{32} Gitar dan Dava

752 45 7
                                    

Clara's POV

Aku dan Dava berjalan melewati koridor sambil tertawa. Kami sehabis dari perpustakaan. Sama-sama mengembalikan buku.

Beberapa adik kelas datang menghampiri kami. "Hm, ka!" panggil salah satu diantara mereka. Terlihat sebuah ekspresi yang berbeda. Seperti, gadis itu ingin mencari perhatian Dava.

"Iya?" jawab Dava begitu mereka sampai didekat kami.

Seperti ragu-ragu dan malu, gadis itu bertanya. "Kaka kapten basket, ya?" Ia menunduk.

Dava tertawa pelan, "Iya, kenapa?"

Senyuman tidak karuan semakin terbit di bibir gadis itu. "Gak papa, ka. Aku boleh gak minta nomor telfon kakak?"

Aku langsung menatap adik kelas itu dengan tatapan tidak suka. Untuk apa dia meminta nomor telepon Dava? Memangnya dia ada urusan apa? Apakah itu penting? Menurutku tidak.

Dava menoleh, aku pun menoleh kepadanya. "Hm, tapi maaf, banget nih, ya. Kaka gak bisa ngasih tau ke kamu." Dava tersenyum.

Raut wajah gadis itu seketika berubah. "Yah, kenapa ka?"

"Karna itu privacy. Ya mana boleh diumbar sih," sambarku langsung.

Dava tertawa pelan, "Nanti takut ada yang marah," ucap Dava berbisik namun masih dapat kudengar jelas, lalu lelaki itu melihatku. Aku langsung menoleh, namun Dava langsung mengalihkan pandangannya.

Lagi pula, apa maksud lelaki itu dengan menyebutkan "Nanti takutnya ada yang marah." dengan berbisik dan setelah itu melihatku?

Kulihat Dava sekilas, lalu pergi. "Tuh, kan, nanti ada yang marah," ucap Dava yang masih dapat kudengar walau samar-samar.

Lelaki itu langsung mengejarku, meninggalkan beberapa adik kelas yang menghampirinya. Lalu ia berusaha mensejajarkan langkahnya denganku.

"Kamu kenapa?" tanyanya dengan senyum jahil.

Aku menatap lelaki itu tajam. "Kenapa apanya? Orang gak papa."

"Masa sih?" godanya.

"Iya."

"Terus kok tiba-tiba pergi?"

"Ya gak papa."

"Trus kenapa pergi?"

"Males."

"Males kenapa?"

Aku mengendikkan kedua bahuku.

"Kamu bete?"

"Menurut lo?"

Dava menarik tanganku, "Yaudah, ayo kamu ikut aku, sini!"

"Mau ngapain?"

"Ngilangin bete kamu."

Aku masih tidak mengerti dengan maksud Dava. Kuikuti saja kemana lelaki itu membawaku.

• • •

Kantin. Ternyata tujuan Dava adalah ke kantin. Tapi aku sedang tidak ingin ke kantin.

"Apaan sih. Ngapain kesini? Gue gak laper!" protesku.

Dava tersenyum, "Udah, diem aja dulu." Dava mendorong pelan kedua pundakku dan menyuruhku untuk duduk. "Kamu duduk aja dulu disini." Lalu lelaki itu pergi ntah kemana.

Aku bertambah kesal dengan Dava. Lelaki itu lagi-lagi membuatku kesal.

Dava datang dengan dua buah ice cream ditangannya. "Nih, buat kamu." Lelaki itu memberikan satu ice cream kepadaku.

Hope You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang