24. Takut

483 26 1
                                    

Amel salah tingkah bagaimana caranya supaya dia tidak terlihat oleh Ardi.

"Amel? Lo di sini juga?" tanya Ardi yang tiba-tiba muncul di dekatnya dengan seorang perempuan yang bersamanya.

"Hah? Ardi? I-iya." jawab Amel gugup.

"Mel, gue mohon jangan tinggalin gue" Ardi langsung menghampiri Amel dan memegang tangan Amel.

"Sorry gue gak bisa di. Lo sama cewek ini aja yang lebih cantik dari gue!" Amel melepaskan genggaman Ardi.

Sahabat-sahabat Amel yang bersamanya hanya dapat menonton saja.

"Ini sepupu gue Mel! Mel tolong Mel jangan salah paham dulu. Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo." Ardi berusaha menggenggam tangan Amel lagi.

"Gila ya lo Di?! Gue bilang gak bisa ya gak bisa! Gue udah gak cinta lagi sama lo!"

"Tapi gue cinta sama lo Mel!" bentak Ardi sehingga semua yang ada di dalam restoran dan yang melewati restoran itu memperhatikan mereka.

"Stop ya! Udah jelas kan Amel gak cinta lagi sama lo! Lo itu cuma cowok brengsek yang cuma berani sama cewek!" Yumi pun angkat bicara membela Amel yang menunduk enggan untuk melihat Ardi.

"Jaga ya omongan lo! Lo tuh gak tau apa-apa mending diem!" emosi Ardi mulai keluar.

Yumi menghampiri Ardi yang berada di hadapan Amel dan menunjuk Ardi penuh ketegasan "Gue gak tau apa-apa?! Gue tau semuanya! Gue tau brengseknya lo! Perlu gue ceritain di sini?"

Amel menggeleng kepalanya dan menggenggam lengan Yumi agar Yumi tidak menceritakan semuanya.

"Inget Mel gue gak bakal ngelepas lo gitu aja! Tunggu kedatangan gue lagi!" ancam Ardi berbisik ke telinga Amel.

Ardi pun pergi dengan dendam pada Amel yang masih di bawanya.

Amel memeluk Yumi, bersandar di bahu Yumi. Yumi mengusap rambut Amel sambil melihat Ardi yang sedang melangkah meninggalkan mereka. Amel mengeluarkan air matanya, ketakutan Amel yang membuat dirinya menangis lagi.

"Hidup gue gak aman Yum. Gue takut!"

Semua sahabatnya menghampiri Amel  yang memeluk Yumi dan mereka pun memeluk Amel bersama-sama. Pelukan sahabat hampir sama dengan pelukan seorang ibu, nyamannya berada di pelukan sahabat.

Tidak lama setelah itu mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Amel dan Yumi di jemput Bobby yang sebelumnya sudah di hubungi oleh Yumi.

Bobby menunggu mereka mondar-mandir di depan mobilnya. Setelah melihat mereka Bobby pun langsung menghampiri Amel dan memegang wajah adiknya.

"Mel lo gak kenapa-kenapa? Lo di apain sama Ardi? Gak di apa-apain kan Mel? Lo kenapa gak cerita sama gue waktu itu? Kalo gue ketemu dia, gue abisin dia Mel!"

Amel di banjiri pertanyaan dari Bobby dan hanya di jawab dengan gelengan kepalanya. Mungkin Yumi sudah menceritakan semuanya ke Bobby melalui chat.

"Gue jagain lo Mel. Yumi juga pasti ada terus sama lo. Lo gak usah takut!" Bobby mengusap kepala Amel dengan lembut.

Yumi tersenyum dengan apa yang di ucapkan Bobby dan Amel hanya mengangguk lagi. Dia masih di takut-takuti dengan bayangan Ardi.

Mood Amel belum terkumpul setelah kejadian tadi, Amel masih belum juga tenang. Pikiran Amel sudah tercampur aduk, dia sudah tidak fokus akan semuanya.

---

Pagi pun tiba, hari kemarin sudah Amel lewati. Amel membuka matanya dan tubuhnya yang masih berbaring di atas kasur yang di bawa Bobby dari rumah ke kamar inap Andin.

Amel ingin bangkit tapi rasanya sangat berat. Dia tidak kuat untuk membangkitkan tubuhnya. Amel hanya bisa berbaring dengan mata terbuka, Bobby menghampiri Amel.

"Mel, lo jangan bangun dulu! lo demam dari semalem. Ilangin pikiran lo tentang dia! jangan bikin diri lo stress sendiri Mel!"

"Tapi gue harus ke kampus kak." Amel berusaha untuk duduk tapi karna tidak kuat jadi dia membaringkan tubuhnya lagi.

"Nggak Mel! Liat, buat bangun dari kasur aja lo kesusahan!" cegah Bobby.

"Amel, kamu harus istirahat ya!" suara lembut keluar dari mulut ibunya.

Mau tidak mau, karna tidak bisa memaksakan diri pun Amel terpaksa hari ini tidak masuk kuliah dan tentunya tidak bertemu dengan sosok lelaki yang dia kagumi.

---

Istirahat di kampusnya seperti biasa Delon duduk di lapangan basket tempat dia bertemu dengan Amel. Tapi hari ini Amel tidak juga tiba di tempat itu. Sepanjang istirahat Delon duduk sendiri di tempat itu. Hingga akhirnya istirahat selesai, Delon menuju gedung fakultasnya.

"Muka lo lesu banget sob?" tanya sahabat Delon yang bernama Sena itu.

"Biasa aja." jawab Delon dingin.

"Cewek bro? Mantan lagi?" tanya Sena yang masih terus penasaran.

"Perhatiin tuh dosen lagi ngajar! Dosen aja gak lo perhatiin, apalagi pacar." ledek Delon dengan wajahnya yang datar.

"Ngaca lah sob!" kata Sena terkekeh dan membalikkan ledekan Delon.

Delon termasuk murid teladan di fakultasnya, berbeda dengan Sena yang hanya mengandalkan ketenarannya di kampus.

Bagaimana tidak tenar? Sena adalah keturunan bule, rambutnya yang pirang, tubuhnya yang ideal membuat para wanita tergila-gila padanya. Walaupun banyak wanita yang suka padanya, Sena sudah menjomblo selama 3 tahun. Entahlah dia masih belum menemukan wanita yang cocok dengannya.

Sena juga teman SD Delon yang telah di pertemukan lagi di kampus itu. Mereka sekarang menjadi sahabat karib walaupun begitu, Delon adalah sosok yang tertutup dengan sahabatnya dia enggan untuk bercerita. Menurutnya, bercerita hanya menghabiskan waktu kecuali jika Sena yang memaksa Delon untuk bercerita. Termasuk cerita terakhirnya Delon kepada Sena beberapa bulan yang lalu menceritakan tentang mantannya.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang