34. Demi Amel

451 20 0
                                    

Tibalah Bobby dan Januar di depan rumah Delon. Bobby langsung masuk ke teras rumah Delon tanpa mempedulikan air hujan yang mengenai tubuhnya.

"Assalamualaikum Delon."

Delon menjawab salam dan keluar menghampiri Bobby yang berada di depan pintu rumahnya.

"Waalaikumsalam, eh bang ada apa?" tanya Delon sambil melirik ke luar pagar yang terdapat mobil dan Januar di dalamnya.

"Lo tau Amel di mana? Gue harap lo tau Lon, gue bingung banget mau nyari Amel kemana lagi." kata Bobby sambil menjenggut rambutnya sendiri dengan kedua tangannya yang menandakan dia sangat bingung dan pasrah ke mana lagi dia harus mencari adiknya.

"Amel bang? Amel kabur maksudnya?" tanya Delon penuh ke bingungan. Delon mengingat-ingat kemana Amel akan pergi.

"Gue gak tau bang Amel di mana, gue seharian ini di rumah." lanjutnya.

Setelah mendengar jawaban Delon seperti itu Bobby bingung harus mencari adiknya kemana lagi. Bobby menyalahkan dirinya sendiri. Dia berpikir bahwa dirinya lah yang membuat keadaan berubah menjadi seperti.

Januar hanya memperhatikan mereka dari ke jauhan, di dalam mobilnya. Dia tidak berdiam diri saja di dalam mobil, dia tetap cemas dan berusaha menelepon kantor polisi tetapi jaringan sibuk akibat badai.

Bobby menyentuh kedua bahu Delon, dia mengharapkan agar Delon bisa menemukan Amel.

"Lon, gue minta tolong sama lo. Gue percaya sama lo, lo pasti bisa nemuin adik gue. Bawa dia pulang kalo lo nemuin dia. Gue harap lo mau bantuin gue sama ayah gue ya Lon."

Bobby langsung berlari masuk ke dalam mobil ayahnya.

Delon masih terdiam di teras rumahnya, memikirkan kemana Amel akan pergi dalam keadaan seperti ini.

"Gue tau Amel kemana!" Delon pun ingat kemana dia menitipkan Amel.

Hujan sangat lebat, badailah yang terjadi saat ini. Tapi tidak menutup kemungkinan untuk Delon menyusul Amel ke rumah Sena memakai motornya karna tidak ada kendaraan lain yang berada di rumahnya sekarang. Mau tidak mau dia harus menerjang badai, hanya demi Amel.

Banyak petir yang menggelegar, Delon tidak mempedulikan hal itu. Hujan sangat deras, dia tidak peduli itu hanya air. Angin sangat kencang, dia pun tidak peduli hanya Amel yang ada di pikirannya sekarang.

Dengan kecepatan penuh Delon membawa motornya menuju rumah Sena. Tibalah di depan rumah Sena dan mengucapkan salam.

Seseorang membukakan pintu dari dalam, ya, itu Sena. Dia heran dalam keadaan badai seperti ini Delon datang ke rumahnya.

"Lon, lo ngapain ke sini? Badai gini. Bentar gue ambilin lo handuk."

Delon menolak perhatian sahabatnya itu.

"Gausah Sen, gue ke sini cuma mau nanyain di mana Amel sekarang?"

"Ada di dalem Lon di kamar tamu, badan dia panas."

Delon langsung masuk dan menuju kamar tamu yang terdapat Amel di dalamnya dengan keadaan pakaian yang masih basah kuyup.

Di lihatlah Amel yang sedang tertidur dengan damai di atas ranjang yang cukup besar. Delon menghampiri Amel. Jalannya di perlambat agar Amel tidak mendengar dan terbangun. Wajah Amel di tatap sangat dalam. Wanita yang di cari keluarganya sudah ada di dekatnya, wanita yang dia sayangi entah sebagai apa sudah ada di depan mata.

Delon sangat menyesal bukan dia yang berada di samping Amel, bukan dia yang menenangkan Amel. Kenapa dia menitipkan wanita berharga ini kepada orang lain? Kenapa dia tidak menjaga Amel?

Pelan-pelan Delon terduduk di bawah samping ranjang yang di tiduri Amel. Dia mengelus pipi Amel dengan lembut. Delon tahu pasti keadaan Amel saat ini sangat terpuruk, Dia bisa merasakannya.

Tiba-tiba Sena masuk ke dalam kamar itu dengan membawa handuk untuk Delon dan baju Sena yang akan di pinjamkan ke Delon.

Delon melepaskan tangannya yang menyentuh pipi Amel saat melihat Sena sedang memperhatikannya dari belakang.

"Sen, lo kenapa bawa dia ke sini? Lo tau abang sama ayahnya lagi cemas nyari dia? nunggu dia!" tunjuk Delon ke arah Amel. Dia sudah tidak bisa menahan emosinya sekarang.

"Gue udah bujuk dia buat pulang Lon, tapi dia gak mau. Gue juga bingung harus bawa dia ke mana yaudah gue bawa dia ke sini. Lagian lo juga kan yang nitipin dia ke gue."

"Ya gue nitipin dia ke lo karna gue percaya lo bakalan jagain dia dan lo juga sayang kan sama dia. Gue sengaja ngehindar dari dia supaya gue gak ganggu hubungan lo Sen. Gue minta ke lo cari jalan terbaik yang gak ngerugiin siapa-siapa!" tegas Delon.

"Sorry Lon, gue bener-bener gak tau tadi gue harus apa." Sena hanya meminta maaf, dia tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Sena, anter gue pulang sekarang!" tidak di sangka Amel sudah terbangun dari tidurnya mungkin karna mendengar ke gaduhan antara Delon dan Sena.

Mereka berdua langsung menengok ke arah Amel. Mereka terbengong, apa Amel mendengar yang di ucapkan Delon tadi?

"Sen, lo denger gue ngomong gak sih? Yaudah gue pulang sendiri aja."

Amel bangkit dari ranjang dengan tergesa-gesa menuju pintu keluar kamar itu.

"Mel-Mel biar gue yang anter lo" ajak Delon sambil menahan tangan Amel.

Genggaman Delon di tepis oleh Amel sendiri.

Berjalan...
Di kota besar ini
Mencari keberadaan hati
Yang tak kunjung berisi
Dan belum pula di tempati
Sebuah cinta yang selalu bersemi
Dalam adanya suatu ilusi

~Amelia Clara~

---

Author:
Hai, gimana nih cerita " Why Always You? " sampai sini? Semoga seru ya. Dari bab ini gue mau nambahin secarik puisi di beberapa bab seterusnya nih. Puisinya masih biasa soalnya baru belajar. Hehehe

Btw, makasih buat yang masih setia baca sampai sini, semoga semakin baper yaa.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang