SATU
DI BALIK curahan air terjun Air Lajatuh tampak dua sosok mendekam tak bergerak. Mereka telah berada di tempat itu sebelum sang surya muncul menerangi bumi Latanahsilam. Dari sikap keduanya dapat diduga kalau mereka tengah menunggu sesuatu. Di langit awan pagi berarak biru. Dari arah timur serombongan burung melayang ke jurusan barat. Sosok di sebelah kanan mengusap wajahnya. Orang ini bertubuh besar kekar. Di pertengahan keningnya menempel sebuah benda menyerupai kaca sebesar kuku ibu jari kaki.
"Lagandrung, sejak dini hari kita berada di sini. Saat ini matahari sudah mulai tinggi. Orang yang kita tunggu belum juga muncul. Apa kau yakin dia akan datang ke sini?"
"Wahai adikku Lagandring! Jangan kau ragukan apa yang kuketahui dan kukerjakan. Sejak puluhan tahun, setiap pertengahan bulan ganjil Hantu Tangan Empat selalu datang ke tempat ini untuk membersihkan diri, berlangir bersiram air bunga. Sabarkan hatimu, kita tunggu saja. Dia pasti datang." menjawab orang di samping kiri Lagandring. Muka dan sosok tubuhnya sangat menyerupai Lagandrung karena mereka berdua memang adalah saudara kembar. Satu-satunya tanda yang membedakan sang kakak dari adiknya ialah kalau di kening Lagandring menempel kaca berwarna merah maka di kening Lagandrung melekat kaca berwarna putih.
"Yang membuat aku tidak sabar adalah hadiah yang menunggu kita di Istana Kebahagiaan. Si Luhsariam itu! Wahai! Wajahnya memang tidak seberapa cantik. Tapi belum pernah aku melihat gadis memiliki tubuh padat dan kencang seperti dia. Sewaktu penguasa Istana Kebahagiaan menyuruhku mengintai gadis itu ketika dia sedang mandi, rasanya mau kuterkam dia saat itu juga!"
Lagandrung tertawa mengekeh mendengar kata-kata adiknya itu. "Kalau urusan kita selesai dan kita membawa kepala orang itu ke hadapan penguasa Istana Kebahagiaan, jangankan satu Luhsariam, sepuluh gadis seperti dia bakal bisa kau dapatkan! Belakangan ini sang penguasa banyak gembiranya dan murah hati. Sebelum kita pergi aku sempat melihat sekitar selusin perempuan cantik, kebanyakan masih gadis-gadis diturunkan dari sebuah kereta besar di pintu gerbang Istana..."
Lagandring menyeringai dan basahi bibirnya dengan ujung lidah. "Nasib kita memang sedang baik. Diangkat penguasa Istana Kebahagiaan menjadi orang-orang kepercayaannya. Aku..."
Ucapan Lagandring terputus ketika dia melihat kakaknya membuat isyarat dengan gerakan tangan kanan. "Aku mendengar suara sesuatu..."
Lagandring pasang telinganya. Matanya menatap menembus curahan air terjun. "Aku belum melihat apaapa. Tapi telingaku memang menangkap sesuatu. Suara orang bersiul-siul. Agaknya orang itu bersiul sambil bergerak menuju ke arah air terjun ini. Wahai! Apakah orang yang kita tunggu punya kebiasaan bersiul-siul seperti itu?"
Lagandrung pasang telinganya baik-baik lalu gelengkan kepala. "Siulan itu bukan siulan biasa..."
"Membawakan nyanyian tidak karuan nada iramanya," kata Lagandring.
"Bukan itu yang aku maksudkan. Siulan itu mengandung tenaga dalam tinggi. Apa kau tidak merasakan gendang-gendang telingamu bergetar dan semilir angin seperti berubah arah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...