177. Jaka Pesolek Penangkap Petir

5K 93 10
                                    

SATU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SATU

PETI mati hitam melesat di udara seolah terbang hendak menembus langit. Di ufuk timur sang surya memancarkan cahaya benderang namun belum mampu meredam kesejukan pagi.

Di atas peti mati Empat Mayat Bersaudara atau Empat Mayat Aneh duduk uncang-uncang kaki. Sesekali terdengar mereka tertawa cekikikan, "Gadis di dalam peti. Tubuhnya molek. Aku yakin dia cantik sekali. Tapi mengapa wajahnya aneh menyeramkan. Hidung berada di pipi! ihh... bagaimana mau menciumnya! Hik... hik... hik!" Yang berkata adalah Mayat Aneh Kesatu, bicara sambil meletakkan dua tangan di atas mata.

Mayat Aneh Kedua turunkan dua tangan yang menekap mulut lalu menegur.

"Saudaraku, apa kau lupa ujar-ujar Pelihara Mulut Hanya Bicara Kebaikan?!"

"Walah ... Aku salah! Aku memang salah! Tapi sekali-sekali bicara keindahan mahluk ciptaan Yang Maha Kuasa ada bagusnya untuk penyegaran. Apa lagi mayat-mayat seperti kita. Jarang bertemu gadis cantik. Hik...hik...hik." Mayat Aneh Kesatu lalu tampar-tampar mulutnya sendiri.

"Kita diminta membawa gadis itu ke Candi Kalasan. Untuk dipertemukan dengan kakek bernama ..."

Ucapan Mayat Aneh Ketiga segera dipotong oleh Mayat Aneh Keempat yang selalu menekap bagian bawah perut.

"Husss' Jangan menyebut nama. Walau siang hari banyak roh jahat gentayangan mendengar segala pembicaraan kita!"

"Betul!"Menyahuti Mayat Aneh Ketiga sambil turunkan dua tangan yang menutup telinga. "Kalau sampai gadis di dalam peti diculik orang, celaka kita.

Apa lagi kalau yang diculik cuma hidungnya yang aneh! Oala... dimana mau mencari hidung pengganti!"

Empat Mayat Aneh sama-sama tertawa terpingkal-pingkal. Lalu diam. Mereka rebahkan tubuh masing-masing di atas peti mati hitam besar. Mayat Aneh Kesatu menutup mata dengan dua tangan. Mayat Aneh Kedua menekap mulut. Mayat Aneh Ketiga kembali tutup telinga dengan dua tangan sementara Mayat Aneh Keempat menekap bagian bawah perut sambil sesekali di usap-usap dan mata terpejam meram melek!.

Sunyi beberapa lamanya sementara peti terus melayang di udara.

Tiba-tiba Mayat Aneh Ketiga bergerak duduk. Tangan kanan menunjuk ke arah muka.

"Apa tidak aneh! Disini terang benderang. Di depan sana mendung nyaris gelap gulita!"

Tiga Mayat Aneh lainnya bergerak bangun lalu palingkan kepala ke arah yang ditunjuk saudara mereka Mayat Aneh Ketiga.

Mayat Aneh Pertama letakkan dua tangan di atas alis, menatap tajam ke depan. Lalu berkata.

"Mendung tebal di atas bukit Randugunting sebelah utara! Memang aneh. Tapi kita tidak menuju ke sana. Candi Kalasan hanya tinggal setengah jalan lagi..."

Baru saja Mayat Aneh Pertama berucap tiba-tiba di depan mereka berpijar terang sambaran kilat diikuti gelegar suara dahsyat. Udara bergetar. Peti mati hitam bergoncang berderak. Empat Mayat Aneh dengan sigap melompat bangkit dan masing-masing melakukan gerakan agar peti mati kembali pada keadaan seimbang.

Serial Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 - Bastian TitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang