35. Menyesal

487 20 0
                                    

Akhirnya Sena yang mengantar Amel pulang memakai mobil yang berada di garasinya. Walaupun hujan sudah cukup reda tetap saja Sena melindungi Amel dari rintik air hujan.

Delon memperhatikan Amel dan Sena dari atas motornya. Ada apa dan kenapa Amel menolak ajakannya? Delon sangat kecewa akan hal itu, termasuk pada dirinya sendiri.

Sena mengantarkan Amel sampai tujuan dengan selamat. Amel hanya berterima kasih lalu masuk ke dalam rumahnya tanpa mengeluarkan kata yang lain. Sifatnya sekarang dingin dan lebih banyak murung di dalam mobil tadi.

Di ruang tamu terdapat Bobby yang sedang mondar-mandir dan Januar yang duduk melamun memikirkan cara agar Amel di temukan. Duka hari ini sangatlah berat.

Amel masuk ke dalam rumah dengan tatapan yang kosong, melewati Januar dan Bobby.

Januar dan Bobby menghampiri Amel yang terus berjalan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Mel lo kemana aja? Kita di sini cemas mikirin lo." Bobby memeluk Amel sangat erat, mencurahkan rasa kangennya.

Amel tetap diam dalam tatapan kosong, hidupnya kini seperti sudah hancur. Dia tidak bisa melakukan apapun lagi di dunia ini. Duka ibunya yang paling dia sayang telah pergi dari dunia ini, Delon yang sangat dia cintai pun telah menyakiti hatinya.

Dia bukanlah barang yang dengan mudahnya di titip-titipkan kepada orang lain. Dalam keadaan seperti ini yang sangat  dia butuhkan adalah Delon, bukan orang lain. Tapi Delon hanya memberikan kesedihan lagi di hari ini.

Amel melepaskan pelukan erat kakaknya dan menghiraukan apa yang di katakan oleh ayahnya. Dia masuk ke dalam kamar, bukan kamarnya sendiri, melainkan kamar ibunya. Rindu akan sosok ibunya, kesedihan dia keluarkan di kamar ibunya. Pintu telah tertutup rapat dan terkunci.

"Mel buka Mel gue minta maaf, biar gue jelasin semuanya." terdengar suara Bobby yang mengetuk pintu kamar dari luar.

Amel tidak menjawab apa yang di katakan oleh Bobby.

"Ayah selalu dateng kemarin-kemarin itu pengen balik lagi sama kita, dia nyesel Mel. Ayah masih sayang banget sama ibu, dia gak bakal ngelukain ibu lagi. Dia bukan mau nyakitin ibu Mel. Ayah juga sedih harapannya sekarang udah ilang, orang yang sangat dia cintai udah pergi Mel. Tolong kali ini lo ngerti, maaf gue baru jelasin ini sekarang gue tau ini udah terlambat. Tapi tolong jangan gini terus Mel keluar dari kamar please kita sama-sama lagi. Gue juga sedih ibu udah pergi bukan lo aja yang sedih, tapi itu udah takdir yang gak bisa kita ubah lagi." lanjutnya.

Januar hanya bisa meratapi kata-kata yang di lontarkan Bobby untuk Amel. Sungguh, dia sangat menyesal, dia ingin kembali tapi semua sudah terlambat.

Amel kaget dengan apa yang telah di jelaskan oleh Bobby, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi. Dia tetap memurung di dalam kamarnya. Kali ini dia sadar bahwa dia yang salah, waktu itu dia tidak ingin mendengarkan penjelasan dari Bobby ataupun ayahnya. Amel teringat nasehat dari ibunya...

"ibu kambuh lagi bukan karna ayah. Ini takdir ibu buat balik lagi ke sini. Tuhan yang udah ngatur ini semua bukan ayah kamu yang salah. Coba denger penjelasan orang dulu. Kita boleh benci sama orang tapi apa salahnya kita dengerin penjelasan dia supaya semuanya baik-baik lagi dan gak ada lagi beban hidup."

Amel sangat menyesal dia bisa lupa dengan nasehat dari ibunya itu, kebenciannya yang sangat besar itu telah membuat dirinya tidak ingin mendengarkan semua orang termasuk ibunya.

Sekarang, dia masih ingin menyendiri tanpa di ganggu oleh siapa pun. Bukan karna dia masih membenci kakak dan ayahnya, tapi merenungkan kesalahan yang telah dia perbuat.

Akibat dirinya, ibu Amel belum sempat merasakan kebahagiaan selama sakit, ibunya hanya merasakan kesedihan saat Amel dan ayahnya masih belum juga akur hingga ibunya telah pergi dari dunia ini.

Sungguh dia merasa dia adalah anak yang sangat durhaka kepada kedua orang tuanya.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang