Clara's POV
Kring.. Kring.. Kring..
Alarm jam wekkerku sudah berbunyi. Aku meraba-raba meja nakas disampingku, mencari dimana benda yang berbunyi nyaring itu. Benda yang sudah mengganggu tidurku.
Akhirnya tanganku menyentuh benda tersebut. Kuambil benda itu dan kulihat angka berapa yang sedang ditunjuk oleh jarum didalamnya. Samar-samar kulihat jarum didalamnya menunjukkan pukul 6.10 pagi.
Mataku langsung membulat besar.
Aku terkejut, "Oh my god!! Bisa telat nih!"
Tanpa berpikir panjang lagi, kuambil handuk dengan cepat lalu masuk ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, aku memakai seragam sekolahku. Semua seragam yang tergantung rapi berjejer di lemariku.
Ketika ingin memasang dasi, aku berdiri didepan cermin.
"Huh, hari ini hari pertama sekolah. Semangat Clara!" Aku mencoba menyemangati diriku sendiri.
Hari ini adalah hari pertamaku sekolah. Hari pertamaku menjadi anak SMA. Aku bersekolah di SMA milik uncle Rio, adik mama. Ucle Rio yang memintaku untuk bersekolah disana, di SMA Cendrawasih.
Aku mengambil tas sekolah dan memasukkan buku-buku yang ingin kubawa kedalamnya. Setelah kurasa siap untuk berangkat sekolah, aku keluar dari kamar dan begegas untuk turun.
Aku berjalan melewati tiap-tiap anak tangga sambil memasang alroji putih kesukaanku.
Terlihat dimeja makan sudah ada mama dengan pakaian kantornya sudah siap, sedang mengoleskan selai kacang di atas roti. Dan papa yang sudah rapi dengan pakaian kantornya, sedang menikmati roti dengan selai strawberry, sepertinya.
Aku bergabung mengambil tempat disamping mama.
"Morning!" sapaku.
"Morning, sayang," balas mama.
"Morning too," ucap papa.
"Kamu mau selai apa, sayang?" tanya mama lembut.
"Coklat aja deh, ma," jawabku.
"Duh, anak papa udah SMA aja, ya," ujar papa.
"Ah, papa!" Sepertinya saat ini pipiku sedang memerah.
"Nih, sayang, rotinya." Mama memberikan roti kepadaku.
"Makasih ya, ma." Aku tersenyum dan mama membalas senyumanku.
"Oh iya, Karine jadi sekolah disana kan?"
"Iya, ma. Jadi." Aku menjawab dengan nada senang lalu memakan rotiku.
"Kalian memang gak bisa dipisahin, ya," tutur papa. Aku hanya menyengir kuda menanggapi ucapan papa.
"Clara berangkat duluan ya ma, pa," Aku berpamitan lalu mencium punggung tangan mama dan papa secara bergantian.
"Hati-hati ya, sayang." Mama mengelus kepalaku lembut.
"Kamu berangkatnya dianter sama pak Gio, ya," ucap papa.
"Yah, gak bawa mobil Clara sendiri aja, pa?" ucapku dengan ekspresi sedikit sedih.
"Gak usah. Ini hari pertama kamu. Kamu dianter aja dulu sama pak Gio, ya," ucap papa lembut.
"Yaudah, deh, pa," Aku berusaha tersenyum.
Tidak apa-apa aku hari ini diantar pak Gio, toh besok aku juga bisa bawa mobilku sendiri.
Lalu aku berjalan keluar, meninggalkan meja makan dan juga mama papa disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Teen Fiction"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...