58. Hadir Dalam Mimpi

609 18 3
                                    

Malam telah tiba. Dengan sangat terpaksa Amel harus rela mengakhiri hari ini. Hari dimana dia kehilangan orang yang paling dia sayang.

Amel mematikan lampu kamar dan segera memejamkan matanya di atas ranjang kamar tidurnya.

"Mel, bangun!" seseorang membangunkan Amel di tengah malam.

"Delon? Lo di sini? Jangan bilang tadi siang cuma kejutan buat gue doang kan?! Dasar jail!"

Delon mengeluarkan senyum termanisnya untuk Amel.

"Kejutan? Hahaha, ultah lo udah kelewat beberapa hari Mel." jawab Delon.

"Gue ke sini mau ngucapin selamat tidur ke lo Mel. Dan gue mau bilang, kalo gue cinta mati sama lo. Perasaan gue gak bisa di ubah lagi buat orang lain. Lo jangan pernah nangis lagi ya Mel!" lanjutnya.

Air mata itu mulai menetes saat akhirnya Delon memberanikan diri mengungkapkan perasaannya untuk Amel. Dia masih terdiam menunggu Delon melanjutkan kata-katanya.

"Jangan pernah nangis lagi! Karna kita udah beda dunia. Kita gak bakal bisa bersatu lagi. Tapi seperti apa yang gue tulis di surat itu, gue akan terus ada di samping lo Mel walaupun lo gak akan pernah ngeliat gue. Anggap boneka di samping lo itu gue."

"Gue akan hadir di dalam mimpi lo, walaupun gak setiap hari. Mel, jaga perasaan Sena ya! Karna sekali lo sakitin dia, lo juga sakitin gue. Raga gue ada di dia juga Mel."

"Gue pergi ya. Selamat beristirahat sayang, tidur yang nyenyak." saat itu pula Delon sudah menghilang dari hadapan Amel.

"Delon!!! Jangan dulu pergi, gue belum sempet ngomong!" teriak Amel dan dia terbangun dari tidurnya.

Ternyata itu hanya mimpi. Tapi air matanya benar-benar keluar dari mata indahnya. Amel mengambil dan memeluk boneka beruang putih yang persis berada di sampingnya.

"Delon, gue kangen."

---

Satu bulan telah berlalu. Walaupun hari-hari setelah duka sudah berlalu, tetapi kenangan Amel yang lalu itu belum juga berlalu dalam hidupnya.

"Hei, Mel." sapaan Sena saat di lapangan basket untuk Amel yang masih selalu dia usahakan untuk tetap dekat dengannya.

Saat sebulan yang lalu,...

Flashback on:

Pasca Sena di operasi dan setelah dia sadar, dia bertanya tentang keberadaan sahabatnya dan bagaimana keadaan sahabatnya.

Akan tetapi semua pihak keluarga dan kerabatnya masih harus menyembunyikan kabar tentang Delon kepada Sena, karna keadaannya yang masih belum juga stabil.

Seminggu kemudian Amel menjenguk Sena di rumah sakit. Dia juga masih harus berusaha menyembunyikan kabar itu untuk Sena.

"Mel," ucap Sena membuka pembicaraan.

"Iya Lon?" ucap Amel seraya menjawab panggilan Sena.

"Gue gak liat Delon jenguk gue. Di mana dia? Kok lo gak dateng bareng dia?"

"Delon? Ah gue gak tau di mana dia." jawab Amel sambil tertawa yang terlihat di buat-buat.

"Gue kenal lo Mel. Lo pasti bohong kan?!" ucap Sena dengan nada tinggi.

Amel menempelkan jari telunjuknya ke bibir Sena agar Sena tidak lagi emosi.

"Oke gue kasih tau. Tapi lo jangan marah!" Amel menenangkan Sena yang posisinya sekarang sudah terduduk di atas ranjang rumah sakit, dan siap mendengar Amel mengatakan keberadaan Delon.

Amel menyentuh bagian dada Sena dengan lembut, dia menahan agar air matanya tidak keluar. Tetapi karna Amel adalah wanita cengeng, dia tidak bisa menahan air matanya yang ingin keluar.

Untuk pertama kalinya Amel menyentuh bagian dada Sena dan merasakan detak jantung Delon yang masih terus berdetak dengan kencang di dalam tubuh Sena.

Ternyata benar dengan apa yang pernah Delon tulis di dalam surat itu, jantung itu selalu berdetak sangat kencang jika dia berada di dekat Amel.

Amel mengingat tulisan dan merasakan detak jantung itu, akhirnya kedua matanya telah mengeluarkan setetes demi setetes air mata.

"Jantung di tubuh lo ini, Delon sahabat lo." ucap Amel berbisik pada Sena.

Sena menyentuh lengan Amel yang sedang menyentuh dadanya. Air mata dia pun mulai terjatuh dan mengenai kulit lengan Amel.

Amel yang tadinya menunduk langsung menghadap ke wajah Sena, setelah merasakan air yang mengenai kulit lengannya.

"jantung sahabat gue, ada di tubuh gue? Dan sekarang Delon?!"

Amel mengangguk, "Delon udah tenang di alam sana Sen."

"Lo bercanda kan Mel?" tanya Sena lagi tidak percaya.

"Besok gue anter lo ke rumah baru Delon ya Sen. Kondisi lo harus lebih baik lagi supaya besok lo bener-bener di bolehin pulang!"

Amel menghapus air matanya sendiri, dan setelah itu Amel menghapus air mata Sena.

Keesokan harinya, Sena di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Amel sudah menunggu dengan setia di depan kamar inap Sena.

Amel mengantar Sena ke pemakaman, di mana tempat Delon di kuburkan. Langkahnya masih lemas karna selama seminggu lebih dia harus terbaring di atas ranjang rumah sakit. Amel menuntunnya untuk menuju tempat Delon yang baru.

Di hadapan mereka telah ada nisan yang bertuliskan nama Delon Aditya.

"Ini Delon Mel? Ini beneran Delon?!" tanya Sena yang masih tidak percaya sahabatnya telah pergi.

Karna persabatan itu sudah terjalin sejak lama, tentu Sena sangat terpukul karna kehilangan seorang sahabat.

Di hari dia meninggalkan dunia, mereka berpisah dengan perasaan yang tidak meng-enakkan. Di hari itu, Sena membuat Delon babak belur. Hanya karna seorang wanita, dia harus bertengkar merebutkan wanita itu.

Saat itu juga Sena belum sempat untuk meminta maaf secara langsung pada Delon. Dan Delon pun pergi saat Sena dalam kondisi yang tidak memungkinkan.

"Lon, lo kenapa masih baik sama gue?! Lo bego Delon! Gue udah jahat sama lo! Gue udah bikin lo babak belur! Tapi lo ngasih jantung ini buat gue! Woy, lo rela mati demi gue! Kenapa?! Padahal lo masih bisa bahagia sama Amel!"

"Lon, gue minta maaf atas segala hal yang pernah gue lakuin ke lo! Gue minta maaf udah ngambil Amel dari lo! Sama siapa lagi gue harus ngisi waktu luang gue?!"

Rasanya terlambat bagi Sena untuk meminta maaf kepada sahabatnya. Kini dia sudah pergi dan tidak akan bisa kembali lagi. Sena merasa bersalah, Sena gagal untuk menyelamatkan dia dari serangan seorang Ardi.

Amel menenangkan Sena yang terus menangis dengan sangat emosi di hadapan makam Delon.

"Sen, lo sadar! Dia masih hidup di tubuh lo! Lo harusnya berterimakasih sama dia! Bukan malah kayak gini!"

Sena merasa terpukul telah di pisahkan oleh sahabat terbaiknya selama hidup. Kini tidak pernah ada tawa sahabatnya itu. Tidak ada ke jahilan yang pernah mereka perbuat lagi.

Flashback off.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang