36. Kembali

468 21 0
                                    

Sudah sekitar 3 jam Amel berada di kamar almarhumah ibunya. Dia masih sangat terpukul atas kejadian hari ini. Terus merenung di dalam kamar itu walaupun mungkin perutnya sudah berbunyi meminta makan atau pun tenggorokkan yang mulai mengering.

Amel tetap tidak peduli dengan kondisi tubuhnya saat ini padahal dirinya masih tidak fit dan suhu tubuhnya yang masih panas akibat terpuruk oleh keadaan.

Dia terus meratapi masalahnya di dalam kamar itu, duduk termenung dan terus menangis tanpa henti. Bukan hanya karna di tinggal oleh ibunya, tapi juga karna Delon lelaki yang telah dan masih dia cintai.

Beban hidupnya makin bertambah, pikirannya saat ini semakin kacau balau. Entahlah cobaan di akhir tahun ini sangatlah berat.

Rasanya dia ingin sekali keluar dari kegiatan basketnya di kampus akibat beban pikirannya saat ini. Ya, basket sudah tak pernah Amel lakukan lagi.

Di luar kamarnya amatlah sepi. Mungkin Bobby dan ayahnya masih bersedih di luar sana, ingin sekali Amel keluar kamar tapi mentalnya yang masih belum kuat dan belum sepenuhnya menerima keadaan.

Bi Juju sesekali mengetuk pintu kamar tapi tidak ada jawaban dari Amel. Sosok Bi Juju sekarang bisa menjadi sosok ibu angkatnya bagi Amel, dari Amel kecil Bi Juju sudah di pekerjakan di rumahnya, setiap Amel sakit Bi Juju bisa membuatkan bubur yang sangat lezat dan jus jambu yang menyegarkan. Mungkin Bi Juju berusaha mengetuk pintu untuk memberi makan dan minum untuk Amel.

"Non, di buka dulu pintunya!" kata Bi Juju sambil mengetuk pintu kamar almarhumah ibu Amel yang terdapat Amel di dalamnya.

Ini ketiga kalinya Bi Juju mengetuk pintu. Perut Amel pun sudah tak tahan menahan lapar dan mendengar teriakan Bi Juju dari luar kamar. Dia menyiapkan diri dan mentalnya untuk keluar kamar. Amel menghapus air mata yang tadi terus keluar di pipinya dan terlihat mata Amel sekarang mulai membengkak.

Amel sudah berada di balik pintu bersiap untuk membuka kunci dan pintunya. Sebelum itu Amel bercermin dulu untuk memastikan apakah air matanya sudah terhapus sempurna atau belum.

Saat pintu telah di buka, terlihat Bi Juju yang berada di depan pintu menunggu tuan rumahnya membukakan pintu. Bi Juju juga ternyata matanya membengkak, pasti dia juga merasakan kesedihan yang sangat mendalam atas meninggalnya ibu Amel.

Benar saja di depan pintu Bi Juju membawakan semangkuk bubur dan jus jambu buatannya sendiri. Amel mempersilahkan Bi Juju masuk ke dalam kamar.

"Makan di meja makan yuk non! Sudah di tunggu bapak sama den Bobby."

Amel mengangguk, tapi telunjuknya menyentuh bibirnya sambil tersenyum agar Bi Juju diam dan Amel akan memberikan kejutan untuk orang yang sedang menunggunya di meja makan.

Jalannya sengaja di pelankan agar suara langkahnya tidak terdengar. Amel muncul di belakang Januar dan Bobby yang masih terus duduk di meja makan menunggunya. Dia langsung memeluk Januar dari belakang dengan kasih sayang, dia rindu memberikan pelukan ini kepada Januar sang ayah.

Januar tercengang sebelum melihat siapa yang telah memeluknya itu. Bobby melihat ke belakang Januar dan ternyata Amel lah yang telah memeluk Januar.

"Amel..." kata Bobby tercengang seperti melihat sesuatu yang tak pernah dia lihat. Januar pun begitu, dia kaget saat mendengar Bobby menyebut nama Amel.

Januar menengokkan kepalanya sedikit ke belakang, ternyata benar Amel lah yang sedang memeluknya. Januar sangat bahagia, anak yang dulu membencinya sedang memeluk dirinya dari belakang.

"Ayah, maafin Amel selama ini udah jahat sama ayah." ucap Amel di telinga Januar.

Januar terharu saat Amel mengucapkan kalimat itu, Bobby yang juga mendengar pun langsung memeluk Januar dan Amel yang sedang berpelukan.

Bi Juju memperhatikan dari belakang ikut tersenyum dan terharu bahagia melihat kejadian yang sudah lama tidak pernah seperti ini lagi.

Akhirnya mereka berbahagia termasuk Januar yang sangat amat bahagia. Anaknya kini telah berada di dekatanya dan terus di dekatnya. Walaupun tanpa wanita yang dia cintai.

Keluarganya telah menyatu kembali, beban yang di pikiran Amel pun satu persatu telah menghilang.

Bobby yang sempat akan di benci oleh adik yang sangat dia sayangi pun akhirnya sekarang sudah baik-baik saja.

Andin, ibu dari 2 orang anak itu pun sudah berbahagia dan tenang menunggu anggota keluarganya di langit sana. Andin lah yang telah membuat keluarganya kembali seperti awal walaupun tanpa dirinya. Sekarang dia hanya bisa melihat dan merasakan kebahagian keluarganya dari kejauhan saja.

Why Always You? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang