33. Kabur

432 17 0
                                    

Amel berlari menangis sambil di guyuri air hujan dan berhenti tepat di depan pintu keluar pemakaman itu. Dia melihat ke arah belakang di ke jauhan tepat dimana Andin di makamkan dan Bobby yang masih berada di sana memperhatikannya.

"Gue benci lo kak! Gue benci!" emosi Amel berteriak ke arah Bobby.

Hujan semakin deras Amel pun melanjutkan langkahnya entah kemana dia akan pergi dan di bawah derasnya air hujan.

Pada saat sedang berjalan tiba-tiba Amel di payungi oleh seorang lelaki. Amel pun menengokkan kepalanya dan sedikit menengadah ke arah lelaki yang lebih tinggi darinya itu.

Ternyata Sena lah yang memayungi tubuh Amel. Sena memberikan senyuman kepada Amel yang masih sedikit menangis.

"Sen..." Amel menyebut nama Sena yang berada di sampingnya sekarang.

Sena memeluk Amel dengan berusaha memberi ketenangan terhadap wanita yang sangat dia sayangi.

"Sabar Mel, semua ini takdir yang nentuin. Ini bukan salah ayah lo atau pun kakak lo Mel."

Amel melepas pelukannya itu. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya, tetap keras kepala bahwa mereka lah yang membuat semuanya seperti ini.

"Lo gak tau apa-apa Sen."

"Gak Mel, gue tau semuanya. Tadi waktu gue di rumah sakit di suruh pulang sama lo sebenernya gue masih disitu dan gak pulang." tangan kanan Sena menggenggam tangan kanan Amel, tangan kirinya menggenggam gagang payung.

"Gue lagi mau sendiri Sen, mending lo pulang aja." Amel juga melepaskan genggaman tangan Sena.

"Gak mungkin gue ninggalin lo di saat ujan deres kayak gini Mel." Sena menatap mata Amel.

"Tinggalin gue!" bentak Amel.

"Tap...."

"Gue butuh Delon!" Amel memotong pembicaraan Sena dengan hentakan sekali lagi.

Saat itu perasaan Sena sangat sakit. Hentakan itu sangat menusuk ke hatinya walaupun hanya dalam satu kalimat dan satu nama saja.

Ternyata usahanya sia-sia, bukan Sena yang di butuhkan oleh Amel. Hanya Delon, Delon dan Delon. Bukan Sena!

Seorang Sena tidak mungkin menyerah begitu saja, dia tidak mungkin meninggalkan Amel sendirian dalam keadaan seperti ini. Sena terus berusaha membujuk Amel agar dia mau ikut dengannya.

Akhirnya Amel pun menurut dengan bujukan Sena. Sifat Sena berubah menjadi lebih tegas di bandingkan Amel agar orang yang dia sayang ini tidak kenapa-kenapa. Sena berjanji akan menenangkan Amel.

"Gue gak bisa ikut ngelayat Sen, gak enak badan jadi gak bisa kemana-mana. Lo aja ya yang temenin Amel, tenangin dia kalo lo emang sayang sama dia. Sampein salam gue ke dia." kata-kata ini yang di kirimkan oleh Delon untuk Sena ke dalam pesan singkat dalam handphone Sena.

Sena membawa Amel ke rumahnya karna Amel tidak ingin untuk kembali ke rumah dulu. Dia ingin menenangkan hatinya.

Di dalam rumah Sena terdapat orang tuanya yang sedang berduduk-duduk di sofa ruang tamunya. Sena pun mengetuk pintu rumahnya itu.

Ibunya Sena membukakan pintu untuk Sena dan melihat orang yang berada di belakangnya sedang menggigil kedinginan akibat air hujan. Amel pun di persilahkan sambil tubuhnya memegang handuk yang di ambilkan oleh ibunya Sena.

Sena membaringkan tubuh Amel di ranjang dalam ruangan kamar tamu.

"Gue bikinin teh manis ya Mel, sebentar."

Mendadak Amel teringat Delon yang perlakuannya kali ini sama dengan Sena. Bedanya hanya permasalahannya saja. Delon yang mengambil dan memberikan air minum di saat keadaan Amel terpuruk.

---

Bobby mencari Amel kemana pun tapi tidak di temukan. Januar pun ikut mencari Amel. Januar mengendarai mobil dan Bobby duduk di sampingnya. Mobilnya sudah di guyuri dengan hujan dan angin yang sangat deras.

Bobby teringat dengan Delon yang rumahnya tidak jauh dengan rumah yang di tinggali oleh Bobby.

"Ayah, kita ke pos satpam dulu."

"Ngapain Bob? Kita cari Amel dulu, Amel gak mungkin ada disana."

"Udah yah ke pos satpam dulu aja."

Januar memutar balikkan mobilnya dan menuju ke pos satpam yang berada di depan kompleknya.

Saat sedang melajukan mobilnya tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang berjalan di bawah derasnya air hujan. Januar menghentikan mobilnya di samping wanita itu. Dia mengira itu adalah Amel dan ternyata bukan.

Januar dan Bobby kecewa, itu bukanlah Amel yang sedang di carinya. Akhirnya Januar melanjutkan menyetir untuk menuju pos satpam. Mereka berdua berharap cemas semoga Amel tidak kenapa-kenapa.

Tibalah di samping pos satpam. Bobby bertanya pada satpam yang berteduh di dalam posnya.

"Pak, liat Amel?"

"Neng Amel? Tidak lihat saya mah a." jawab satpam dengan logatnya yang sunda.

"Bapak tau rumah Delon dimana?" tanya Delon lagi.

"A Delon mah yang di belakang a, rumahna yang di cat warna biru."

"Oh yaudah pak kalo liat Amel kesini paksa dia diem di sini ya pak, abis itu hubungin saya. Nuhun (arti: makasih) pak."

Januar melajukan mobilnya lagi menuju rumah Delon dengan kecepatan yang cukup tinggi. Bobby mencari Amel menengok ke kiri dan ke kanan jalanan.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang