13. Hari pertama

643 31 3
                                    

Ini hari pertama dimana Amel harus mengikuti pengenalan kampusnya.

Ya, kali ini Amel hanya sendiri tidak seperti biasanya yang ditemani sahabat-sahabatnya yang sekarang sudah berbeda tempat kuliah.

Amel memasuki wilayah kampus. Bukan hal biasa lagi jika semua mata memandang ke arah Amel. Karna kecantikan Amel tentunya. Bahkan, sebelum memasuki wilayah kampus sudah banyak lelaki yang menggoda Amel dan semua bisikan perempuan yang sedang berkelompok.

"Mulus banget itu orang, pasti perawatannya mahal,"

"Gila orang kaya tuh pasti,"

"Denger-denger dia pemain basket. Pemain basket kan bisa jadi item,"

"Butuh biaya berapa coba itu buat putihin kulit lagi?"

Kata-kata seperti itu yang sering Amel dengar sehingga dia tidak terpancing emosinya.

Semua mahasiswa baru dari semua fakultas dikumpulkan di aula yang sangat luas, kursi-kursi telah tertata rapih, pendingin ruangan sudah di nyalakan semua.

Acara dimulai dari pengenalan atasan-atasan di universitasnya dan diakhiri dengan kejutan yang mendatangkan penyanyi yang sudah tidak asing didengar. Tompi.

Amel menyendiri masih belum mendapatkan teman yang menurutnya baik. Amel merasa canggung berada di sekitar orang-orang yang sudah mendapatkan teman, dan teman yang lain telah memiliki teman baru sehingga tidak malu untuk bernyanyi mengikuti iringan bersama Tompi.

---

Tiga hari mahasiswa baru harus mengikuti pengenalan lingkungan.

Amel telah menyendiri dalam 2 hari kemarin. Amel tidak biasa untuk mengenalkan diri kepada orang lain. Biasanya ada sahabatnya yang selalu menyuruh Amel untuk memperkenalkan diri.

Hingga akhirnya hari ketiga, Amel bosan dengan kesendiriannya dan melihat seorang wanita duduk sendiri di barisan jurusan Amel. Karna sebelahnya kelihatan  kosong. Sepertinya dia penyendiri seperti Amel.

"Kosong ya?"

Baru kali ini gue nyamperin orang. Baik gak ya orangnya?

Amel takut salah orang untuk mengajak berkenalan. Setelah beberapa detik Amel menunggu jawaban.

"Iya kosong kok." wanita itu pun tersenyum.

Akhirnya dijawab. Semoga asik nih orangnya.

Dilihatnya wanita itu tersenyum, Amel pun mengajak berkenalan.

"Amelia Clara. Panggil aja Amel," Amel mengulurkan tangannya.

"nama kita hampir sama. Kenalin, Leonny Amelia Vanton. Panggil aja Leon,"

Amel mengangguk.

"Leon... Bagus. Namanya jarang ada yang punya,"

Leon terkekeh dengan ucapan Amel itu.

"Iyalah. Gue juga gak tau kenapa bisa 'Leon' mungkin nyokap gue sering liatin lampu,"

"Neon itu ya ampun," Amel dan Leon terkekeh membuat orang-orang di sekitarnya menengok ke arah mereka.

Mereka baru berkenalan. Tapi tidak sulit untuk membuat mereka semakin dekat. Selama hari terakhir pengenalan kampus ini mereka tidak pernah terpisah. Amel selalu dibuat tertawa dengan tingkah laku Leon.

Setelah acara selesai, seluruh mahasiswa tidak bisa langsung keluar wilayah kampus. Karna mereka digiring untuk mengelilingi tenda unit kegiatan mahasiswa di kampusnya.

Amel masih belum tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang telah dia lewati. Berbeda dengan Leon, Leon mendaftarkan diri untuk ikut kegiatan semacam kesenian (drama, tari, dance, dll).

Tibalah di tenda yang hampir paling akhir. Tidak salah lagi pasti Amel akan mendaftar kegiatan itu. Tentu saja basket yang Amel pilih.

"Lo suka basket Mel?" tanya Leon setelah Amel mendaftarkan diri.

"Sangat suka. Dari SMP gue ikut eskul basket,"

"Gila lo Mel. Kulit lo bening, ternyata lo sukanya basket. Nanti gue daftar deh, kali aja kulit gue berubah kayak kulit lo,"

Amel terkekeh dengan apa yang diucapkan Leon.

"Ya nggak lah, gue putih gini turunan dari keluarga. Gue juga gak tau kapan gue itemnya."

"Yaudah gue jadi keluarga lo. Biar gue ga tambah item."

Selama perjalanan pulang mereka terus bercanda, tertawa bersama.

"Bye Mel. Besok kabarin ya kalo otw."

Amel mengacungkan jempolnya dari jauh.

Kebetulan rumah mereka ternyata tidak jauh, hanya berbeda gang. Tapi mereka harus terpisah karna Amel sekarang harus ke rumah sakit, kamar inap Andin.

"Amel pulang bu. Assalamualaikum." di ciumnya punggung tangan Andin.

"Waalaikumsalam." jawab ibu, Bobby dan Bi Juju. Bobby sudah sembuh sekarang, wajahnya terlihat sangat fresh.

"Seneng banget kayaknya lo. Ada apaan? Ketemu cowok ganteng?"

Pertanyaan Bobby memudarkan senyum Amel karna teringat hubungan dengan Ardi semakin kacau.

Ketemu cowok ganteng? Hubungan sama Ardi aja gak selesai-selesai.

"Woy Mel. Kok senyum lo ilang?"

Amel tersadar.

"Mau lo apa sih kak? Orang gue senyum karna dapet temen baru,"

"Temen baru? Jangan-jangan cowok ya?" ledek Bobby melanjutkan.

"Apaan sih lo kak. Gue keluar ah. Males di sini ada lo."

"Yeh ngambeknya keluar." ledek Bobby sambil terkekeh.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang