15. Dua

577 27 1
                                    

Di bayangannya saat ini hanya Delon. Amel selalu mencari tau tentang Delon. Entahlah, padahal statusnya dia sekarang masih 'berpacaran' dengan Ardi.

Seketika tubuh Amel terguncang, saat di lihat ternyata Bobby yang sedang berusaha membangunkan Amel.

"Mel bangun, lo ngampus kan hari ini?"

Lah udah pagi lagi. Gue tidur kapan?

"OH IYA!!! DELON!!!"

Amel baru sadar jika dia terlelap saat sedang memikirkan lelaki yang sekarang selalu terbayang di pikirannya.

"Delon? Delon siapa Mel?"

"Hah? Eh nggak kak gue baru inget dosen sekarang katanya killer namanya Delon. Gue harus buru-buru nih kak. Minggir!" jawab Amel salting dan berusaha menghindari pertanyaan Bobby lagi.

---

Jam mata kuliah sekarang sudah selesai. Amel diam menunggu bus yang lewat di halte yang di sinari terik matahari tengah hari.

Klakson motor berbunyi seperti sedang memanggil seseorang.

Spontan saja semua orang yang berada di halte bus itu pun menengok, termasuk Amel yang juga berada di tempat itu.

Amel menengok ke arah orang itu yg sedang duduk di atas motor dan wajahnya tertutup menghalangi Amel yang sedang ingin tahu 'siapa dia'.

Orang itu sedang memanggil-manggil Amel. Menyuruh Amel untuk menghampirinya.

Amel menengok kanan-kiri,depan-belakangnya. Memastikan apa orang itu benar sedang memanggil Amel.

Di lihatnya di segala arah tidak ada orang yang pas untuk di panggil orang yang berada di motor itu. Amel langsung menghampirinya.

"Ada apa ya?" tanya Amel bingung sambil memastikan wajah siapa yang berada di balik helm itu.

Orang itu membuka helm yang dia kenakan.

"Gue." jawab orang itu sambil tersenyum.

"Lah Delon lo ngapain?"

"Kebetulan gue ngeliat lo di sini kayak anak ilang, nltar ilang beneran lagi. Bareng gak?"

"Bareng? Nggak deh gue nunggu bus aja"

Amel menolak untuk sok jual mahal. Padahal hatinya ingin sekali di bonceng oleh Delon.

"Panas. Gue tau cewek anti panas. Buruan naik!"

"Dih maksa. Yaudah deh " Amel naik ke atas motor itu.

Sepanjang jalan Amel mengarahkan jalan ke Delon. Tibalah di gedung tinggi, gedung rumah sakit.

"Lo ngapain di sini?"

"Udah beberapa bulan terakhir ini gue di sini. Ibu gue sakit."

"Serius lo? Yaudah gue sekalian jenguk."

Delon memarkirkan motornya di depan rumah sakit.

"Assalamualaikum," Amel mengucap salam sambil membuka pintu kamar inap ibunya dan masuk.

"Waalaikumsalam," jawab semua yang berada di dalam kamar inap dengan serentak.

"Bu ada temen Amel mau jenguk."

"Suruh masuk aja Mel!"

"Lon masuk aja sini!"

Bobby melihat keluar pintu heran, jarang-jarang Amel membawa temannya untuk menjenguk ibunya, di tambah lagi itu seorang lelaki.

"Assalamualaikum bu," dengan sopan Delon mencium punggung tangan Andin ke bibirnya.

"Waalaikumsalam. Temennya Amel?" tanya Ibu Amel lembut.

"Iya bu, Delon. kebetulan tadi ketemu Amel yang lagi nunggu bus di halte depan kampus." jawab Delon yang sikapnya masih sopan setiap ibu Amel melontarkan pertanyaan.

"Mel ini Delon? Bukannya ini yang lo teriakin tadi pagi?" bisik Bobby pada Amel.

"Stttt," Amel menyuruh Bobby diam.

Sekitar 15 menit Delon berbincang dengan Ibu Amel pun dia pamit pulang. Dia mencium tangan Andin lagi sebelum ke luar.

Tidak lama setelah Delon sudah keluar dari kamar inap Andin tiba-tiba ada tamu lagi yang mengetuk pintu.

Amel membuka pintunya, tentu saja lelaki yang kemarin sudah berjanji untuk menjenguk Ibu Amel.

"Ardi?"

"Iya aku kan kemarin udah janji mau jenguk."

"Yaudah masuk!"

Berbeda sikap Amel mempersilahkan masuk Ardi dan Delon. Dan berbeda pula sikap kedua lelaki itu.

"Bu, Ardi."

Ardi masuk ke dalam kamar inap itu.

Bobby keheranan lagi, hari ini sudah dua lelaki teman Amel yang menjenguk Ibunya.

Teman? gue rasa ada salah satunya yang lebih dari teman.

"Mel temen cowok lo banyak juga ya. Yang mana yang lebih dari temen? Ini atau yang tadi?" tanya Bobby frontal, membuat Ardi mengangkat salah satu alisnya keatas.

"Gak usah dengerin kakak gue Lon, eh Di maksudnya."

Lon? Lon siapa? Yang tadi dateng kesini?

Ardi mengangguk dan tersenyum kecil. Sebenarnya Ardi sadar Amel salah memanggil orang, tapi Ardi menepis pertanyaan yang berada di benaknya. Saat ini bukan hal yang tepat untuk bertanya tentang itu.

Ardi berbincang-bincang dengan Andin membicarakan hubungan mereka.

Sekarang Bobby tahu, Ardi adalah kekasih Amel yang sebenarnya.

Bobby mengangguk sendiri, sudah mengetahui pertanyaan yang ada di pikirannya tadi.

Ardi pamit pulang. Beda dengan Delon, datang dan pamit mencium tangan Ibu Amel. Tapi Ardi...

"Bu, Ardi pulang ya udah ditungguin mamah di rumah." bangkit dari duduknya dan hanya memberikan senyum manisnya.

"Mel, aku pulang." kata Ardi sambil melakukan kesehariannya pada Amel, mengacak-acak rambut Amel.

"Bang." Ardi tersenyum pada Bobby yang duduk di pinggir pintu kamar inap.

Bobby hanya membalas senyum Ardi.

"Selera lo kayak gitu? Menang ganteng doang." Bobby menyindir Ardi lewat Amel.

Amel menghampiri Bobby, dan membisik pelan.

"Gue udah gak respect ."

"Putusin!" kata Bobby sambil berlalu keluar kamar inap.

Di benak Amel memikirkan satu kata yang telah Bobby keluarkan.

'Putus.'

Ah sepertinya Amel masih belum bisa di sadarkan hanya dengan satu kata saja. Amel tidak berani untuk memutuskan Ardi karna tau, 'karma itu ada'.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang