Clara's POV
Ditengah warna langit sedang bewarna orange, aku memakai baju kaos dan kulapisi lagi dengan jaket yang berwarna abu-abu, kubiarkan terbuka. Serta rambut yang sengaja aku biarkan terurai indah, tidak lupa sebuah ransel kecil yang biasanya selalu menempel di punggungku ketika aku sedang mengenakannya.
Tanganku sedang memegang sebuah novel, aku berjalan pelan menyusuri tiap jalan dengan earphone yang terpasang sempurna ditelingaku.
Aku melihat anak-anak yang sedang asik bermain dengan sepeda mereka. Mereka tertawa lepas seakan tidak ada beban yang mereka hadapi, terlihat jelas dari raut wajah mereka yang begitu bahagia. Aku pun tersenyum melihat mereka.
Tiba-tiba salah satu dari mereka terjatuh dari sepedanya. Spontan aku langsung menghampiri anak itu dan menolongnya.
Anak itu menangis karna kesakitan. Kakinya mengalami luka. Untung saja diranselku ada betadine dan hansaplast. Jangan tanya mengapa ada itu ditasku, aku pun tidak tau jelas mengapa benda itu bisa kubawa.
"Aduh, sakit ya?" tanyaku panik dan anak itu pun hanya mengangguk sambil menangis.
"Sini kakak obatin." Ia hanya menggeleng takut.
"Gak papa. Ntar kakak tiupin deh, biar gak perih," kulontarkan sebuah senyuman agar anak itu sedikit terhibur.
Akhirnya anak itu mau aku obati dengan betadine.
"Udah nih. Gak papa kan?" ucapku sambil tersenyum setelah menempelkan hansaplast di lukanya.
"Iya kak. Makasih ya, kakak cantik." Lalu ia menampilkan senyuman manisnya. Ia sangat senang.
"Iya. Lain kali kamu harus hati-hati ya," nasihatku.
"Iya kakak cantik!" Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Mereka berlalu bersama sepeda, meninggalkanku kembali dengan kesendirian disini.
Ponselku berdering.
Aku berusaha mengambilnya dengan cepat dari ranselku. Dan ternyata kata 'mama' tertera disana. Aku menggeser layar ponselku."Hallo ma. Ada apa ma?"
"Iya ma, ini Clara udah mau pulang kok."
Aku memutuskan sambungan panggilan dan kumasukkan kembali ponsel kedalam ransel.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya aku sampai juga di rumah.
Terlihat mama yang sedang asik menyiram tanaman bunga.
Dan sebuah ciuman pun mendarat di pipi mama. Lalu aku tersenyum.Mama menoleh, "Kaget mama, ah."
"Hehe." Aku menyengir. "Clara masuk dulu ya, ma."
"Iyaa."
• • •
Waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Aku ingin menghidupkan laptopku, berniat untuk menonton film. Tiba-tiba ponselku bergetar.
Siapa sih? Tanyaku dalam hati.
Kubuka layar ponsel. Ternyata ada satu pesan masuk. Namun tidak ada namanya. Aku tidak mengenali nomor ini. Nomor ini tidak ada di kontak ponselku. Kubuka pesan itu dengan cepat karna aku sudah penasaran.
From : 08xxxxxxxxxx
Hai Clara, apa kabar? Ini bener nomor lo kan? Lo kemana aja? Gue nyariin lo selama ini. Gue kangen lo. Lo masih ingat gue kan?!
Aku terkejut membaca pesan ini. Aku diam terpaku membisu.
Siapa yang ngirim ini? Apa jangan-jangan..
Dari mana dia dapetin nomor aku?
Batinku bertanya.Tbc...
____________________________________
Hai semuanya. Ini cerita pertamaku. Aku harap semoga kalian bakal suka ya😊
Kira-kira siapa ya yang ngirim pesan ke Clara?
Siapa yang dimaksud Clara 'dia'?Oh iya, jangan lupa comment dan vote ya😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Teen Fiction"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...