26. Aktivitas Biasa

499 25 4
                                    

Delon mengantar Amel ke rumahnya dan menuntun Amel masuk ke dalam.

"Gue tunggu di sini ya."

Delon terhenti di ruang tamu karna merasa tidak enak jika harus menuntun Amel masuk ke kamarnya juga. Di rumah Amel juga ada Bi Juju, dia takut jika Bi Juju memikirkan yang tidak-tidak.

Amel sedikit ragu untuk masuk ke kamar yang akan mengingatkannya ke hal itu lagi.

Mau tidak mau itu adalah kamarnya, Amel harus tetap masuk ke kamar itu dan harus melupakan semua kejadian itu. Toh sekarang sudah ada dua lelaki yang akan menjaganya.

Setelah semua keperluannya di ambil, Amel langsung menuju ruang tamu untuk menghampiri Delon.

Jalan Amel sangat pelan, tubuhnya masih terasa lemas.

"Udah?" tanya Delon segera bangkit dari duduknya untuk menuntun Amel kembali.

Amel mengangguk.

Delon menuntun Amel lagi sampai ke atas motornya dan di antar lah Amel ke rumah sakit. Dia hanya mengantar Amel sampai depan kamar inap Andin. Delon tergesa-gesa harus pulang kembali.

"Gue anter lo sampe sini aja ya. Gue harus buru-buru soalnya."

"Yaudah iya Lon, thanks banget ya udah mau anter gue bulak-balik gini!"

Delon tersenyum, mengeluarkan senyum termanisnya.

"Gue balik ya. Cepet sembuh Mel! Sampe ketemu besok!"

Amel membalasnya dengan senyuman dan anggukan.

Thanks Lon, lo udah perhatian gitu ke gue. Makasih banyak.

---

Amel bangun lebih awal di bandingkan dengan yang lainnya. Dia pun membuka gordyn kamar inap Andin itu, badannya sekarang telah segar kembali, dia siap untuk pergi ke kampus hari ini. Selain untuk belajar, alasan lainnya adalah untuk bertemu sang penyemangat.

Amel menunggu Leon seperti biasa di taman gedung fakultasnya.

"Amel! Gue kangen banget sama lo!" Leon memeluk Amel dari belakang, melingkarkan tangannya di leher Amel.

"Ih lepasin gue ke cekek cempreng!"

"Yee seenaknya aja lo ngatain gue! Lo gak kangen gue apa?" kata Leon sambil melepaskan pelukannya.

"Udah ah ayo cepet!" Amel menarik tangan Leon agar dia tidak terus-terusan mendengar ocehan Leon.

Amel memulai pembelajarannya di mata kuliah pertama ini, tapi pikirannya terus membayangkan sosok Delon yang seakan-akan berputar di atas kepala Amel. Rasanya ingin sekali cepat-cepat jam istirahat.

Saat jam istirahat tiba Amel langsung menuju lapangan basket. Entah kenapa dia sangat bersemangat sekali untuk menuju tempat itu. Dia duduk menunggu Delon di kursi taman dekat lapangan basket.

---

"Ini kelas udah beres kan? Minggir lo Sen gue mau istirahat!" kata Delon sambil menyuruh Sena memberi jalan untuknya keluar dari meja kelas.

"Istirahat kemana lo? Gue ikut ah, kalo ke kantin nanti duit gue abis lagi!"

Delon tidak menjawab pertanyaan Sena, dia hanya jalan terus meninggalkan Sena. Sena pun diam-diam mengikuti Delon dari belakang.

Delon dan Amel sudah di pertemukan di taman itu. Amel menongok ke belakang Delon dengan heran.

"Kenapa lo? Liat apaan?" tanya Delon.

"Itu lo bawa siapa Lon?" tunjuk Amel ke belakang Delon.

Delon menengok ke arah belakangnya, dia pun terkejut melihat Sena yang sudah ada di belakangnya.

"Lo? Lo ngikutin gue?" tanya Delon.

"Iya tadi kan gue udah bilang ke lo. Jadi ini ini maksud lo tiap hari ke sini?"

Delon menggangguk kecil. Dan ternyata Delon juga tidak sadar jika Sena ingin ikut. Dia hanya buru-buru untuk ke tempat yang dia tuju sekarang.

"Ini yang sering buntutin gue di kampus Mel, kenalan nih!"

Delon menggeser tubuhnya ke samping agar Sena bisa berdiri di sebelahnya dan berkenalan dengan Amel.

"Sena, keturunan bule. Jomblo 3 tahun. Minat?" Sena mengulurkan tangannya ke Amel.

Walaupun sikap Sena yang terlalu percaya diri dan terlihat modus tapi tetap, Sena seorang lelaki yang ingin serius menjalin hubungan dengan wanita.

"Amel. Hahaha gak minat!" Amel membalas uluran tangan Sena sambil terkekeh dengan cara Sena memperkenalkan diri.

Sena menatap mata Amel dengan sangat dalam.

Delon gak bilang-bilang punya temen semanis ini anjir. Gue bakal ingetin nama lo Mel!

Sena belum melepaskan genggaman tangannya dengan Amel, dan Amel pun tidak bisa melepaskan genggaman Sena.

Amel melihat ke arah Delon agar Delon bisa menyadarkan Sena.

"Awet ya itu salaman, beli lem dimana Sen?"

Sena tersadar dalam lamunannya yang tadi sambil memperhatikan Amel.

"Eh sorry kelamaan, maklum jomblo baru megang tangan cewek lagi." kata Sena sambil melepaskan genggamannya.

Mereka bertiga bercengkrama di taman itu, 2 lelaki yang di hadapan Amel saat ini sangat membuatnya terhibur dan membuatnya terkekeh berkali-kali hingga mereka lupa waktu.

Seperti biasa Leon berjalan menghampiri Amel ke taman di saat jam istirahat akan selesai supaya dia di temani Amel melewati koridor, melewati para senior dan masuk ke dalam kelas yang bersebelahan dengan kelas Amel.

"Lah kak! bang Sena! lo disini sama Amel? Udah kenal Amel juga? Jangan-jangan...."

Amel bangkit dari duduk dan menginjak sepatu Leon agar dia tidak melanjutkan kata-katanya.

Leon berteriak ke sakitan.

"Kak? Ini kakak lo Leon? Delon atau Sena?" tanya Amel heran sekaligus mengalihkan.

"Kak Delon lah Mel. Bentar lagi masuk nih! Aduuuuh." kata Leon sambil menahan sakit akibat di injak oleh Amel.

Jadi Delon itu senior gue?

"Iya ini adik gue Mel. Yaudah gih lo masuk kelas!"

Amel mengangguk segera berjalan dengan Leon dan meninggalkan Delon dan Sena.

"Gue ke kelas duluan ya kak. Jangan cabut lo!" suruh Leon pada Delon.

"Iya bawel!" jawab Delon sambil melangkah berjalan menuju gedung fakultasnya

"Dadah Amel" Sena melambaikan tangannya pada Amel dan masih berdiri di tempat itu memperhatikan Amel yang berjalan meninggalkannya.

"Woy Sen lo mau di situ terus? Buruan dosen killer!" kata Delon menakut-nakuti Sena.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang