Sena:
Lon, gue putus. Mungkin ini jalan terbaik lo supaya bisa deketin dia! Jangan sakitin dia lagi!Delon membaca pesan yang di kirimkan oleh Sena ke handphone-nya. Entah perasaannya kali ini dia harus bersedih atau harus bahagia.
Motor segera di kendarai olehnya dan menuju ke rumah Sena. Tapi sayang Sena belum sampai di rumahnya.
Kayaknya gue harus ke rumah Amel sekarang juga.
---
"Assalamualaikum," Delon mengucapkan salam di depan rumah besar tempat tinggal Amel.
"Waalaikum..."
"Salam," lanjutnya dengan suara yang tiba-tiba mengecil saat Amel melihat Delon lah yang sekarang berada di depan rumahnya.
Delon membuka pagar rumah Amel dan bergegas segera menghampiri Amel yang posisinya masih tetap berada di teras rumah.
"Kenapa bisa secepet ini lo putus sama sahabat gue?!" tanya Delon to the point, sedikit membentak Amel.
Amel yang tadinya senang melihat sosok lelaki itu seketika bingung dan terkejut melihat sikap Delon yang kasar.
"Lo tau kan kalo Sena cinta mati sama lo?! Kenapa dengan segampang itu lo putusin dia?! Sadar! Di sana ada cowok yang cinta banget sama lo! Lo buta? Sampe-sampe lo gak bisa liat cintanya Sena ke lo?! Coba lo liat sedikit, hatinya sahabat gue tuh buat lo! Cewek aneh!" lanjut Delon dengan nada sekarang yang benar-benar membentak Amel dengan sangat emosi.
Dia menahan air matanya agar tidak keluar di hadapan wanita itu. Dia berusaha membela sahabatnya, walaupun wanita itu juga yang dia sayangi.
Amel terdiam kaku mendengar lontaran kata yang di ucapkan oleh Delon.
Delon pun bergegas keluar rumah Amel dan mulai menaiki motornya.
"Lo pikir cinta bisa di paksain?! Lo pikir Sena bakal bahagia dapetin cinta terpaksa dari gue?! Lo yang harus mikir, Delon Aditya!" tegas Amel berteriak ke arah Delon yang akan segera meninggalkan dirinya.
Lo yang harus mikir Lon. Liat! Hati gue ini buat lo!
Tak ku sangka kalimat dan ucapan itu
Kau sendiri yang melontarkannya untukku
Tak ku sangka kau sendiri membuat ku mengerti
Akan pahitnya kata per kata darimu
Ya, aku mengerti
Mungkin cinta ini memang tak adil
Tuhan menutup hatiku ini agar tak terlihat oleh engkau
Dan kau pun tak memikirkan pemilik hati yang telah kau sakiti
Mengapa?
Mengapa kau tega membuat ke gundahan
Yang berjalan terus menerus
Tanpa dirinya mengetahui isi hati ini-Amelia Clara-
Delon menghiraukan ucapan Amel, dia pun meninggal kan Amel dengan perasaan yang masih terbilang sangat emosi.
Jalan terus di telusuri olehnya, sambil melirik ke segala arah mencari keberadaan Sena. Dia membutuhkan Sena saat ini, dan pasti Sena pun membutuhkan Delon.
Sebuah mobil di belakang Delon itu berkali-kali membunyikan klakson yang cukup keras. Delon melirik ke kaca spionnya untuk melihat mobil itu.
Delon menghentikan motornya di pinggir jalan, begitu pun dengan mobil yang mengklakson dirinya dari belakang.
"Woy, maksud lo apa? Emang gue ngehalangin lo?! Lo kira ini jalan nenek moyang lo?!" Emosi Delon. Dia memukul kaca mobil, memaksa orang itu keluar dari mobilnya.
Orang itu membuka kaca mobilnya dengan santainya seperti tidak memiliki kesalahan sama sekali.
Ternyata yang berada di dalam mobil itu adalah Sena, sahabatnya sendiri.
"Sena? Maksud lo apa tadi?" tanya Delon yang baru saja terkejut dan baru menyadari bahwa itu adalah sahabatnya.
"Maksud yang mana? Gue putus, karna lo!"
Sena membuka pintu mobilnya itu, dia sekarang sudah berhadapan dengan Delon. Dia menarik kerah kemeja baju Delon ke atas. Delon tidak mengerti apa sebenarnya maksud Sena.
"Lo masih gak ngerti? Amel mutusin gue karna dia cintanya sama lo! Kenapa saat gue pacaran sama dia, lo masih tetep ada di hadapan Amel?! Itu! Itu yang buat Amel gak bisa lupa sama lo!" tinjuan Sena mendarat di wajah Delon.
"Gara-gara lo Delon! Penghianat!" tinjuan kedua mendarat lagi di sisi lain wajah Delon.
Delon masih diam, dia menerima pukulan demi pukulan itu walaupun sangat sakit. Demi sahabatnya.
"Kenapa lo gak jawab?! Jawab! Bela diri lo! Gue tau lo suka juga kan sama Amel?! Jujur!" Sena mendorong Delon hingga Delon menempel di mobilnya Sena itu.
Delon yang seharusnya menghindar malah menghampiri Sena lagi. Dia tetap siap babak belur karna Sena.
"Silahkan lo pukul gue sepuasnya Sen! Luapin semua emosi lo ke gue! Gue ngaku kalo gue salah!" jawab Delon dengan raut wajah yang sudah pasrah karna hatinya telah tertangkap basah.
---
Amel merenung di dalam kamarnya memikirkan perkataan yang di ucapkan oleh Delon saat baru beberapa waktu yang lalu.
Handphone-nya berdering sangat kencang. Deringannya lama-kelamaan semakin kencang. Penelepon itu meminta Amel mengangkat teleponnya.
Dengan perasaan malas, mau tidak mau dia harus tetap mengangkat telepon itu sebelum handphone-nya meledak karna ulah si penelepon.
"Teman anda yang bernama Delon dalam bahaya. Saya butuh anda, jika tidak lelaki ini akan habis nyawanya! Silahkan temui saya di belakang gudang ruko depan komplek!" suara asing itu tidak Amel kenal dan penelepon itu langsung mengakhiri panggilannya.
Awalnya Amel tidak percaya, tapi setelah mendengar nama 'Delon' perasaan khawatirnya langsung membeludak, dia tidak ingin lelaki itu mengalami kecelakaan karnanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Why Always You? [Completed]
Подростковая литератураDalam berhubungan pasti sangat ingin untuk dihargai oleh pasangannya. Cepat bosan adalah hal yang tidak diinginkan oleh pasangan. Seiring berjalannya waktu karma pun pasti datang kepada orang yang telah menyia-nyiakan seseorang. Lalu, bagaimana upa...