79. Ninja Merah

7.3K 112 2
                                    

ARTI KATA-KATA JEPANG DALAM KISAH INI:Ninjato = Pedang khas yang biasa menjadi senjata ninjaKusarigama = senjaja berupa rantai dengan uiung pisau bentuk ganco, ujung lain diberi bandulan besiTatami = alas lantai berbentuk persegi empatShinobi = se...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ARTI KATA-KATA JEPANG DALAM KISAH INI:
Ninjato = Pedang khas yang biasa menjadi senjata ninja

Kusarigama = senjaja berupa rantai dengan uiung pisau bentuk ganco, ujung lain diberi bandulan besi

Tatami = alas lantai berbentuk persegi empat

Shinobi = sebutan asli untuk ninja

Shuriken = senjata rahasia yang dilemparkan, kebanyakan berbentuk bintang, ada yang beracun

shakuhachi = suling dari bambu

shamisen = instrumen musik memiliki tiga buah senar

seppuku = bunuh diri secara terhormat

Sake = minuman keras khas Jepang (sejenis anggur dari beras)

donburi = nasi dalam mangkok

gaijin = orang asing

geisha = wanita pelayan pada tempat-tempat tertentu terkadang juga menjadi penghibur)

katana = pedang panjang

ninjutsu = ilmu bela diri

hai! = Ya!, siap!, baik!

Doyo/Dojo = tempat berlatih silat (ruang tertutup)

inezumi = rajah atau tato

sensei = guru

SAAT itu telah memasuki musim semi. Namun udara dingin masih terasa mencucuk dimana-mana.

Salju tipis masih tampak menyapu puncak-puncak pepohonan, juga pada kuntum-kuntum bunga Sakura Yang pucuk-pucuknya mulai mengembang.

Jauh di sebelah Timur Kioto terdapat sebuah bukit kecil.

Saat itu baru taja lewat tengah malam. Dalam gelap dan dinginnya udara tiga sosok berpakaian dan bertutup kepala serba hitam bergerak cepat menuju puncak bukit.

Di punggung masing-masing menyembul hulu ninjato.

Lalu pada pinggang mereka tergantung kusarigama.

Mereka tidak mengikuti jalan batu Yang berliku-liku melainkan mengendap dan berkelebat di balik semak belukar dan pepohonan.

Puncak bukit merupakan kawasan perumahan Perguruan Emerarudo atau Perguruan Zamrud. Ke tempat inilah agaknya tiga orang itu tengah menuju.

Di dalam salah satu ruangan pada sebuah bangunan di puncak bukit seorang lelaki berusia setengah abad duduk di lantai sedang tekun membaca sebuah kitab tebal. Kantuknya yang tadi sempat menyerang terpupus sirna oleh daya tarik kitab yang tengah dibacanya.

Orang ini mengenakan kimono tebal berwarna biru tua. Pada bagian dada kimono sebelah kanan tersulam gambar batu permata zamrud bewarna kuning terang, lengkap dengan garis-garis kilauan cahaya sekeliling permata. Orang ini adalah Noboru Kasai pimpinan tertinggi atau Ketua Utama Perguruan Emerarudo.

Saat itu terdengar perlahan suaranya membaca.

Kebersihan aurat adalah sangat penting dalam ilmu Pengobatan. Bagaimana seseorang bisa mengobati orang lain kalau tubuhnya tidak bersih.

akan tetapi di atas semua itu kebersihan jiwa atau kebersihan batin adalah yang paling utama.

Dengan batin yang bersih seseorang akan berada dalam keadaan lebih andal untuk menyalurkan hawa sakti yang dimilikinya ke dalam badan orang yang akan diobatinya. Karena itu ...

Suara Noboru Kasai membaca terhenti oleh suara pintu bergesek di belakangnya.

"Hisao ... Kaukah itu? tanya Noboru Kasai tanpa berpaling. Tak ada jawaban..

Se tttt... settt... setttt! Teppp ... tepppp ... tepppp!

Malah Ketua Perguruan Emerarudo ini mendengar suara berkelebat tiga kali berturut-turut dibarengi oleh siuran angin halus.

Noboru Kasai letakkan kitab di pangkuannya ke atas tatami. Lalu perlahan-lahan palingkan kepala.

Sepasang mata sang Ketua terbuka lebar melihat siapa yang ada di dalam ruangan itu.

"Shinobi...!"

Shinobi adalah panggilan asli untuk ninja. Dan memang saat itu di dalam kamarnya tegak tiga sosok ninja, muncul dalam penampilan mereka yang angker.

Bertubuh tinggi kukuh dibungkus pakaian serba hitam mulai dari ujung kaki sampai ke kepala. Di bagian muka hanya sepasang mata mereka yang kelihatan, memandang tak berkesip ke arah Noboru Kasai dengan pandangan sedingin salju di puncak gunung Fuji.

Di belakang punggung mereka tersembul gagang ninjato yang juga dikenal sebagai katana pendek, pedang khas para ninja. Lalu seuntai rantai yang salah satu ujungnya merupakan senjata berbentuk ganco dan ujung satu lagi diberi gandulan pemberat kelihatan melilit di pinggang. Noboru Kasai perhatikan tangan ke tiga ninja ini. Masing-masing memakai shuko yaitu cakar pemanjat yang sekaligus merupakan senjata sangat berbahaya.

Dalam hati Noboru Kasai membatin "Pasti ke tiganya menerobos masuk dengan memanjat tembok. Jika tidak satu murid perguruan pun memergoki mereka, berarti ke tiganya adalah ninja-ninja dari tingkat sangat tinggi ..."

Perlahan-lahan Noboru Kasai berdiri. Sreettt! Sreetttt!

Dua kali terdengar suara berdesir ketika dua orang ninja yang berdiri dekat pintu dan di sebelah kanan Noboru Kasai mencabut ninjato pedang pendek masing-masing.

Ninja berbadan paling tinggi di sebelah tengah memberi isyarat dengan tangan kiri. Dua orang temannya yang hendak mendekati Noboru Kasai hentikan langkah. Ninja yang di tengah maju dua langkah.

"Sahabat-sahabat tak diundang. Kalian masuk secara tidak sopan ..."

Ninja di dekat pintu mendengus. Mulut dibalik penutup wajahnya berucap.

"Ninja tidak kenal sopan santun. Ninja hanya kenal darah dan nyawa!"

Daun telinga kiri Noboru Kasai bergerak.

"Hemmm.. aku tidak mengenali suaranya. Berarti dia memang ninja asli. Bukan orang dalam..."

"Katakan apa maksud kalian masuk ke tempatku!"

bentak Noboru Kasai. Sekilas matanya melirik ke arah lantai di sebelah kiri di mana tergeletak katana miliknya.

Ninja bertubuh paling tinggi dapat membaca apa yang ada dalam benak Ketua Perguruan Emerarudo itu. Dia cepat melangkah dan menginjak katana di lantai dengan kaki kanannya.

"Aku memberi waktu lima detik pada kalian agar segera keluar dari tempat ini!" Noboru Kasai beri peringatan.

Ke dua tangannya diturunkan ke sisi sedang sepasang kaki tegak merenggang cepat.

Apa yang terjadi kemudian berlangung sangat Ninja di sebelah tengah hunus ninjatonya. Melihat ini dua temannya segera menggebrak maju. Tiga pedang maut berkelebat ke arah Noboru Kasai. Ketua Perguruan Emerarudo ini keluarkan suara menggembor.

Dengan tangan kosong dia hadapi tiga penyerangnya.

Noboru membuat gerakan yang disebut "dewa tanah mengebor bumi." Tubuhnya menukik , jatuh ke atas lantai tatami. Tiga pedang lewat di atasnya. Lalu dia susul dengan jurus "penguasa langit membelah angkasa" Tangan kanannya menghantam ke atas disusul dengan tendangan kaki kiri kanan.

Wuuuutt! Wuuuut!

Pukulan dan tendangan kaki kiri Noboru Kasai hanya mengenai tempat kosong. Tapi bukkkk!

Tendangan kaki kanannya mampir dengan telak di dada salah seorang penyerang hingga ninja satu ini mencelat ke dinding. Dinding yang hanya terbuat dari kertas itu langsung jebol dan ninja itu sendiri terlempar ke luar. Untuk sesaat dia tak kuasa bangun, hanya mengerang sambil pegangi dada.

Dua orang ninja yang ada di dalam ruangan mendengus marah. Serangan pedang mereka membuntal-buntal ganas. .Walau Ketua Perguruan Emerarudo menyandang nama besar dan berkepandaian tinggi namun para ninja bukanlah lawan yang mudah dihadapi.

Gerakan mereka secepat setan, serangan pedang mereka seganas iblis. Apalagi saat itu Noboru Kasai bertangan kosong pula.

Setelah mengelak dua kali berturut-turut Noboru melejit ke arah kanan. Maksudnya hendak mengambil hanbo, yaitu tongkat kayu yang biasa dipakai untuk melatih murid-murid. Namun gerakannya berhasil di papas oleh ninja di sebelah kiri. Selagi dia coba menghantam penyerang ini dengan pukulan tangan kosong mengandung hawa sakti, dari samping ninja bertubuh tinggi kiblatkan ninjatonya.

Breetttttl

Bahu kimono Noboru Kasai robek besar. Dia merasakan perih pada bahu kanannya lalu ada cairan panas mengucur. Darah! Meski menderita sakit bukan main dan kemarahan mendidih namun Ketua Perguruan Emerarudo ini tampak bersikap tenang. Tapi sebaliknya dua ninja tak mau memberi kesempatan. Pedang pendek mereka kembali menggempur dengan ganas hingga Noboru Kasai terdesak ke sudut sebelah kanan.

Breeetttt!

Breetttt!

Kimono sang Ketua robek lagi. Kali ini di bagian dada dan perut. Noboru Kasai terjajar ke belakang. Dia berusaha berpegangan pada sebuah rak tapi tidak terjangkau. Selagi tubuhnya tersandar ke dinding, ninja berbadan tinggi tusukkan pedangnya ke lambung Noboru Kasai. Ketua Perguruan ini keluarkan keluhan pendek lalu roboh ke lantai. Sebagian dari badannya yaitu bagian dada ke atas berada di luar kamar.

Ninja berbadan tinggi mendatangi dengan cepat dan membungkuk seraya bertanya.

"Lekas katakan! Di laci nomor berapa kau simpan surat-surat penting Perguruan!"

Dalam keadaan sekarat Nobora Kasai membuka mulutnva. Suaranya tersendat perlahan.

"Aku ... aku seperti mengenali suaramu ... Bukan kah kau.."

"Kurang ajar!" bentak ninja bertubuh tinggi. Pedang di tangan kanannya dihunjamkan ke tenggorokan Noboru Kasai. Sebelum maut menyergap Ketua Perguruan Emerarudo itu tiba-tiba angkat tangan kanannya.

Lima jari tangannya terpentang. Tulang- tulang jari keluarkan suara berderak.

Cleeeppp!

Pedang menembus tenggorokan Noboru Kasai.

Dalam saat yang bersamaan lima ujung jari sang Ketua menghunjam di dada kiri ninja yang membunuhnya.

Pakaian hitam tebal yang dikenakan ninja tembus di lima bagian. Ninja itu sendiri terjajar ke belakang. Dadanya serasa ditusuk lima paku panas! Wajahnya di balik penutup kepala sesaat jadi pucat.

"Lima jari dewa... Jadi dia memang benar-benar memiliki ilmu kepandaian itu..!" katanya dengan mata melotot memandang pada Noboru Kasai yang sudah tak bernyawa lagi. Sambil pegangi dada kirinya ninja ini melangkah mundur. Dia memberi isyarat pada ninja yang ada di dekatnya.

"Tolong kawanmu. Lari ke tembok sebelah timur.

Tunggu aku di tempat pertemuan!" Sehabis berkata begitu ninja berbadan tinggl ini melesat ke pintu. Dia berlari cepat sepanjang lorong pendek lalu menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan sangat rahasia yang tidak sembarang orang boleh masuk ke tempat ini. Di pintu masuk ruangan berjaga-jaga seorang murid Perguruan dalam keadaan terkantuk-kantuk. Pedang di tangan ninja berkelebat menghantam pertengahan kening murid penjaga. Murid ini tak pernah tahu apa yang menyebabkan kematiannya. Tubuhnya roboh mandi darah dengan kepala hampir terbelah.

Ninja pembunuh melompat masuk ke dalam ruangan rahasia. Sesaat dia tegak tertegun. Di dalam ruangan itu ada dua buah lemari besar merapat ke dinding. Di situ terdapat dua ratus laci-laci kecil yang diberi nomor mulai dari 1 sampai 200.

"Aku tak mungkin memeriksa semua laci celaka itu! Aku harus bisa mengingat! Harus bisa!" Ninja itu lalu menarik laci-laci pada derstan angka mulai dari 150 sampai 160.

Sementara itu diluar sana ninja yang diperintahkan menolong temannya yang terluka bertindak cepat.

Sang teman rupanya menderita luka dalam yang sangat parah akibat tendangan Noboru Kasai tadi. Darah tampak mengucur dari mulutnya. Begitu tahu kawannya tak sanggup berdiri, dengan cepat di segera memanggulnya.

Akan tetapi sebelum dia sempat berkelebat pergi di sekelilingnya terdengar suara langkah-langkah kaki.

Sesaat kemudian sekitar dua puluh orang murid perguruan muncul mengurung tempat itu. Di depan sekali seorang lelaki berkimono merah darah berambut pendek berwajah beringas. Mukanya merah. Gerakannya cepat dan enteng tetapi langkah kakinya tidak tetap.

Sesekali tubuhnya tampak seperti terhuyung.

Bagaimanapun tinggi ilmu yang dimilikinya tapi ninja itu segera menyadari bahwa dia tak mungkin lolos dari sekian banyak orang yang mengurung. Apalagi si kimono merah berwajah merah beringas di sebelah depan dikenalinya adalah Shigero Momochi salah seorang dari dua Wakil Ketua Perguruan. Begitu Shigero Momochl mendekat ninja jatuhkan kawan yang dipanggulnya ke lantai. Sekali menusukkan pedangnya ke dada kawannya sendiri, ninja yang sudah terluka parah itu langsung meregang nyawa.

"Tangkap dia hidup-hidup!" teriak Shigero Momochi.

Tapi mana mungkin menangkap seorang ninja hidup-hidup. Apalagi dalam keadaan terperangkap seperti itu. Sang ninja keluarkan suara mendegus dari balik kain hitam penutup wajahnya. Dua tangan memegang gagang pedang erat-erat. Begitu kelompok anak murid Perguruan Emerarudo menyerbu dibawah pimpinan Shigero Momochi dengan berbagai macam senjata ninja ini cepat menyongsong dengan ninjatonya.

Beberapa kali terdengar suara berdentrangan beradunya senjata. Gelombang serangan anak murid Perguruan Emerarudo tidak bisa dibendung. Shigero Momochi yang masih berusaha menangkap hidup-hidup ninja itu untuk dimintai keterangan tak mampu berbuat banyak. Setelah memukul lepas pedang ditangan ninja dia hanya bisa menyaksikan bagaimana puluhan anak muridnya membantai sang ninja hingga akhirnya menemui ajal dengan keadaan tubuh hancur lumat mengerikan.

Shigero Momochi seperti mau muntah. Dia palingkan kepala, memandang ke ruangan dalam bangunan.

"Ketua Noboru Kasai ..." bisiknya. Secepat kilat dia lari masuk ke dalam rumah. Lututnya goyah ketika dia menemukan Noboru Kasai telah jadi mayat, tergeletak di atas tatami dengan tubuh bergelimang darah.

"Ketua ..." kata Shigero Momochi sambil jatuhkan diri, berlutut di samping mayat Noboru Kasai. Dia merasa seperti ingin berteriak, tapi juga ingin menangis.

Tiba-tiba telinganya mendengar suara dari arah ujung lorong pendek di luar sana dimana terletak ruangan rahasia. Sambil menggenggam pedangnya Shigero Momochi cepat berdiri.

* * *

Di dalam ruangan rahasia ninja memeriksa deretan laci bernomor 150 sampai 160. Tapi dia tidak menemukan apa yang dicarinya. Dalam hati dia memaki setengah mati.

"Aku harus ingat! Harus ingat!" katanya berulangulang.

Pada saat itu dia mendengar suara orang berlari dari ujung lorong. Sebelumnya dia juga telah mendengar suara ramai di luar ruangan tempat Noboru Kasai terbunuh.

"Orang-orang Perguruan sudah tahu apa yang terjadi ..." desis ninja. Matanya kembali memandang deretan laci-laci. Dia seperti hendak memukul kepalanya sendiri ketika tiba-tiba dia ingat.

"Laci 168 katanya setengah berseru.

Segera laci nomor 166 dibukanya. Sepasang mata ninja membesar. Apa yang dicarinya akhirnya ditemui juga. Dalam laci itu kelihatan sebuah amplop besar berwarna kuning. Secepat kilat ninja menyambar amplop itu. Lalu melompat membobol dinding kiri ruangan rahasia. Ternyata dinding ruangan ini tidak terbuat dari kertas biasa melainkan dari sejenis papan alot. Ninja terpaksa pergunakan jotosannya untuk menjebol. Baru saja dia hendak berkelebat kabur lewat lobang di dinding tiba-tiba pintu kamar rahasia terbuka.

Satu bentakan menggeledek di belakangnya.

"Jangan lari!"

Yang berteriak adalah Shigero Momochi. Wakil Ketua Perguruan ini cepat mengejar dengan pedang terhunus. Gerakannya mengejar tertahan ketika di sebelah depan ninja dilihatnya gerakkan tangan kiri. Dua buah benda berbentuk bintang melesat ke arahnya.

Shigero memaki setengah mati.

"Shuriken!" teriaknya.

Pedangnya di putar ke depan.

Trang ... trang ...!

Dua senjata rahasia bintang besi beracun yang dilepaskan ninja mental dan menancap di dinding ruangan. Begitu Shigero memandang ke depan sang ninja sudah lenyap.

"Mahluk iblis! Kau kira kau bisa lolos dari tanganku...!"

bentak Shigero Momochi lalu mengejar. Larinya tidak tetap, agak menghuyung. Sampai di taman gelap di belakang bangunan besar orang yang dikejarnya tak kelihatan lagi. Belasan murid Perguruan muncul mendatangi.

"Percuma... Ninja keparat itu berhasil melarikan diri!" kata Shigero Momochi sambil menghentakkan kakinya.

"Aku bersumpah akan membalaskan kematian Ketua. Kalian lekas mengatur hubungan dengan para Ketua Ninja! Beri tahu apa yang telah terjadi. Minta mereka menyelidik dan memberi tahu siapa anggotaanggota mereka yang terlibat kejahatan keji ini! Mereka harus berani mengakui! Kalau tidak aku bersumpah akan menumpas semua ninja di negeri ini! Sejak dulu mereka hanya menimbulkan keonaran dan bencana saja! Melakukan kejahatan hanya untuk sejumlah uang! Mahlukmahluk durjana! Pembunuh bayaran!"

"Wakil Ketua Momochi!" seorang murid Perguruan berkata sambil maju mendekati Shigero Momochi.

"Ninja bukan cuma membunuh tapi juga mencuri surat-surat penting dari ruangan rahasia.

"Aku sudah tahu! Kalian periksa surat apa yang hilang! Aku akan mengurus jenazah Ketua ..." Shigero Momochi memandang berkeliling.

"Siapa diantara kalian yang membawa minuman....?" Tak ada satupun yang menjawab.

"Kalau begitu satu orang dari kalian lekas pergi kekamarku, ambil botol sake dan antarkan padaku ..."

"Tapi Wakil Ketua Momochi ..." kata seorang murid kepala.

"Dalam keadaan seperti ini tidak sepantasnya Wakil Ketua meneguk minuman keras itu lagi ..."

"Kurang ajarl Kau memerintah aku atau bagaimana ... ?!" bentak Shigero Momochi dengan mata membelalang.

Semua murid Perguruan yang ada di situ unjukkan wajah tidak seneng. Satu persatu mereka tinggalkan tempat itu. Salah seorang dari mereka berbisik pada temannya.

"Seharusnya dia yang dibunuh ninja, bukan Ketua Noboru Kasai ... Pimpinan tak berguna, Pemabuk, pemarah ... semua yang jelek ada padanya. Mau jadi apa Perguruan kita ini kelak ... !"

"Aku kawatir setelah Ketua tiada, dia yang akan menjabat jadi Ketua. Celakalah kita semua!" sahut temannya.

"Hal itu tak mungkin terjadi. Para Dewa tak bakal merestui!" kata seorang murid Perguruan lain yang ikut mendengar percakapan dua temannya tadi.

DALAM dinginnya udara menjelang pagi itu sayup sayup terdengar suara shakuhachi ditiup dalam senandung yang menyayat hati. Tiupan seruling bambu ini diikuti dengan petikan shamisen yang menghiba-hiba.

Suara bebunyian ini datang dari serambi bangunan besar Perguruan Emerarudo di puncak bukit.

Di serambi rumah besar, di bawah penerangan lampu minyak redup, diatas tatami duduk dua orang perempuan. Seorang sudah agak lanjut, satunya masih gadis. Perempuan yang lebih tua duduk meramkan mata sambil meniup shakuchaki. Gadis di sebelahnya memetik shamisen. Masing-masing memainkan bebunyian itu penuh perasaan. Sepasang mata perempuan yang lebih tua tampak berkaca-kaca sedang si gadis tak dapat menahan larutnya kesedihan hingga air mata yang tak terbendung menetes jatuh kepipinya.

Di dalam rumah besar hampir seratus anak murid Perguruan Emerarudo tegak rangkapkan tangan di atas dada. Sikap berdiri mereka tampak gagah. Namun dari kepala-kepala yang ditundukkan serta sepasang mata.

yang dipejamkan jelas seperti dua perempuan tadi merekapun sedang tenggelam dalam rasa duka yang mendalam.

Rasa dukacita atas tewasnya Noboru Kasai Ketua Perguruan Emerarudo membuat puncak bukit itu tenggelam dalam kesedihan. Gadis pemetik shamisen tak sanggup menahan kesedihannya akhirnya berhenti memetik bebunyian itu lalu bersujud dan menangis tersedu-sedu. Perempuan peniup seruling ikut tergugah dan tiupan sakuhachinya jadi tersendat-sendat.

Menjelang malam memasuki pagi, selagi udara terang-terang tanah tiba-tiba terdengar derap kaki kuda mendatangi. Tak lama kemudian seorang lelaki separuh baya berwajah gagah muncul menunggang kuda putih.

Di atas punggung kuda dia memandang seperti tidak percaya pada keadaan yang dilihatnya. Matanya menyipit ketika dia berpaling ke serambi dan melihat gadis pemetik shamisen jatuhkan diri lalu menangis keras. Orang ini melompat dari kudanya.

"Apa yang terjadi .... ?!" Dia bertanya sambil melangkah cepat melewati berisan para murid Perguruan.

Dadanya mendadak bergejolak, tapi sikap dan suaranya kelihatan lembut.

Seorang murid kepala mendatangi dan berkata.

"Wakil Ketua Hisao Matsunaga syukur kau cepat kembali. Wakil Ketua Shigero Momochi ada di dalam bangunan utama. Sudah lama menunggu ...."

"Tiupan shakuhachi dan petikan shamisen tadi. .. membawakan lagu pengantar jenazah. Katakan apa yang terjadi?!" tanya orang yang barusan turun dari kuda. Ternyata dia adalah salah seorang dari Wakil Ketua Perguruan.

"Saya tidak berani menerangkan. Lebih baik Wakil Ketua menemui Wakil Ketua Shigero Momochi saja ...."

Mendengar jawab murid kepala itu, seperti terbang Hisao Matsunaga melompat dan masuk ke dalam rumah besar. Di dalam ruangan dimana jenazah Noboru Kasai dibaringkan di atas selembar kasur tipis yang diberi alas kain wool tebal, Hisao Matsunaga jatuhkan diri berlutut. Sesaat dia menatap wajah Ketua Perguruan yang sudah jadi mayat itu. Kain putih yang menutupi tubuh jenazah tampak basah oleh darah di beberapa bagian. Lalu ke dua matanya dipejamkan.

Ketika mata itu dibuka kembali pandangan Hisao Matsunaga tertuju pada Shigero Momochi. Baru disadari nya kalau saat itu di ruangan itu terdapat juga beberapa orang pengurus dan tua-tua perguruan. Lalu seorang anak lelaki berusia empat belas tahun yang duduk dengan kepala tertunduk dekat kepala jenazah.

Wajah Hisao Matsunaga jelas menunjukkan keperihan ketika dia memperhatikan anak ini. Karena si anak adalah Akira Kasai, putera dan anak tunggal mendiang Ketua Noboru Kasai. Ibu Akira meninggal dunia pada saat anak ini dilahirkan. Sejak itu Noboru Kasai tak mengambil perempuan lain pengganti istrinya ataupun memelihara gundik. Agaknya Ketua Perguruan Emerarudo ini sengaja menjauhi kehidupan duniawi sampai akhirnya kematian datang menjemput.

Hisao Matsunaga berpaling kembali pada Shigero Momochi lalu berkata dengan suara perlahan.

"Shigero, ceritakan padaku bagaimana semua ini terjadi!"

"Kita bicara di kamar sebelah saja.." bisik Shigero.

Waktu bicara Hisao Matsunaga dapat mencium nafas Shigero yang berbau minuman keras. Perlahan-lahan dia bangkit mengikuti Shigero menuju sebuah ruangan yang terletak bersebelahan dengan ruangan dimana jenazah Ketua Perguruan disemayamkan.

"Aku tidak melihat sendiri bagaimana kejadiannya.

Ketika aku masuk ke kamar Ketua, beliau sudah menggeletak di atas tatami dalam keadaan berlumuran darah. Sudah tidak bernafas lagi ....." Lalu Shigero Momochi menuturkan apa yang diketahuinya.

"Sebelum peristiwa itu terjadi, kau berada di mana Shigero? Selama ini jangankan manusia, lalat seekorpun jika menyusup ke tempat ini pasti kau ketahui ..."

"Kau betul Hisao ..." jawab Shigero Momochi dengan wajah merah.

"Malam tadi entah mengapa nyenyak sekali tidurku.

Sampai tidak mendengar suam apa-apa. Bahkan para muridpun tidak sempat mengetahui .... !"

"Aku yakin kau pasti minum banyak lagi malam tadi. Kalau tidak, mungkin peristiwa ini bisa dihindari....

Harap maafkan aku Shigero. Bukan maksudku menyalahkanmu.

Kalau Dewa sudah menakdirkan hal ini akan terjadi, pasti terjadi tanpa bisa dihalangi. Aku sendiri merasa menyesal pergi ke Kioto walau aku kesana ditugaskan secara pribadi oleh Ketua untuk menemui seorang Shogun ...."

"Sampai saat ini aku memang belum bisa menghilangkan kebiasaan minum sake keras itu .. ."

"Kudengar kini malah kau mencampurnya dengan wiski yang dibawa pelaut-pelaut kulit putih ..." memotong Hisao Matsunaga tetap dengan suara lembut.

"Kuharap saja kau bisa mawas diri dan menghenti kan kebiasaan minum."

Tampang Shigero Momochi tampak jadi beringas.

Dia hendak menyemprotkan ucapan. Tapi dengan lembut Hisao Matsunaga berkata.

"Siapa diantara kita yang tidak suka meneguk sake. Tapi minum secara berlebihan bisa membawa hal-hal tak diingin bagi seseorang. Musibah ini kiranya bisa dijadikan hikmah ....."

Wajah Shigero Momochi nampak menjadi merah.

Sambil berdiri dia berkata. "Kalau Perguruan menganggap hal ini terjadi karena kesalahanku, aku bersedia menerima hukuman dan melakukan seppuku!"

Shigero Momochi segera hendak mencabut pedangnya.

Hisao Matsunaga cepat memegang bahu Shigero dan berkata. "Bagi kita orang-orang Jepang melakukan seppuku atau harakiri adalah kematian paling terhormat.

Tapi tidak jika kita sebenarnya bisa melakukan sesuatu yang jauh lebih terhormat .. ."

"Katakan apa yang harus aku lakukan!" kata Shigero beringas.

"Bukan kau, saja Shigero. Tapi kita. Semua yang ada di Perguruan ini ..."

"Ya.. ya, katakan saja apa yang harus kita lakukan?"

"Pertama, kita harus mengurus jenazah Ketua ...."

"ltu memang menjadi kewajiban kita para pengurus dan murid Perguruanl Lalu ....?"

"Selanjutnya .kita harus menyelidik siapa pelaku pembunuhan ini...."

"Dan pelaku pencurian!" sambung Shigero Momochi.

Hisao Matsunaga tampak terkejut. "Pencurian? Apa maksudmu?'

"Ada sebuah amplop rahasia berisi surat-surat penting lenyap dari laci di ruang rahasia ...." Paras Hisao Matsunaga jadi berubah.

"Berarti ini bukan pembunuhan biasa. Pasti banyak kaitannya pada hal-hal lain yang tidak terduga ....."

"Aku sudah meminta beberapa orang untuk menghubungi para Ketua Ninja guna ikut menyelidik.

Aku juga telah bersumpah jika mereka tidak bisa memberikan jawaban atau tidak dapat membuktikan bahwa kelompok masing-masing tidak terlibat, maka aku akan menumpas semua Ninja di negeri ini sampai habis!"

"Kesetiaanmu untuk membela kematian Ketua sangat aku hargakan Shigero. Tapi kita harus hati-hati menghadapi para ninja. Jika mereka bergabung kekuatan mereka jauh lebih besar dari kita ..."

"Kita bisa memakai tangan kelompok Oda Nobunaga untuk membasmi mereka ..."

"Betul, tapi ingat ... Perguruan punya ketentuan untuk tidak terlibat dan melibatkan diri dengan orangorang Pemerintahan ..."

"Lalu mengapa kau sendiri pergi menemui Shogun, walau katamu itu atas perintah Ketua ....."

Hisao Matsunaga mengangguk pendek. "Justru hal itu diperintahkannya agar aku memberi tahu bahwa Perguruan kita menghormati pihak angkatan perang, para Jenderal, tapi tidak mau melibatkan diri dalam urusan pemerintahan ..."

"Kalau begitu kita harus punya cara sendiri untuk menghajar para ninja itu ..."

"Jika benar mereka yang membunuh Ketua..:" Shigero Momochi menatap tajam dengan matanya yang merah pada Hisao Matsunaga.

"Apa maksudmu dengan ucapan itu Hisao? Jelas mereka muncul di sini mengenakan seragam ninja.

Membawa senjata ninja. Bahkan ada dua ninja yang sudah lumat di luar sana bisa kau lihat sendiri keadaan mereka. Dan tampaknya kau hendak meragukan bahwa kematian guru bukan disebabkan oleh para ninja keparat itu!"

"Tenang Saudaraku ..." kata Hisao Matsunaga dengan suara lembut.

"Sebagai perguruan besar, tidak semua orang di luar sana suka terhadap kita. Mungkin saja memang ada yang memakai tangan ninja untuk menghancurkan kita.

Mungkin juga ada para tokoh silat kaki tangan pemerintah yang melakukannya karena tidak ingin melihat kita sebagai satu kekuatan yang membahayakan mereka ..."

"Ah, aku orang bodoh yang tidak bisa mencerna dan berpikir sepintarmu ...."

"Kau orang pandai. Otakmu cerdik. Aku tahu hal itu. Jangan terlalu merendah Shigero. Sekarang mari temani aku untuk memeriksa ruangan rahasia. Surat penting apa yang telah dicuri ninja ...."

Memeriksa 200 laci di ruangan rahasia Perguruan Emerarudo bukan pekerjaan mudah dan memakan waktu lama. Mereka memang menemui sebuah laci dalam keadaan kosong yaitu laci nomor 166. Tapi baik Hisao maupun Shigero tidak dapat memastikan surat atau benda apa yang telah lenyap dicuri dari laci tersebut.

Menjelang pagi ke dua pucuk pimpinan Perguruan tersebut keluar dari ruangan rahasia, bergabung dengan pengurus Perguruan lainnya untuk mengatur persiapan upacara perabuah jenarah Noboru Kasai.

Sementara itu beberapa tamu yang sudah diberi tahu atas musibah yang menimpa Perguruan telah mulai kelihatan berdatangan.

Kita kembali dulu pada kejadian beberapa waktu sebelumnya setelah ninja memasuki ruangan rahasia Perguruan Emerarudo, mencuri sebuah amplop kuning lalu melarikan diri setelah lebih dulu mementahkan pengejaran yang dilakukan Shigero Momochi.

Kelihatan seorang ninja melarikan diri dan menghilang bersama kepekatan malam boleh dikatakan tak dapat ditandingi oleh siapapun. Di lereng bukit sebelah Selatan ninja yang telah membunuh Ketua Perguruan Emerarudo itu menyelinap ke balik sebatang pohon besar.

dia tegak bersandar ke batang pohon. Tangan kanannya mendekap dada kirinya yang terasa mendenyut saki. Dada itulah yang sebelumnya mendapat serangan "Lima Jari Dewa" yang sempat dilakukan oleh Noboru Kasai. Dalam gelap ninja membuka pakaian hitamnya.

Jantungnya berdenyut keras ketika dilihatnya ada lima bintik hitam membekas di dada kirinya.

"Celaka ..... ! Tanda ini tidak bisa hilang sekalipun kulitku dikelupas!" Sesaat sang ninja nampak masgul.

Namun bila dia ingat pada amplop kuning itu, rasa kawatirnya segera lenyap. Dengan cepat amplop kuning dikeluarkannya dari balik pakaiannya. Bagian depan amplop ada tulisan dalam huruf kanji berbunyi : "Sangat Rahasia. Risalah Pewarisan Pimpinan Perguruan." Amplop dibalikkan. Bagian penutup amplop di sebelah belakang selain diikat dengan benang juga disegel dengan lak tebal berwarna merah.

Dengan tangan agak gemetar ninja merobek penutup amplop. Dari dalam amplop dikeluarkannya lembaran tebal kertas berwarna merah.

"Hah?!"

Sang ninja berseru kaget. Sepuluh lembar kertas merah yang barusan dikeluarkannya dari dalam amplop dibolak-baliknya.

"Aneh! Mengapa semua kertas ini kosong? Tak ada tulisan, tak ada apa-apanya! Jangan-jangan aku tertipu! Siapa yang menipu? Sang Ketua ....?" Tak mungkin .... !" Seolah-olah tak percaya ninja memeriksa kembali kertas-kertas merah itu, melihat ke dalam amplop kalau-kalau ada kertas lain yang tertinggal.

Kemudian dengan kesal amplop dan kertas merah itu diremasnya sampai lumat. Setelah itu sambil memaki panjang pendek amplop dan kertas merah itu dibantingkannya ke tanah! "Kurang ajar Benar-benar sialan!"

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang