25. Jenguk

461 26 3
                                    

Delon telah menunggu Amel cukup lama di halte dekat kampusnya, tapi tetap saja Amel tidak datang juga. Hingga akhirnya Delon memutuskan untuk ke rumah Amel.

Delon tiba di rumah Amel yang besar itu dan memasuki pekarangan depan rumahnya.

"Assalamualaikum," Delon mengetuk pintu dari luar.

"Waalaikumsalam. Eh den siapa ya?" keluar sosok ibu-ibu yang sedang membawa kemoceng dan mengenakan daster.

"Saya temennya Amel bi, saya kesini mau nyari dia. Soalnya saya gak ngeliat dia di kampus."

"Oh non Amel ada di rumah sakit den."

"Jagain ibunya bi? Yaudah saya kesana dulu ya bi. Assalamualaikum."

Bi Juju membalas salam yang di ucapkan Delon.

---

"Mel, gimana keadaan lo?" tanya Bobby pada Amel yang sedang duduk di sofa.

"Mendingan sih gue kak, liat aja gue udah bisa duduk gini. Pemain basket strong lah!"

Bobby terkekeh dengan jawaban Amel "So kuat lo!" katanya sambil mengacak-acak rambut Amel.

Tok, tok, tok...

"Kak, buka tuh pintu ada tamu!" suruh Amel.

"Mentang-mentang sakit lo berani nyuruh gue. Untung gue kakak yang baik."

Bobby menuju pintu dan membukakan pintu itu.

"Eh Delon, mau jenguk Amel atau jenguk ibunya nih?" sambut Bobby sedikit bercanda.

"Amel sakit bang?" tanya Delon bingung.

"Lo gak tau? Kemaren dia ketemu Ardi lagi makanya dia ketakutan jadi sakit gitu."

"Gila itu orang gak ada kapoknya ya!"

"Segitu khawatirnya ya lo sama adik gue. Jagain dia ya Lon!"

Amel masih duduk di sofa sambil memperhatikan Bobby sedang mengobrol dengan siapa di luar sana.

"Kak, siapa? Suruh masuk! Malah ngobrol di luar sih." teriak Amel.

"Yaudah masuk sini bro!" kata Bobby mempersilahkan Delon.

"Delon nih Mel nyariin lo."

Delon? Nyariin? Gak salah?

"Assalamualaikum. Gimana kabarnya bu?" Delon mencium tangan ibu Amel terlebih dahulu.

"Alhamdulillah." jawab ibu Amel.

Delon memberi senyuman kepada ibu Amel. Dan Amel pun hanya memperhatikan mereka.

Delon, gue kangen senyum lo itu.

"Ke Amel dulu ya bu."

Ibunya mengangguk setuju dengan senyuman.

Delon menghampiri Amel yang sedang duduk di sofa dan duduk di sebelahnya.

"Mel, lo kemana? Sakit?"

"Iya gue sakit. Tumben lo nyariin gue?" kata Amel terkekeh.

"Iya lah, gue istirahat sendirian gimana gak nyariin. Biasanya juga setiap istirahat ada yang main basket."

Ini serius Delon? Dia nyariin gue?

Amel masih tidak percaya jika memang Delon menunggu Amel. Dia pun menundukkan kepalanya, salah tingkah. Ternyata lelaki yang dia kagumi secara sembunyi-sembunyi itu masih perhatian dan menunggu Amel juga.

"Gue kira lo cuma males main basket aja, pas pulang gue nungguin lo juga di halte eh gak ada. Yaudah gue pulang, tapi gue sempetin dulu ke rumah lo taunya cuma ada bibi lo, dia ngasih tau lo di sini jadi gue ke sini dulu. Gak biasanya lo gak masuk ngampus kan." jelas Delon panjang lebar dengan muka datar.

Amel menutup mulutnya yang sedang terkekeh.

"Kok lo ketawa Mel? Apa yang lucu?"

Amel menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak Lon, nggak. Gak biasa aja lo bawel gitu sampe gak berenti ngomong. Tumben juga lo nungguin gue gitu, nyariin."

Amel sekarang terkekeh kencang tanpa menutupi mulutnya. Delon tersenyum kepada Amel, senang jika Amel terhibur oleh sikapnya.

"Gak usah senyum-senyum gitu! Gak ada yang lucu kali." Amel menoyor kepala Delon yang dari tadi memperhatikan Amel.

Ternyata Amel masih saja salah tingkah walaupun sudah sering di beri senyuman seperti itu oleh Delon.

"Eh gue gak bisa lama-lama disini. Sekitar 10 menit lagi gue pulang."

Kekehan Amel terhenti. Dia masih kangen dengan sosok lelaki yang sedang di hadapannya sekarang. Amel memikirkan cara agar dia masih bisa bersama Delon.

"Yaudah gue juga harus pulang ke rumah nih buat ambil baju sama buku buat ngampus besok."

"Lo masih sakit Mel!" kata Delon perhatian.

"Tapi besok gue kuis Lon, gue ntar ketinggalan mata kuliah lagi."

Delon mengangguk.

Ngangguk aja?

Amel merasa caranya agar Delon masih tetap bersamanya itu tidak berhasil.

"Yaudah nanti gue anter lo ke rumah terus balik lagi kesini!"

Ternyata dugaan Amel salah. Pastinya Delon akan mengantar Amel kemana pun dia akan pergi.

"Bulak-balik gitu? Ngerepotin ah Lon. Gue naik angkot aja." kata Amel supaya tidak terlihat murahan.

"Inget Mel! Lo itu masih sakit, jangan so kuat deh!"

"Kuat lah gue pemain basket!"

"Kuat gak bakalan sakit kali Mel."

Amel terkekeh lagi. Dia merasa bahagia jika ada Delon di sampingnya, membuat dia lupa segalanya.

"Yaudah ayo keburu malem! angin malem dingin."

Sebenarnya tubuh Amel masih tidak terlalu kuat untuk berdiri lama. Tapi Delon menuntunnya dan merangkul Amel berjalan sampai Amel naik ke motor Delon.

Gue udah di kasih amanat sama kakak lo Mel buat jagain lo terus!




Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang