MATAHARI belum lama tenggelam. Kegelapan malam terasa begitu cepat menghantui permukaan bumi. Dalam waktu singkat kawasan bukit batu 113 Lorong Kematian tenggelam dalam kepekatan menghitam. Kesunyian yang menyelimuti tempat itu merubah suasanaseperti sunyinya pekuburan.
Sebelumnya tempat ini telah menjadi ajang ertempuran antara Pendekar 212 Wiro Sableng dan kawan-kawan melawan kelompok manusia pocong di bawah pimpinan Yang Mulia Ketua. Manusia jahat luar biasa ini kemudian diketahui ternyata Pangeran Matahari adanya. Musuh bebuyutan Pendekar 212 dan para tokoh silat golongan putih.
Ketika angin dari arah utara bertiup agak kencang dan debu yang membumbung ke udara tidak sanggup memecah kesunyian, sekonyong konyong seperti hantu laiknya, dari reruntuhan pintu rahasia di selatan 113 Lorong Kematian muncul satu sosok lelaki mengerikan. Orang ini nyaris tidak mengenakan pakaian. Kulit wajah dan tubuhnya yang bugil menghitam gosong. Di beberapa bagian kelihatan daging mengelupas kemera han. Rambut di atas kepala awut-awutan, kotor berdebu dan menebar bau sangit akibat terbakar.
Di tangan kanan, orang ini memegang sebuah bendera besar berbentuk segi tiga, bergagang besi berujung runcing, hampir menyerupai sebatang tombak. Sesekali dari mulutnya keluar suara erangan halus, mungkin tak tahan oleh rasa sakit pada sekujur tubuh yang melepuh. Selain itu setiap menghembuskan nafas, kepulan asap ke merahan keluar dari dua lobang hidung. Siapakah gerangan mahluk mengerikan ini? Dialah Pangeran Matahari! Seperti diceritakan dalam Episode sebelumnya (Kematian Kedua), di dalam rumah panggung beratap ijuk hitam yang terletak di bagian belakang 113 Lorong Kematian, Yang Mulia Sri Paduka Ratu (Puti Andini) hendak diperkosa oleh Wakil Ketua yang sesungguhnya adalah Yang Mulia Ketua dan bukan lain adalah Pangeran Matahari. Dengan menyebadani Sri Paduka Ratu, Pangeran Matahari akan berhasil menyedot seluruh tenaga dalam dan ilmu kesaktian luar biasa yang ada dalam diri Sri Paduka Ratu. Namun niat keji Pangeran Matahari tidak kesampaian. Karena di saat itu pula Bunga bersama Naga Kuning, Ratu Duyung, dan Gondoruwo Patah Hati datang menyerbu.
Pangeran Matahari menyambut serangan ke empat orang itu dengan dua pukulan sakti yaitu Gerhana Matahari dan Telapak Matahari. Rumah kayu langsung tenggelam dalam kobaran api lalu meledak hancur luluh. Yang Mulia Sri Paduka Ratu berhasil diselamatkan, namun Pangeran Matahari sendiri tanpa diketahui Wiro dan kawankawan melesat loloskan diri dari bangunan yang meledak dalam keadaan hampir keseluruhan tubuh hangus terbakar.
Manusia yang dijuluki Pangeran Segala Cerdik, Segala Akal, Segala Ilmu, Segala Licik, dan Segala Congkak ini, begitu berhasil setamatkan diri segera menyelinap masuk ke dalam 113 Lorong Kematian lewat pintu belakang. Dia tahu, kalaupun musuh-musuhnya melihat, mereka tidak akan berani memasuki lorong.Pangeran Matahari yang tidak memikirkan lagi keadaan dirinya, tidak berusaha mencari pakaian untuk menutupi aurat, yang perlu segera didapatkannya saat itu adalah bendera keramat yang ada di Ruang Bendera Darah. Setelah berhasil mendapatkan Bendera Darah, Pangeran Matahari duduk bersila di dalam lorong, mengatur jalan darah untuk mengurangi rasa sakit di sekujur badan. Sekaligus berusaha menguras habis hawa beracun yang ada dalam tubuhnya dengan cara meniupkan nafas panjang panjang berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...