48. Penghibur Hati

431 21 0
                                    

Tibalah Delon di sebuah tempat yang tidak jarang wisatawan, tempat itu bernama Pantai Tanah Lot. Delon naik ke atas batu karang yang sangat besar itu. Untung saja di tempat itu sedang sepi pengunjung karna bukan hari weekend.

Di atas batu karang itu Delon berteriak se-kencang-kencangnya, menghilangkan emosi dan pikiran yang berkecamuk pada dirinya.

Saat di tempat itu dia tidak terlalu memikirkan Fira yang meninggalkannya lagi, tapi pikirannya tertuju pada Amel yang pasti dia sedih melihat Delon dari kemarin hingga sekarang tidak bersamanya. Saat Amel pergi pun dia tidak menahannya.

Kenapa gue jadi mikirin Amel sih? Dia udah bahagia sama Sena. Apa mungkin gue sebenernya cinta sama dia? Ah gak mungkin. Jangan ganggu hubungan mereka!

Setelah itu pun Delon masih saja terus mengingat Amel. Entahlah, kenapa dirinya saat ini.

---

"Kenapa?" tanya Sena pada Amel yang terus melamun di dalam pesawat.

"Hah? Eh, gak papa Sen." jawab Amel sedikit berbohong.

"Bentar lagi sampe. Lo mau kemana dulu? Makan? Belanja? Bersihin rumah gue? Nyuciin baju kotor gue? Atau mau ke hati gue?" tanya Sena lagi yang berusaha menghibur Amel.

"Yee apaan sih lo Sen. Gue mau langsung pulang aja. Gue udah bilang ke Bi Juju ko."

Mereka dan penumpang lainnya keluar dari dalam pesawat setelah sampai Bandara Soekarno-Hatta.

Amel dan Sena menaiki taxi yang sudah berada di depan pintu masuk bandara.

Selama di dalam taxi mereka sedikit bingung mau membicarakan tentang apa, suasana hening. Sena juga takut di saat keadaan seperti ini Amel akan mengingat kejadian yang telah membuat dirinya sendiri menangis.

"Oh iya!!!" Sena memecahkan suasana dan membuat Amel kaget, dengan refleks dia menggerakkan tubuhnya.

"Apaan sih lo Sen ngagetin aja. Liat tuh pak supirnya juga kaget, kalo jantungan gimana coba?" omel Amel karna telah membuatnya terkejut.

"Maaf, maaf. Pak maaf juga ya." ucap Sena dari belakang pak supirnya itu.

"Gue lupa. Gue harus beli barang buat tugas gue Mel. Anter gue ke Mall dong temenin gueee." lanjut Sena memohon pada Amel yang duduk di sampingnya.

"Masa gue bawa-bawa koper sih Sen? Gila kali lo ya?"

"Yaudah kita ke rumah lo dulu terus langsung lo anter gue. Gak papa deh gue bawa ransel juga." ucap Sena yang masih terus memohon.

Dengan pasrahnya Amel harus menyetujui dan menemani permohonan Sena yang berlebihan itu.

Akhirnya mereka menuju ke rumah Amel untuk menaruh koper milik Amel.

Amel turun dari taxi dan membuka bagasi untuk mengambil kopernya sendiri. Saat hendak membuka pagar rumahnya, Sena memanggil Amel dari dalam taxi.

"Mel... Salam cinta dari gue buat Bi Juju di dalem." ledek Sena.

Amel hanya terkekeh mendengar yang di ucapkan oleh Sena dan segera masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum, bi." Amel mengucapkan salam saat membuka pintu rumah yang tidak terkunci itu.

"Eh, non kok sudah pulang? Sini bibi bawain kopernya. Biar non istirahat dulu." ucap Bi Juju sambil mengambil koper yang di bawa Amel.

"Iya bi Amel pulang duluan. Amel mau nemenin Sena dulu ke Mall sebentar ya bi." ucap Amel segera meninggalkan rumahnya lagi.

"Oh iya bi, salam cinta dari Sena katanya! Hahaha," teriak Amel dari dekat pagar rumahnya sambil melihat ke arah Sena yang terkejut bahwa ternyata Amel benar-benar menyampaikannya.

Bukannya Sena kesal dengan penyampaian Amel kepada Bi Juju, malah dia berterima kasih sudah di sampaikan.

Mereka sepanjang perjalanan terkekeh, menceritakan hal yang membuat mereka terkekeh berkali-kali. Sampai-sampai supir taxi itu pun ikut terkekeh dan berbagi pengalaman lucunya.

Ternyata orang yang dulu pernah gue bikin kecewa, sekarang malah bikin gue bahagia.

Amel dan Sena turun dari taxi dan bersalaman dengan supirnya yang sudah di anggap akrab dengan mereka. Setelah mereka berdua turun pun supir taxi itu langsung meninggalkan mereka dan segera mencari penumpang yang lain.

Sena gelisah, seperti ada yang kurang di antara mereka berdua. Sena memberitahu kepada Amel dan mereka berdua berpikir keras, kenapa bisa merasa ada yang kurang di antara mereka.

"Mel,.." ucap Sena pelan sambil menyentuh bahunya sendiri.

"Ransel!!!" dengan kompak mereka menyebutkan barang yang kurang di antara mereka. Ransel itu tertinggal di dalam taxi yang mereka tumpangi tadi.

"Buruan lo telepon pak Asep! Keburu ada penumpang yang lain lagi!" suruh Amel. Kebetulan karna mereka sudah merasa akrab dengan supir taxi yang bernama Asep itu, sebelum turun taxi Sena meminta nomor handphone Pak Asep.

Setelah Sena menelpon, Pak Asep pun segera mengamankan ransel Sena yang tertinggal. Amel dan Sena sedikit lega dan Pak Asep nanti akan menjemput ke Mall itu lagi.

Mereka berdua masuk ke dalam Mall mencari barang yang katanya untuk tugas Sena.

Entahlah, mencari barang untuk tugasnya, atau Sena memiliki maksud lain yang membuat mereka berdua pergi bersama.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang