SATU
KURA-KURA raksasa itu tengah melayang pesat ke arah utara dan siap menukik menuju satu kawasan di mana terletak sebuah goa disebut Goa Pualam Lamerah. Mendadak binatang ini keluarkan suara menguik keras. Di bawah sana, dari kelebatan rimba belantara tiba-tiba melesat satu cahaya putih. Kalau saja penunggangnya tidak cepat bertindak, menarik kepala kura-kura ke belakang niscaya kepala binatang itu akan hancur!
"Ada pembokong jahat di dalam rimba!" kata si penunggang kura-kura raksasa dengan rahang menggembung dan mata melotot tak berkesip. Dia adalah seorang gadis berparas cantik, rambut digulung di atas kepala, mengenakan pakaian berwarna Jingga. Gadis ini rundukkan kepalanya lalu berbisik pada binatang tunggangannya. "Laecoklat, lekas kau melayang turun ke arah timur lalu berballk dan terbang ke jurusan datangnya cahaya serangan tadi...."
Seolah mengerti kura-kura raksasa bernama Laecoklat itu kepakkan sayapnya demikian rupa hingga tubuhnya berputar ke arah timur. Di satu tempat kurakura terbang ini berbalik dan melesat ke bawah. Menjelang mendekati kawasan dari arah mana tadi ada cahaya putih menyambar, gadis cll atas kura-kura angkat tangan kanannya. "Aku mau tahu siapa yang kurang ajar berani mencari perkara!" Lalu gadis ini pukulkan tangan kanannya. Selarik sinar Jingga menggebubu.
Di bawah sana kelihatan daun-daun dan ranting pepohonan amblas bermentalan. Sebelum daundaun itu luruh ke tanah, kura-kura raksasa telah mendarat di satu tempat. Gadis di atasnya dengan cepat melompat turun lalu menyelinap sebat di antara pepohonan. Belum jauh bergerak, si gadis hentikan larinya. Mukanya merah mengetam pertanda geram. Dua tangannya dikepal. Dari mulutnya serta merta keluar suara bentakan.
"Memang sudah kuduga!! Kau rupanya biang racunnya! Tapi sungguh tidak kusangka! Bangsa Peri itu ternyata makhluk pengecut yang tega mencelakai orang dengan jalan membokong!"
Orang yang dibentak tertawa tawar. Sesaat dia usap kepala angsa raksasa di atas mana dia berada lalu melompat turun. Sambil rangkapkan dua tangannya yang bagus di atas dada, orang ini, yang adalah seorang gadis cantik bermata biru berkata dengan suara datar tenang-tenang saja.
"Gadis genit dan pongah Luhjelita! Wahai! Tak ada yang berlaku pengecut, tak ada yang berniat membokong! Kalau memang ada niat mencelakai pukulan sakti sinar putihku tadi pasti tak akan meleset!"
Mendengar ucapan orang, dara berpakaian Jingga jadi tambah penasaran. "Peri Angsa Putih! Katakan apa maumu?! Apa tamparanku beberapa waktu lalu masih kurang nyaman dan kau minta digebuk sekali lagi?!"
(Seperti dituturkan dalam serial Wiro Sableng sebelumnya berjudul antara Luhjelita dan Peri Angsa Putih telah terjadi bentrokan cukup hebat Luhjelita kemudian membawa Wiro dengan kura-kura terbangnya, meninggalkan Peri Angsa Putih dengan perasaan dendam penasaran. Dapat dimengerti kalau kini sang Peri menghadangnya di kawasan rimba belantara itu).
Peri Angsa Putih tertawa panjang. "Luhjelita, aku mencegatmu di tempat ini untuk menanyakan sesuatu. Kemana kau bawa pemuda asing bernama Wiro Sableng itu. Apa yang telah kau lakukan terhadapnya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
Ficción GeneralWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...