57. Secarik Surat

540 17 3
                                    

Fira menghampiri Amel yang sedang berada di dekat jenazah Delon. Dia melingkarkan tangannya di pundak Amel dan menenangkannya. Sekarang, Amel menangis di atas pundak Fira.

"Fir, semua ini gara-gara gue! Dia selalu nyelamatin gue, jagain gue, dan ngelawan orang-orang yang ganggu gue. Kenapa gue harus selalu bikin ulah sih?!"

"Sabar Mel. Gue juga sama kayak lo, kehilangan dia juga. Tapi lo harus ikhlas, dia udah tenang disana. Dia emang gak bisa jagain lo lagi disini. Tapi inget! Dia bakal perhatiin lo dari atas sana, dia jadi lebih gampang buat jagain lo terus disana. Gue tau lo sayang sama dia, tapi ini udah kehendak tuhan yang gak bisa lo ubah." ucap Fira menenangkan Amel dengan nada yang pelan.

"Tapi Fir, gue belum sempet jujur tentang hati gue ke dia." Amel masih terus menangis.

Memang lah pasti dia sangat terpukul Delon yang selalu ada di bayangannya, kini akan pergi untuk selamanya.

Baru kemarin Amel berulang tahun, dan di beri kejutan dari Delon. Padahal saat itu mereka tidak pernah bertemu. Perhatian-perhatian Delon selalu terbayangkan olehnya. Terkadang sifat dia cuek, tapi juga perhatian. Terkadang ucapannya dingin, tapi dari ucapan itu adalah suatu perhatiannya. Terkadang dia juga yang menghibur Amel dari segala masalahnya.

Apa ini menjadi hadiah terakhir dari Delon untuknya?

Fira membuka telapak tangan Amel, dan di taruhlah secarik surat. Amel tidak mengerti, entah siapa yang menulis surat untuknya itu.

"Lo bisa baca ini di tempat yang menurut lo nyaman dan tentram Mel!"

Amel memperhatikan wajah Fira dengan bingung. Fira pun mengangguk ke arah Amel.

Saat itu juga Amel beranjak pergi dari rumah duka itu, sebelumnya dia mengusap kepala Delon terlebih dahulu sebagai tanda perpisahan dan langsung menuju ke bukit tempat biasa dia berdiam seorang diri.

Dia tiba di tempat yang dia tuju itu dan dia melihat ke langit yang mengelilinginya sekarang.

"Delon! Lo di atas sana kan?! Lo liat kan gue di sini?! Lo liat kan gue di sini nunggu lo. Mungkin gak kalo lo bakal muncul di hadapan gue sekarang?!"

"Please muncul Lon. Ucapin salam perpisahan dulu buat gue! Kenapa lo harus pergi tanpa pamit? Padahal gue selalu bayangin lo ada di hadapan gue! Jahat lo!"

"Siapa yang bakal jagain gue di sini? Apa bener lo jagain gue di atas sana? Gue gak tau, gue gak bisa liat lo kalo emang bener lo jagain gue! Gue tenang dari segala masalah, kalo gue ngeliat wajah lo Delon!"

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa," teriak Amel sangat kencang, meluapkan semua kesedihannya sampai dia lega dan siap membaca surat yang di berikan dari tangan Fira.

Perlahan-lahan Amel membuka surat itu, dengan sangat hati-hati tentunya. Tulisan pertama yang Amel liat adalah,

Untuk Amel, yang hingga kini masih di dalam hati.

Amel melanjutkan membuka surat itu sampai semuanya terbuka, dan sampai tulisan tangan itu terlihat semua.

Hai cantik, jangan sedih terus dasar cengeng! Gue tetep ada di samping lo kok kalo lo tidur. Peluk aja kado yang gue kasih buat lo, anggap itu gue. Maaf kalo gue pergi tanpa pamit dan tanpa sepengetahuan lo. Maaf gue pernah marah sama lo dan ngeluarin kata-kata yang bikin lo sakit hati. Jujur semua kata-kata itu keluar sendiri dari mulut gue karna gue bela sahabat gue yang dari kecil gue sama-sama.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang