SATU
.
SEORANG diri di puncak Bukit Menoreh pada malam bulan purnama. Setelah ditinggal Kakek Segala Tahu yang memberi petunjuk padanya cara menyelamatkan Bunga dari sekapan guci tembaga Iblis Kepala Batu.
Pendekar 212 sebenarnya tengah menunggu kedatangan tiga gadis cantik. Mereka bukan lain adalah Ratu Duyung, Anggini dan Bidadari Angin Timur. Ada beberapa hal yang perlu segera ditanyakan Wiro pada tiga gadis itu. Selain itu sesuai petunjuk Kakek Segala Tahu dia akan menanyakan perihal Nyi Roro Manggut pada Ratu Duyung.
Menurut Kakek Segala Tahu hanya perempuan sakti yang diam di dasar samudera itu pemilik satu-satunya ilmu kesaktian yang mampu menolong Bunga keluar dari sekapan guci tembaga. Namun lain yang ditunggu lain yang muncul. Sepasang kakek nenek bertampang dan berdandanan aneh laksana setan malam berkelebat seperti angin dan tahu-tahu sudah tegak berdiri di hadapan Pendekar 212 Wiro Sableng. Orang pertama seorang nenek bertubuh tinggi. Wajahnya yang keriputan tertutup dandanan medok.
Alis kereng hitam, bibfr merah mencorong, bedak tebal dan dua pipi diberi merah-merah. Murid Sinto Gendeng tidak kenal dan tidak pernah melihat nenek ini sebelumnya. Namun dari dandanan serta matanya yang melirik liar dan bibir yang selalu melemparkan senyum genit, pendekar kita maklum kalau si nenek bukan perempuan baikbaik. Orang kedua seorang kakek, bungkuk berpakaian rombeng dekil.
Mukanya seputih kain kafan! Inilah yang membuat Pendekar 212 Wiro Sableng kaget setengah mati karena dia mengenal kakek itu adalah Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat, mahluk jahat yang dikenal sebagai dedengkot golongan hitam, guru Pangeran Matahari, musuh bebuyutan Wiro. Saking tidak percaya Wiro sampai mengusap matanya berulang kali.
"Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat!" Wiro menyebut julukan si kakek dengan suara bergetar. "Bukankah jahanam satu ini sudah mati di tangan sahabatku Bujang Gila Tapak Sakti sewaktu terjadi pertempuran hebat di Pangandaran? Bagaimana mungkin dia bisa hidup kembali dan muncul di sini! Gila!"
Memang melihat wajah dan dandanan si kakek, semua orang yang pernah melihat atau mengenal pasti akan menyangka dia adalah Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat. Lalu bagaimana kejadiannya kakek yang sudah menemui ajal ini bisa hidup kembali dan muncul bersama nenek berdandanan tak karuan itu?
Semasa hidupnya Si Muka Bangkai mempunyai seorang kekasih bernama Nyi Ragil, tinggal di Tawangalu. Itu sebabnya perempuan itu dikenal dengan nama Nyi Ragil Tawangalu. Setelah Si Muka Bangkai menemui kematian, duka cita Nyi Ragil begitu mendalam hingga dia tergeletak sakit selama berbulan-bulan. Dalam keadaan begitu rupa seorang kakek menyambanginya. Begitu melihat wajah kakek ini langsung Nyi Ragil mendapat kekuatan aneh dan sakitnya mendadak pulih. Dia bisa bangkit dari sakitnya, duduk di tepi pembaringan, menatap kakek di hadapannya dengan mata tak berkesip. Ternyata kakek itu memiliki wajah dan bentuk tubuh menyerupai Si Muka Bangkai.
"Kekasihku Muka Bangkai... Kau... benar dirimukah yang ada di hadapanku saat ini? Kau masih hidup...?"
Si kakek tersenyum. Bahkan senyum itupun sama seperti senyum Si Muka Bangkai! Dia menggeleng lalu berkata. "Banyak orang yang menduga seperti dirimu. Aku bukan Si Muka Bangkai. Aku Suro Ageng Kalamenggolo. Adik kembaran Si Muka Bangkai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian Tito
General FictionWiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang terkenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng...