa kembar itu. Ini yang membuat Sinuhun Muda tersentak heran. Bagaimana mungkin Sri Padmi Kameswari yang kini berujud seekor anjing betina itu bisa mengetahui kelemahannya tersebut! Namun Sinuhun Muda saat itu tidak bisa berpikir panjang. Meski dia tidak merasa gentar tapi karena masih banyak urusan besar yang harus diselesaikan maka dia segera harus meninggalkan Bukit Batu Hangus. Dia bermaksud hendak menemui Sang Junjungan. Dia juga berharap nyawa kembarannya yaitu Sinuhun Merah Penghisap Arwah telah bertemu dengan Kesatria Roh Jemputan dan siap dengan rencana semula yaitu membunuh Pendekar 212 Wiro Sableng.

Pada saat Sinuhun Muda hendak bertindak pergi terjadilah satu kegemparan. Dari dalam gelap seorang perempuan melempar mayat Swara Pancala ke atas sebuah batu besar.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang