Bus sudah ada di hadapan Amel sekarang tetapi Amel tetap diam duduk di kursi halte bus depan kampusnya.
"Mel lo nunggu siapa?" tanya Leon heran.
"Gak nunggu siapa-siapa. Gue mau di sini dulu, mager di rumah."
"Yaudah deh gue duluan ya. Buru-buru nih soalnya."
"Iya yaudah hati-hati. Bye." Amel melambaikan tangannya pada Leon.
Leon membalas lambaian tangan Amel.
5 menit.
10 menit.
15 menit.
20 menit.
25 menit.
Amel masih menunggu orang yang belum pasti akan datang. Setiap 5 menit sekali dia melirik jam tangannya.
Terus-terus dia sabar menunggu Delon yang tidak juga datang. Amel sengaja menunggu Delon yang biasanya berpas-pasan di sini.
Hingga menit ke 25 Amel lelah menunggu dan berlalu pergi dari halte bus depan kampusnya itu.
Lo kemana Delon? Kalo di tunggu tuh lo ga bakalan dateng ya.
Entahlah, mungkin hari ini Delon tidak masuk kampus ada urusan atau ada yang lainnya. Yang jelas Amel tidak tahu, sekarang ini dia sedang hobby untuk menunggu yang tidak pasti.
Amel memutuskan untuk menaiki angkutan umum yang berhenti di depannya.
Tibalah Amel sekarang di depan rumah sakit. Amel melawati lorong-lorong kamar rawat inap dan sekarang sudah berada di depan pintu kamar inap Andin.
Amel masuk mengucapkan salam pada Andin, Bobby dan Bi Juju yang sedang merapihkan pakaian kotor ke dalam tas.
Amel merebahkan tubuhnya di sofa.
"Kak, hari ini belum ada yang jenguk?" tanya Amel pada Bobby.
"Belum, bentar lagi juga dateng."
"Siapa kak?" tanya Amel lagi.
"Bawel deh. Liat aja nanti!"
Tiba-tiba dari luar ada yang mengetuk pintu kamar inap Andin.
Bobby yang membukakan pintu. Dia pun langsung memeluk Januar ayahnya yang berada di depan pintu.
"Bu, Mel, ada ayah."
Amel sudah berada di belakang Bobby, tidak tau kapan dia menghampiri Bobby dan Januar yang masih berada di pintu.
"Buat apa ayah ke sini lagi? Udah Amel bilang kan waktu itu kalo ibu gak mau liat ayah lagi!" kata Amel sambil menunjuk ke arah Andin yang sudah mengalihkan padangannya ke sisi lain bukan pada mereka lagi. Bahkan Andin pun enggan untuk melihat Januar.
"Bisa liat sendiri kan yah?"
Bobby yang dari tadi diam melihat sikap Amel akhirnya angkat bicara.
"Bentar Mel, tenang dulu!" Bobby menahan lengan Amel.
"Apaan sih kak? Lo tuh gak tau apa-apa! Dia yang udah bikin sakit ibu kambuh lagi! Atau jangan-jangan selama lo di London lo kompromi kan sama dia?" tunjuk Amel pada Januar yang dari tadi diam.
"Nggak Mel, biar gue jelasin dulu. Niat ayah baik." jawab Bobby menenangkan.
"Mau niat dia baik atau nggak juga pokonya gue sama ibu gak mau buat liat muka dia lagi!" Amel sudah sangat emosi kepada Januar.
"Mending ayah sekarang keluar dari sini dari pada ayah bikin hubungan Amel sama kak Bobby jauh! Pergi!" Amel mengusir Januar.
"Tapi Mel tolong." kata Bobby dengan penuh harapan agar ayahnya tetap di sini untuk menjelaskan.
Januar menenangkan Bobby.
"Udah biarin, biar ayah yang ngalah. Tenangin aja ya adik kamu!" kata Januar lembut dan sangat sabar.
"Tapi yah."
Ayahnya hanya tersenyum dan pergi dari tempat itu meninggalkan mereka.
"Maksud lo apaan sih Mel?!" bentak Bobby.
"Lo gak usah bentak gue gitu deh kak! Gue gak suka kehadiran dia lagi disini! Gak usah maksa!"
"Niat dia baik ke sini! Jaga sikap lo! Jaga kesopanan lo Mel! Mikir!" bentak Bobby sambil mengejar Januar.
Amel hanya menundukkan kepalanya saat Bobby bicara seperti itu. Sakit memang. Tapi sifat keras kepala Amel yang membuat Amel seperti ini.
"Yah," di panggilnya Januar oleh Bobby yang berlari ke arahnya.
"Bob," Januar memeluk Bobby dengan penuh kasih sayang kepada Bobby. Mungkin Januar juga sangat merindukan keluarga yang harmonis seperti dulu.
Bobby membalasnya.
"Maaf perlakuan Amel. Dia keras kepala. Tolong sabar yah!" Bobby melepas pelukannya.
"Gak masalah Bob. Yang penting kamu mau maafin ayah sekarang."
Bobby mengangguk.
"Nanti Bobby yang bakal jelasin semuanya ke Amel sama ke ibu." kata Bobby meyakinkan.
"Gak usah. Biar ayah aja nanti yang ceritain. Mungkin situasi tadi lagi gak pas. Kamu tenangin aja adik kamu itu ya!" Januar menepuk pundak anaknya dan berlalu pergi.
Bobby berjalan pelan di koridor rumah sakit. Rasa malasnya untuk kembali ke kamar itu untuk berdebat lagi dengan Amel.
Akhirnya Bobby menyendiri di taman belakang rumah sakit merenungi dan memikirkan apa yang harus dia perbuat sekarang dan ke depannya.
---
Saat Bobby sudah keluar mengejar Januar, di dalam kamar inap Amel langsung memeluk Andin dengan air mata yang keluar dari matanya. Andin pun membalas pelukan itu dan menenangkan Amel.
"Mel, lebih baik kita dengerin penjelasan ayah kamu dulu!"
"Tapi bu, ayah yang udah bikin ibu kambuh lagi kayak gini."
Andin menggelengkan kepala dan menghapus air mata Amel.
"Nggak nak, ibu kambuh lagi bukan karna ayah. Ini takdir ibu buat balik lagi ke sini. Tuhan yang udah ngatur ini semua bukan ayah kamu yang salah. Coba denger penjelasan orang dulu. Kita benci sama orang tapi apa salahnya kita dengerin penjelasan dia supaya semuanya baik-baik lagi dan gak ada lagi beban hidup." jelas Andin sambil tersenyum.
Amel menyenderkan kepalanya di bahu ibu Amel. Ibu Amel pun melingkarkan tangannya ke tubuh Amel.
Kasih sayang seorang ibu yang paling dia kagumi. Kasih sayang ibu yang sangat nyaman membuat kasih sayang itu tidak ada bandingannya di bandingkan kasih sayang dari orang lain.
Ibu, Amel harap ibu cepet sembuh. Ibu bisa kembali normal lagi. Beri semua kasih sayang ibu ke anaknya. Amel kangen ibu sembuh. Amel pengen ibu sembuh. Amel gak mau ibu sakit lagi. Amel kangen ngeliat ibu di rumah, bukan di tempat ini terus. Amel takut sendiri bu, Amel takut Amel gak bisa milikin pelukan dan kenyamanan kayak gini bu. Amel janji akan melawan diri Amel yang gak mau denger penjelasan ayah. Amel bakal coba nanti tapi bukan sekarang.
Semua orang pasti takut akan kehilangan seorang ibu. Sosok bidadari yang membuat semua anaknya terkagum. Sosok yang super walaupun dia adalah seorang perempuan. Ibu adalah cerminan anaknya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Always You? [Completed]
Novela JuvenilDalam berhubungan pasti sangat ingin untuk dihargai oleh pasangannya. Cepat bosan adalah hal yang tidak diinginkan oleh pasangan. Seiring berjalannya waktu karma pun pasti datang kepada orang yang telah menyia-nyiakan seseorang. Lalu, bagaimana upa...