29. Tidak Bisa

439 23 2
                                    

"Lo gak ke lapangan basket Mel?" tanya Leon.

"Ngapain lagi? Btw kakak lo kemana sih?" kata Amel to the point.

"Ehm, ada kali Mel di kelasnya. Dia ngampus kok."

Amel meng-iyakan, berusaha percaya dengan apa yang di katakan Leon.

"Gue kangen." jelas Amel pelan dan menunduk malu atas kejujurannya itu.

"Lo kangen gue Mel? Gue kan sama lo." cibir Leon bercanda.

"Ihhh bukan lo Leon!" jawab Amel kesal sehingga mendorong tubuh Leon pelan.

Amel tidak sadar jika Leon sedang mengalihkan pembicaraan, Leon tidak ingin sahabatnya terpuruk dengan keadaan sekarang ini yang di akibatkan oleh kakak Leon sendiri. Leon mengerti sifat Amel, dia pun mengerti sosok kakaknya, Delon.

"Eh sumpah lo gak bakal ke lapangan? Gue takut Sena nunggu lo. Ayo ikut gue!" Leon menarik lengan Amel dan menuju lapangan basket.

Benar saja Sena sudah menunggu Amel sambil duduk melamun. Lumayan lama menunggu Amel di lapangan itu yang akhirnya terbujuk oleh Leon. Memang Sena dan Leon sudah bersekongkol sebelumnya.

"Hey Mel, gue mau ngasih ini ke lo."

Amel mengambil secarik kertas itu dan mulai membacanya dalam hati.

Amel, cinta aku jatuh di pandangan pertama.
Mata kamu sudah memancarkan benih-benih cinta untuk aku, sehingga aku yakin bahwa kamu adalah wanita yang tepat untuk hati aku.
Iya aku tau kamu pasti akan berpikir aku tidak gentle seperti lelaki pada umumnya. Tapi aku janji, aku akan setia bersama kamu berbeda dengan lelaki biasanya.
Jujur, baru sekali ini aku bisa langsung jatuh hati saat pandangan pertama, kamu yang selalu ada di samping aku. Sebenarnya aku adalah seorang lelaki yang sulit untuk jatuh cinta. Selama 3 tahun aku menjomblo, akhirnya kamu yang sudah membuat aku memberanikan diri untuk jatuh hati kembali.
Amel, do you want to be my girlfriend?
Aku harap kamu mau menjawab pertanyaan itu kepada aku yang masih ada di hadapan mu sekarang ini.

-Sena-

Amel melihat ke wajah Sena, mata Amel berkaca-kaca. Masalahnya baru kali ini Amel mendapatkan sepucuk surat dengan kata-kata yang indah dan gombal.

Sena pun berlutut di hadapan seorang wanita yang bernama Amel itu, setelah dia mengungkapkan isi hatinya lewat surat.

"Mel, you want?" Sena meraih tangan Amel.

Leon yang ada di sana juga hanya sekedar menjadi penonton saja.

Amel memikirkan apakah dia terima atau tidak, dia bingung dan sangat bingung. Memang kali ini Sena yang selalu ada di samping Amel tapi tetap pada masalah hati. Apakah bisa cinta itu di paksakan?

Amel melepaskan genggaman Sena dari tangannya.

"Sorry Sen. Jujur, sebenernya gue sayangnya sama sahabat lo, bukan lo. Gue udah naro hati sama dia udah lama, walaupun sekarang posisi dia udah di ganti sama lo tetep aja Sen hati gue tetep buat dia. Entah sampe kapan gue mau kayak gini terus, gue gak bisa nerima lelaki lain selain dia. Sorry." setelah menjelaskan semua itu Amel berlari meninggalkan Sena dan yang pasti meninggalkan Leon juga.

Amel malu dengan penjelasannya alias kejujuran hatinya, tetap dalam keadaan itu masih saja yang ada di pikirannya hanyalah Delon.

Delon please, lo kemana? Gue butuh lo bukan dia!

Sena bangkit dari tumpuannya itu dengan perasaan kecewa dan sangat putus asa.

Leon menepuk bahu Sena "bang usaha terus ya, jangan pernah nyerah!" kata Leon memberi semangat.

Leon meninggalkan Sena dalam kesendiriannya.

Amel menunggu Leon di pintu masuk depan fakultas ekonominya. Dan dia tiba-tiba muncul di hadapan Leon.

"Leon tolong jujur, kasih tau gue Delon dimana. Gue sahabat lo!"

"Mel... Delon ada di gedung kampusnya, gue gak tau kenapa dia gak pernah ketemu lo. Mel gue kecewa sama lo, bang Sena selalu ada buat lo tapi lo tolak gitu aja!" kata Leon dengan wajah kesal.

"Masalah hati! Coba lo ada di posisi gue!"

Merasa Leon ada di pihak Sena dan tidak mengerti perasaannya pun Amel jalan begitu saja meninggalkan Leon.

Amel berjalan pelan melewati koridor, melewati kelas-kelas yang sangat ramai, dihantui terus dengan bayangan Delon seakan-akan Delon ada di gedung fakultasnya itu.

Amel masih memegang secarik surat itu di tangannya dan di lihat kembali oleh Amel.

Andai surat ini dari lo Lon. Kenapa sih bukan lo aja yang ngasih surat kayak gini? Gue tau gue cuma jadi penggemar rahasia lo. Gue gak berhak maksa lo buat ketemu juga. Gue sebatas secret admirer kan? Gak lebih.

Amel meremukkan surat itu dan di buangnya ke atas tempat sampah yang tertutup.

Kali ini kelas di bubarkan karna dosen yang izin tidak masuk karena sakit. Amel pun menuju halte bus lebih awal dan duduk di tempat itu berharap siapa tau Delon akan lewat di hadapannya.

---

"Lon, gue di tolak mentah-mentah sama Amel. Dia sayangnya sama lo, bukan gue." Sena membuka pembicaraan saat mata kuliah sedang berjalan.

"Serius lo? Gak mungkin lah, itu akal-akalan dia aja yang gak bisa nerima lo. Usaha terus bro kalo lo emang cinta! bisa jadi hatinya berubah buat lo." jawab Delon malah men- support.

"Lon? Lo gak ada niat buat bales hati dia?"

Delon menggeleng-gelengkan kepalanya "gue males pacaran." jawabnya singkat.

Mungkin hati gue sekarang udah jadi batu. Gue gak bakal jatuh cinta sama lo Mel, walaupun lo sayang sama gue. Di samping lo udah ada cowok yang beneran mau serius sama lo, dan itu bukan gue. Sahabat gue mampu bahagiain lo Mel.

---

Hingga pada saat jam bubar kampus pun Amel masih terus setia duduk di halte dekat kampusnya itu.

"Amel,"

Seseorang memanggil dari kejauhan, berharap itu Delon yang siap mengantarnya pulang.

Sayang sekali harapan itu pun musnah begitu saja saat di lihat orang yang memanggil itu adalah Sena. Ya, Sena yang tadi telah di tolak mentah-mentah oleh Amel tapi masih terus berjuang.

"Sorry Sen, itu bus gue udah dateng. Lain kali ya!"

Sebenarnya Amel sedang berusaha menghindar agar Sena tidak lagi mencintainya. Amel pun masuk ke dalam bus yang sebelumnya sudah tidak pernah dia naiki lagi.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang