{28} Sikap Dava

827 43 8
                                    

Clara's POV

Waktu menunjukkan pukul setengah satu siang. Aku beranjak dari kasurku, lalu keluar kamar.
Turun melewati tangga dan segera menuju dapur. Mengambil segelas air dan meneguknya dengan cepat.

Aku berjalan mendekati mba Tika yang sedang mencuci piring.
"Mba, mama papa mana?"

"Keluar tadi, non."

"Kemana, mba?" tanyaku sambil mengucek mata karena baru bangun dari tidur.

"Gak tau juga mba, non."

"Kok gak bilang Clara mba?"

"Mungkin karna non tidur kali. Non tidur ya tadi?"

"Iya, tadi ketiduran, mba." Aku berjalan menuju mini bar.

Mba Tika menoleh.
"Mau sarapan, non?" Aku mengangguk. Dan mulai duduk di kursi mini bar.

"Sebentar mba buatin susu dulu, ya, non." Aku mengangguk.

Aku mengambil roti dan juga selai coklat.

Aku membuka tutup selai coklat untuk ku ambil agar bisa dioleskan di rotiku.

"Mba, selai coklat abis, ya?"

"Oh, udah abis ya, non?"

"Iya, mba. Masih ada stock gak, mba?"

"Kayaknya masih, non." Mba Tika berjalan mendekati lemari bagian atas. Tempat dimana beberapa stock makanan, seperti selai contohnya, disimpam disana.

"Masih ada nih, non. Tapi tinggal satu." Mba Tika mengambil selai coklat itu lalu memberikannya kepadaku.

"Ini yang terakhir ya, mba?" Aku mengambil selai coklat dari tangan mba Tika.

"Iya, non."

Aku membuka tutup selai coklat dan mengambil isinya, lalu ku oleskan diatas roti.
Setelah siap, aku langsung memakannya.

"Nih, non. Susunya non."

"Iya, makasih ya, mba."

"Iya, non. Sama-sama."

Setelah selesai sarapan, aku turun dari kursi dan berjalan mendekati mba Tika yang kini sedang memasak.

"Ada yang bisa Clara bantu gak, mba?" tanyaku pada Mba Tika.
"Sini Clara bantuin," sambungku.

"Gak usah, non. Ngerepotin nanti."

"Ih, mba apaan sih. Gak papa lagi, mba. Lagian mba kan tau, kalo Clara suka masak." Aku tersenyum.

Mba Tika tersenyum.
"Yaudah. Non bantuin mba motongin ini aja, ya." Mba Tika memberikanku beberapa sayuran yang akan dipotong-potong.

Aku mulai memotong sayur.

Tiba-tiba ponselku berdering.

Dava? Tanya batinku.

"Hm, halo?" jawabku malas.

"Lagi dimana, Ra?"

"Rumah lah. Dimana lagi?"

"Jangan jutek mulu kenapa sih."

"Iya Dava Akbar. Gue lagi di rumah. Ada apa? Ada yang bisa gue bantu?"

Dava tertawa pelan.
"Gitu kan lumayan."

"Ya. Ya. Ya. Ya. Ya."

"Ntar jalan, yuk?"

"Hah? Kemana?"

"Mmm... Kemana aja gitu?"

"Lah?"

"Nonton?"

Hope You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang