22. Akhirnya

513 27 2
                                    

"Hey Mel." tepuk Leon ke punggung Amel.

"Eh, lo udah dateng?" Amel sadar dari lamunannya.

"Gue dari tadi manggil lo dari jauh kayak orang gila gue manggil nama lo tapi lo gak nengok. Kenapa sih? Hobby banget ngelamun kayaknya."

"Ah nggak. Udah yuk keburu dosen dateng!" jawab Amel mengalihkan pembicaraan.

"Btw lo kemarin balik jam berapa?"

"Gak lama. Sekitar 30 menit dari waktu lo duluan."

"Lo nunggu siapa sih emangnya? Kayaknya lo lagi nunggu orang ya?"

Amel menatap wajah Leon ke heranan, kenapa Leon bisa mengetahui itu.

"Nggak. Gue gak nunggu siapa-siapa." jawab Amel singkat.

"Ah gak mungkin. Lo masih gak mau cerita juga sama sahabat lo satu-satunya disini? Parah sih kalo gitu."

Amel bingung harus menjawab jujur atau menyembunyikan semuanya.

"Gue suka sama anak hukum"

Amel memilih jujur kepada sahabatnya, dari pada dia nanti harus memendam perasaannya sendiri dan tidak dapat bercerita ke siapa-siapa.

"Jadi waktu itu lo nanyain gedung sebelah itu karna ada orang yang lo suka di gedung itu? Baru juga lo masuk Mel masih maba banget tapi udah suka sama orang. Enak ya lo Mel gampang suka sama orang. Gue kayaknya susah banget buat suka sama orang."

"Gak enak Leon, jangan sampe deh lo kayak gue . Cape. Lo harus nunggu dia sampe dia ngebales perasaan kita, sebelumnya lo harus memendam perasaan lo sendiri karna lo gak mungkin jujur langsung ke dia. Gue nunggu dia tapi dia gak dateng. Gue nunggu balesan chat dia read doang. Kebayang dong sakitnya. Setiap gue nunggu dia, selalu aja dia gak dateng. Apa cinta gue ini juga gak bakal dia datengin? Sekarang gue ngerasain gimana jadinya gue yang hanya jadi penggemar rahasia doang. Sakit sih, tapi kalo udah kagum banget sama orang itu kita kan gak bisa nolak juga. Kurang sabar apa gue?" jawab Amel panjang lebar.

"Lo cantik Mel pasti banyak cowok yang suka sama lo. Dia juga gak mungkin gak suka sama cewek kayak lo."

Amel mengangkat kedua bahunya karna jawaban Leon yang seperti itu. Amel tidak tahu bagaimana perasaan Delon. Suka atau tidak tetap saja sekarang ini Amel hanya menjadi penggemar rahasia saja belum lebih.

"Udah ah. Gue buru-buru harus ke kelas. Nanti istirahat lo ke kantin aja sendiri, gue mau basket jadi lo gak perlu cari gue!" kata Amel mengalihkan lagi dan berlari di koridor dalam gedung fakultasnya menuju ke kelas mata kuliah sekarang.

---

Sekarang Amel malas untuk bermain basket. Tujuan dia ke lapangan basket sekarang sebenarnya bukan untuk bermain basket.

Ya, benar saja Amel hanya ingin menunggu Delon, agar dia dapat lebih dekat dengan Delon walaupun masih dengan keadaan yang sama 'memendam perasaan sendiri'.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Amel dari belakang. Dia mengira itu Leon lagi yang datang seperti tepukan di pundaknya tadi pagi.

"Ngapain deh lo kesini? Mending lo ke kantin sana! Dari pada nanti pas balik lo ngerengek laper minta temenin makan ke gue."

"Ini gue kali."

Di tengokkannya kepala Amel ke belakang ternyata Delon, orang yang sudah sangat dia tunggu-tunggu dari kemarin.

"Eh elo Delon! gue kira temen gue. Sorry ya hehe."

Delon terkekeh pelan dengan sikap Amel tadi.

"Santai aja kali. Lo ngapain di sini? Duduk doang? Gak basket?"

"Lagi males basket gue."

"Terus lo ngapain disini? Bukannya ke kantin"

Delon langsung menarik lengan Amel sebelum Amel menjawabnya. Membawa Amel ke kantin di dalam gedung fakultas Delon.  Istirahat pergantian mata kuliah 30 menit masih ada waktu Delon untuk mengajak Amel.

"Lo mau bawa gue kemana Delon? Pelan-pelan gak usah lari gini!"

"Makan di kantin fakultas gue. Kalo gak lari ntar lo lelet keburu masuk kelas."

"Tapi Lon, gue malu kalo ke kantin fakultas lo." kata Amel berusaha mencegah di bawa ke sana.

"Ada gue sih. Tenang aja kali!"

Amel mengikuti langkah Delon yang menariknya.

"Duduk! Biar gue pesenin. Lo mau apa?"

"Apa aja deh." jawab Amel sambil duduk.

Semua mata melihat ke arah Amel. Mungkin mereka bingung anak fakultas ekonomi makan di kantin hukum di tambah lagi Amel wanita tertenar di kampusnya. Wajar-wajar saja jika mereka memperhatikan seperti itu. Ada yang iri yaitu para perempuan, ada pula yang senang karna wanita tenar ada di fakultasnya, yaitu para lelaki.

Amel menyentuh pergelangan tangannya yang sepanjang jalan tadi di gandeng oleh Delon. Sehingga tidak sadar Delon sudah duduk di samping Amel.

"Sakit? Sorry ya. Sini biar gue usap-usap supaya gak sakit lagi!"

"Eh ng..." belum sempat Amel menjawab, lengan Amel sudah di usap oleh Delon agar tidak sakit lagi.

Sebenarnya Amel memegang pergelangan tangannya sendiri tadi bukan karna kesakitan, tapi justru dia senang. Se-perhatian itu kah Delon kepada dirinya. Sekarang tangannya makin di sentuh dengan lembut oleh Delon. Setelah ini mungkin Amel tidak akan mencuci tangannya.

Amel memperhatikan wajah Delon dengan sangat dalam. Amel sangat suka dengan perhatian itu padanya.

"Masih sakit?" tanya Delon sambil mengarahkan kepalanya ke arah Amel.

Amel langsung memalingkan kepalanya ke arah lain agar tidak tertangkap basah sedang memperhatikan Delon.

"Udah ko." Amel pun memberikan senyumannya.

"Yaudah, makanannya masih di buat. Lo masih ada waktu 20 menit buat masuk kelas"

Amel mengangguk pelan dan menundukkan kepalanya untuk tersenyum salah tingkah, pipinya juga memerah sekarang. Dan tidak aneh lagi jika jantungnya berdebar sedari tadi.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang