27. Bukan Dia

477 24 2
                                    

"Bro bro, lo kenal Amel dari mana?" tanya Sena sambil menepuk bahu Delon yang sekarang sudah di depannya.

"Kenapa emang?"

"Baru kali ini gue liat cewek secantik dia bro, dari matanya udah terpancar kalo dia bidadari yang selalu gue bayangin sampe sekarang!"

"Cantik ya? Baik pula. Jagain dia ya Sen!"

Mungkin Delon harus merelakan Amel dengan sahabatnya itu. Wajar, Delon tidak ingin mempermainkan hati Amel dengan sikapnya yang tidak karuan, dengan hatinya yang entah mencintai Amel atau tidak. Sena adalah sahabatnya, baru kali ini Sena mengagumi sosok wanita kembali.

"Cantik parah Lon. Lo kenal dari mana deh? Stok lo banyak ya?"

"Bisa aja lo! Hahaha," Delon terkekeh dengan apa yang Sena katakan.

"Yee, seriusan gue Lon. Baik gak dia?"

"Lo suka sama dia?" tanya Delon memastikan.

Sena menganggukkan pertanyaan Delon itu dan tersenyum membayangkan wajah Amel.

"Bisa gak ya dia di seriusin sama gue?" tiba-tiba Sena mengucapkan kalimat itu.

Delon terbelalak kaget dengan ucapan Sena. Dia melihat ke arah wajah Sena yang sedang berbunga-bunga.

Ya, dia jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Lo dari tadi diem aja Lon. Aneh ya ngeliat gue jatuh cinta lagi?"

"Hahaha dasar jomblo lo!" Delon mendorong tubuh Sena di koridor gedung fakultasnya.

Delon dan Sena sudah tiba di kelasnya dan duduk di kursi mereka. Kebetulan dia telat masuk kelas, dosen sudah ada di dalam kelasnya.

"Lon, Sen buruan kerjain halaman 13 nanti gue tinggal nyontek!" Suruh Lina, teman kelas Delon yang memang setiap hari mengandalkan otak Delon.

"Gimana lo deh Lin. Gak di kumpulin kan? Gak mood gue." jawab Delon santai.

"Sini-sini gue aja yang ngerjain Lon. Otak orang lagi jatuh cinta pasti encer." Sena mengambil buku Delon yang berada di mejanya. Sena memang jarang membawa buku tebal, biasanya dia memakai buku Delon dan buku dia di simpan dengan rapi di rumahnya.

Lina hanya memperhatikan mereka dengan wajah heran.

---

"Mel, bareng gue sini baliknya! Gue anter sampe rumah dengan selamat kok." Tiba-tiba saja Sena berteriak ke arah Amel yang sedang melewati parkiran motor.

Amel diam di tempat itu dan Sena menghampiri Amel.

"Tapi gue biasa balik sama Delon, gue tunggu dia di halte."

"Delon? Tapi tadi Delon bilang mau ke bengkel, motornya kurang enak badan katanya."

Gak biasanya Delon gak bilang-bilang ke gue. Kalo gue gak ketemu Sena pasti gue tunggu lama dia di halte deh.

Amel pun naik ke motor ninjanya Sena dan berjalan melewati halte yang biasa tempat mahasiswi menunggu jemputan atau angkutan umum dengan teman-temannya.

"Eh gosip baru. Itu liat deh!" tunjuk seseorang dari halte ke arah Amel.

"Itu? Itu bukannya Amel?"

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang