SATU
GOA itu terletak di lereng timur Bukit Siangok. Bagian dalamnya berlapis batu-batu pualam. Bebatuan ini selain memancarkan cahaya terang juga mengeluarkan hawa sejuk di waktu siang dan menebar udara hangat di malam hari.
Siapa saja, bahkan lebih dari satu orang bisa tinggal di goa itu untuk jangka waktu lama karena tak berapa jauh dari goa terdapat sebuah perigi dangkal berair jernih. Di lereng di atas goa ada satu hutan kecil ditumbuhi berbagai pohon buah yang bisa dimakan. Selain itu Juga banyak berkeliaran ayam hutan yang tidak terlalu sulit ditangkap untuk dijadikan santapan.
Untuk mencapai goa yang terletak di bagian bukit terpencil ini jalan yang harus ditempuh cukup sulit. Penduduk beberapa dusun di sekitar kaki Bukit Siangok jangankan naik ke bukit, mendekat di sekitar kaki bukit saja tak ada yang berani. Konon di kawasan bukit banyak berkeliaran harimau besar. Terkadang binatang ini tidak muncul sendirian, ada kalanya berombongan atau anak beranak. Ada yang mempercayai kalau binatang-binatang buas itu merupakan peliharaan orang sakti. Namun siapa orangnya dan di mana tepat tempat kediamannya tidak diketahui. Penduduk hanya menduga-duga bahwa binatang buas itu adalah masih anak buah Inyiek Batino yang dikenal sebagai Ratu Sekalian Harimau Betina di tanah Minangkabau.
Menjelang pertengahan hari dari arah utara kelihatan empat orang berkelebat cepat. Salah seorang dari mereka berlari sambil memanggul sosok perempuan muda berbadan elok, berambut hitam terurai. Keempat orang ini ternyata menuju ke Bukit Siangok yang ditakuti penduduk beberapa dusun itu.
Dengan ketinggian ilmu kesaktian yang dimiliki, empat orang itu berlari secepat tiupan angin. Tidak selang beberapa lama mereka telah berada di lereng timur Bukit Siangok, di mana goa tadi berada.
"Ini tempat rahasia yang aku ceritakan." Berkata orang yang pertama sekali mencapai mulut goa. Orang ini berusia lebih setengah abad.
Mukanya aneh karena ditutupi bulu hitam di sebelah kanan dan bulu putih di bagian kiri. Baju serta celana galembong hitam yang dikenakannya kotor oleh debu dan selepotan tanah. Di pinggang orang ini tergantung sebilah pedang tapi cuma sarungnya saja yang ada.
Inilah Tuanku Laras Muko Balang, salah seorang tokoh utama yang terlibat dalam usaha mencari puteri Pangeran Tiongkok bernama Chia Swie Kim yang kemudian diberi nama Puti Bungo Sekuntum, digelari Kupu Kupu Giok Ngarai Sianok oleh Datuk Marajo Sati, Datuk Pucuk pimpinan Para Datuk Luhak Nan Tigo.
Seperti dituturkan dalam "Mayat Kiriman di Rumah Gadang", pedang sakti Al Kausar miliknya yang terbuat dari perak murni dan konon berasal dari tanah Arab terjatuh di tanah tak sempat diambilnya ketika terjadi perkelahian antara dirinya dengan Wiro dan Si Kamba Mancuang. Masih untung dia bisa melarikan diri selamatkan nyawa sekaligus memboyong Puti Bungo Sekuntum.
Akan halnya gadis cantik Puti Bungo Sekuntum, saat itu tergeletak dalam keadaan tertotok di panggulan bahu kiri seorang lelaki berdestar dan berpakaian serba merah yang bukan lain adalah Pandeka Bumi Langit Dari Sumanik. Rambut panjang hitam tergerai awut-awutan, wajah pucat dan dua mata tertutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
Aktuelle LiteraturWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...