Clara's POV
Aku dan Karine berjalan menuju kantin. "Eh, Rin, lo tau gak--" Aku ingin memberi tahu Karine perihal Nathly.
"Enggak," sambar Karine.
"Ih, dengerin dulu!"
Karine tertawa pelan. "Yaudah, apaan?"
"Itu, lo inget gak, cewek yang waktu itu gue anterin pulang? Yang gue ketemu dia di bandara pas mau jemput aunty sama Ana."
"Hmmm." Karine tampak berpikir untuk mengingat. "Oh, ingat-ingat. Kenapa?"
"Dia sekolah disini, Rin!!!"
Karine terkejut. "Serius lo?"
Aku mengangguk. "Kemarin gue ketemu dia pas dia lagi di deket ruang administrasi deh, kalo gak salah."
"Pak, batagor satu ya!" teriakku kepada sang penjual batagor di kantin.
"Trus trus?" tanya Karine penasaran.
"Ya gitu. Kita sama-sama kaget bisa ketemu lagi. Dan gak nyangka juga, ternyata bisa satu sekolah."
"Bu, sotonya satu ya. Jus jeruknya dua." Karine juga memesan makanannya dan dua buah jus jeruk.
"Yang mana sih, orangnya? Gue jadi kepo." Karine penasaran. "Cantik gak?"
"Dia aja model, Rin. Dari Paris pula."
Karine terkejut. "Serius?"
Aku dan Karine segera mencari tempat kosong untuk duduk.Aku mengangguk. "Makanya, jangan ditanya lagi cantik atau enggaknya."
"Gila. Parah sih, kalo gitu," ucap Karine takjub. "Tapi, emang umur segitu bisa ya, jadi model? Dia sama kayak kita kan? Umurnya?"
Aku menaikkan kedua bahu. "Ya, mungkin aja bisa. Itu dia buktinya."
Soto milik Karine dan batagor milikku pun datang.
"Makasih, bu," ucap Karine.
"Makasih, pak," ucapku juga.
Terdengar suara gelak-tawa yang dimiliki Dava, Aldrian, dan juga Kevin.
Aku menghembuskan napas kasar. "Rin, perasaan gue gak enak." Lalu meminum jus jerukku.
"Kenapa, Ra? Maksud lo?"
"Kayak, musibah bakal datang. Rasanya batagor gue mau diambil orang." Tepat setelah aku mengatakan itu, Dava tiba-tiba duduk disampingku.
"Kan, ini maksud gue, Rin." Aku memberi kode ke Karine dan memutar kedua bola mataku malas.
"Maksud apa nih?" Dava mengacak pelan rambutku. "Lagi bicarain aku ya, hm?" bisik lelaki itu.
Aku menepis tangan Dava. "Apaan sih." Lalu melirik lelaki itu tajam.
Dava tertawa pelan. "Kayaknya enak." Tanpa permisi, lelaki itu mengambil piring batagorku.
Kulirik Dava tajam. "Kalo mau beli dong! Ah!"
"Rame. Males ngantri." Lalu Dava memakan batagor yang ada didalam piring.
"Trus menurut lo, gue gak capek apa nunggu antriannya?"
"Enggak," jawab Dava santai.
Aku menghembuskan napas kasar. "Lo tuh ya, suka banget gangguin gue kalo lagi makan. Pas gue makan bakso, lo juga ngambil. Nah, sekarang giliran gue bakan batagor, lo--" Satu suapan batagor mendarat dimulutku.
"Sssssttt! Jangan kebanyakan bicara. Kamu makan aja. Batagornya enak." Lalu lelaki itu tersenyum. Dengan pelan aku terpaksa harus mengunyah batagor yang sudah berada didalam mulutku, lalu menelannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Novela Juvenil"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...