Clara's POV
Aku sedang membereskan segala perlengkapan yang ingin aku bawa. Mama dan papa begitu repot menyuruhku membawa barang ini dan itu. Karena mereka tidak ingin aku kekurangan sesuatu saat berada disana. Ayolah, aku hanya pergi study tour, bukan pindah rumah.
Yap. Tibalah saatnya kami study tour. Karine berangkat ke bandara bersamaku. Ia menginap di rumahku. Karena aku yang memintanya. Syukurlah gadis itu menerima permintaanku.
Sekitar pukul 05.30, kami sudah ready. Dengan baju kaus berwarna putih dan ku lapisi lagi dengan jaket berwarna pink soft, rok mini berwarna pink yang kupakai dan di dalamnya aku memakai lagging hitam lagi. Tidak lupa sebuah scraff yang panjang kedua sisinya hingga perutku, ku letakkan di leherku. Kugantungkan sebuah kacamata di bagian tengah leher baju kausku. Dan juga sneakers putih+pink yang akan melindungi kakiku, tentunya. Tak lupa pula aku memakai sligbag berwarna putih. Begitulah penampilanku.
Bagaimana dengan Karine?
Ia memakai baju kaus yang berwarna merah maroon dan celana jeans yang berwarna hitam. Tak lupa gadis itu memakai topi. Sneakers berwarna merah maroon pun melindungi bagian kakinya. Dan ia juga menyandang sligbag berwarna hitam.
Aku dan Karine mulai membawa koper kami ke bawah. Mama sudah menyuruh kami untuk sarapan pagi.
"Kalian ntar disana jangan jalan-jalan sendirian gitu ya." Nasihat mama.
"Iya ma." Jawab kami serentak."
"Kalau bisa berdua ya." Sambung mama.
"Iya mama." Ucapku lalu seperti tersenyum terpaksa. Sedangkan Karine hanya menyengir.
"Mama takut ntar terjadi apa-apa sama kalian." Ucap mama.
"Pokoknya kalau ada terjadi apa-apa kalian harus langsung telfon papa, ya." Kini papa yang bersuara.
"Siap bos!" Tegasku lalu mengangkat tanganku dan menempelkannya di samping alisku, membuat seperti sedang hormat.
Sarapan kami pun akhirnya habis.
"Udah siap?" Tanya papa.
"Udah pa." Jawab Karine.
Kami pun mulai berjalan keluar.
"Eh, bentar. Ada yang tinggal." Ucapku cepat.
"Dasar ya lo." Timpal Karine. Papa dan menoleh kebelakang melihatku sambil menggelengkan kepala dan aku hanya menyengir.
"Yaudah cepetan. Ntar kamu nyusul ya ke mobilnya." Ucap papa.
Aku berlari kecil melewati tiap-tiap tangga menuju kamarku.
"Ada apa non? Ada yang ketinggalan?" Teriak mba Tika dari bawah.
"Iya, mba." Teriakku juga dari atas.
Aku lupa membawa bantal leher. Ya, aku tidak mau jika leherku nanti keram ketika sampai ke tujuan. Setelah aku mengambil bantal leher, aku langsung bergegas turun ke bawah.
"Ketemu non barangnya?" Tanya mba Tika ketika aku sudah berada di ujung tangga.
"Udah nih, mba." Aku menyengir sambil menunjukkan bantal leherku warna biru yang bergambar stitch itu.
"Hati-hati ya non." Mba Tika tersenyum.
"Iya mba. Clara jalan dulu ya, mba." Aku langsung bergegas cepat keluar.
"Udah sayang?" Tanya mama.
"Udah ma."
Aku sudah siap untuk berangkat. Segala keperluan sudah ku masukkan ke dalam koper.
Terlihat olehku Karine yang sedang tersenyum-senyum sendiri menatap ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Teen Fiction"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...