52. Putus

484 19 0
                                    

Mereka semua telah selesai makan nasi tumpeng yang di hidangkan oleh Bi Juju.

Sedari tadi Delon merasa asing di tempat itu. Dia sama sekali tidak merasa nyaman di sana. Apalagi dia harus memperhatikan sahabatnya yang selalu dekat dengan Amel.

Delon memutuskan untuk pulang ke rumahnya dan menyelesaikan tugas dari kampusnya.

"Om, saya pamit pulang duluan ya. Masih ada tugas lain di rumah." ucap Delon seraya bangkit dari duduknya dan menghampiri Januar untuk pamit mencium tangan Januar.

"Kalo gitu saya juga pulang duluan ya om." ucap Leon mengikuti kakaknya yang akan pulang itu.

"Hati-hati di jalan ya nak!" jawab Januar untuk Delon dan Leon.

"Hati-hati bro!" ucap Sena.

Sekarang adalah quality time Amel dengan para sahabatnya, dan tidak lupa juga dengan Sena. Januar dan Bobby sudah meninggalkan ruang tamunya dan segera menuju ke kamarnya masing-masing.

Mereka yang berada di ruang tamu menertawakan kejadian-kejadian saat mereka SMA. Hal-hal yang dulunya aneh bahkan menyedihkan tapi sekarang setelah di ingat malah membuat lucu.

Apalagi saat Amel yang anehnya mau menangisi Ardi saat itu, bahkan sampai mau bertengkar dengan Fira hanya karna lelaki itu. Amel pun malu sendiri mengingatnya, aneh dan jijik dia bisa menangisi hal konyol seperti itu.

"Guys, lo kalo mau tau nih ya Fira itu ternyata mantannya Delon loh!" ucap Amel seraya memberitahu sahabat-sahabatnya itu.

"Demi apa lo? Delon yang tadi?!" tanya Cindy.

"Kok lo tau?" tanya Ajeng juga.

"Iya Fira mantannya Delon. Amel di pertemukan dengan Fira di Bali! Hahaha," Yumi menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan kepada Amel.

"Dan di Bali itu ada Delonnya juga kan?" tanya Mela yang ikut menimbrung.

"Iya, Amel aja nangis terus liat itu." jawab Sena meledek Amel.

Amel tetap diam tidak menjawab apapun dari mereka, karna jawabannya juga memang sudah di wakilkan oleh Yumi dan Sena.

"Hahaha, kebayang gue nangisnya Amel karna cowok kayak gimana!" Cindy meledek Amel yang wajahnya semakin memerah.

Kini Amel sedang di bully habis-habisan oleh sahabat-sabatnya dan kekasihnya juga. Hal-hal memalukan itu malah di jadikan bahan tertawaan oleh mereka. Amel sesekali menahan senyum malunya dan berusaha membuat pipinya tidak semakin memerah.

Mereka semua tertawa bersama di hari itu. Bahagianya Amel di ulang tahunnya ini, membuat dia dapat berkumpul dengan orang-orang yang sudah jarang bertemu dengannya.

---

Hari ini hari ke-7 Amel menjalin hubungan dengan Sena. Perasaannya masih sama. Entah sangat sulit hati dia beralih untuk Sena, selalu saja dia memikirkan tentang Delon.

Selama berpacaran ini Amel selalu bisa menyembunyikan perasaannya untuk Delon, tapi tetap perasaannya tidak juga berubah.

Amel pun masih bingung bagaimana caranya dia agar bisa mencintai Sena seutuhnya. Padahal Sena sendiri selalu berusaha membuat Amel nyaman dengannya.

Berarti benar, sekuat-kuatnya seseorang untuk merubah hatinya dari orang yang sangat dia cinta untuk orang lain, pasti tidak akan bisa dengan cara yang di paksakan. Karna memang, Cinta tak dapat di paksakan.

Mungkin ini hari yang tepat untuk memutuskan hubungannya dengan Sena setelah Amel sadar dengan perasaannya yang tetap untuk Delon, sebelum Sena tambah mencintai Amel.

Amel mengirimkan sebuah pesan untuk Sena,

Amelia Clara:
Aku mau ngomong sesuatu ke kamu. Ketemu aku di taman sekarang Sen.

Setelah mengirimkan pesan untuk Sena, Amel segera bersiap-siap mengganti bajunya dan langsung pergi ke taman pada saat itu juga.

Sena yang membaca pesan dari Amel pun begitu. Dia langsung menuju keluar rumahnya dan mengendarai mobil untuk menuju ke taman.

Dia berlari kecil untuk menghampiri Amel yang sudah menunggunya sejak dari tadi, karna rumah Sena yang lumayan jauh di bandingkan dengan rumah Amel yang sangat dekat dengan taman itu.

"Maaf Mel, kamu nunggu lama." ucap Sena dengan nafas yang terengah-engah.

"Iya gak apa-apa. Sini duduk dulu!" jawab Amel dan mempersilahkan Sena duduk di sebelahnya.

"Kamu tadi mau ngomongin apa?" tanya Sena to the point.

Amel diam sebentar, dia ragu harus bicara sekarang atau nanti. Sebenarnya Amel masih merasa takut dengan kejadian lelaki yang pernah menjalin hubungan sebelumnya dengan Amel setelah di putuskan olehnya.

"Mel? Kok diem?" tanya Sena yang menunggu Amel berbicara.

"Yaudah aku ngomong. Tapi kamu jangan marah ya!" jawab Amel dengan wajah datarnya.

Sena mengangguk setuju dengan permohonan Amel.

"Aku mau putus Sen," lanjut Amel dengan suara pelan.

Sena yang tadi matanya terbelalak mendengar yang di ucapkan Amel pun langsung terdiam membeku. Baru seminggu dia menjalin hubungan ini tapi Amel sudah tidak ingin untuk melanjutkannya. Wajar saja Sena begitu shock mendengarnya.

"Aku udah coba buat sayang sama kamu, tapi tetep gak bisa. Hati ini selalu mengarah ke Delon, Sen. Aku juga bingung harus berusaha kayak gimana lagi. Hati ini gak bisa di paksain buat cinta sama kamu,"

"Tapi kita masih bisa buat deket kaya sebelum kita pacaran kok. Aku harap juga kamu gak benci sama aku." lanjutnya.

"Aku ngerti kok Mel. Yaudah. Mau aku anter pulang?" tanya Sena dengan wajah yang masih datar.

Mungkin dia sedikit kecewa dengan kata-kata yang di ucapkan oleh Amel. Walaupun perasaan sakit hatinya itu masih tertahan di hadapan Amel.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang