Clara's POV
"Kamu istirahat, ya. Jangan begadang nontonin DraKor dulu. Kamu tidur aja, biar bisa istirahat juga. Biar kamu gak pusing pusingan lagi," ucap mama menasehatiku.
"Iya, mama ku sayang," aku mencium pipi mama setelah mama membalutkan tubuhku dengan selimut. Aku tersenyum kepada mama.
Tiba-tiba papa datang dengan gelisah dan kecemasan yang membalutnya.
"Kamu kenapa, sayang? Kenapa bisa sampai pingsan?" tanya papa khawatir.
"Gak papa kok, pa," aku tersenyum lalu duduk.
"Gak papa gimana?! Kamu itu pingsan, nak."
"Iya, pa. Maafin Clara ya pa, ma. Clara udah bikin papa sama mama khawatir kayak gini," aku menunduk.
"Sekarang, apa yang kamu rasain?"
"Gak ada, pa. Udah enakan. Tadi Clara pusing. Belakangan ini Clara suka pusing gitu."
"Trus, tadi gak di kasih tau sama dokternya, kalo kamu suka pusing belakangan ini?" papa bertanya padaku dan juga melihat mama.
"Udah, pa."
"Kata dokternya Clara gak boleh terlalu kecapean. Makannya juga gak boleh telat atau gak boleh makan sama sekali. Karna asam lambungnya juga kambuh. Minimal harus makan sesuatu, pokoknya biar perutnya gak kosong," mama menjelaskan panjang lebar ke papa.
"Nah, kan. Kamu pasti lupa makan, atau sampai gak makan, kan?" tanya papa dan aku mengangguk.
"Kamu boleh lakuin suatu kegiatan. Tapi kamu juga harus jaga kesehatan kamu," papa mengelus pelan rambutku.
"Iya pa."
"Yaudah kalo gitu, kamu tidur, ya. Ingat! Jangan nontonin DraKor dulu," papa menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri.
"Siap, kapten!" aku memberi hormat layaknya prajurit terhadap sang raja.
Aku merebahkan kembali tubuhku.
"Oke, good night my princess," papa mengecup pelan keningku.
"Good night my sweety," mama juga mengecup pelan keningku lalu mengambil selimut dan menutupi tubuhku.
"Good Night too my everything!" mama dan papa tersenyum lalu mama mematikan lampu utama di kamarku, setelah itu baru keluar bersama papa.
Aku memandangi langit langit kamarku.
"Semoga aja Dava gak mikir yang aneh aneh soal aku tadi," ucapku sebelum akhirnya aku tertidur.
***
Aku memasang dasi didepan cermin. Lalu merapikan kembali seragam sekolahku.
Ponselku berdering dan aku langsung menuju nakas untuk melihat siapa yang menghubungiku di waktu pagi seperti ini.
Aku langsung menghembuskan napas kasar dan memutar kedua bola mataku malas.
Karine. Gadis itu menghubungiku di hari yang masih pagi ini.
"Hm, apaan?" jawabku malas.
"Lo bawa mobil gak?"
"Kenapa? Lo mau nebeng ya. Dasar!"
"Ye, bukan. Gue malah mau jemput lo tau! Jangan berprasangka buruk mulu kenapa sih."
"Yaudah, si. Santai aja. Lo mau jemput gue? Rencana gue mau minta anterin sama pak Gio, gue lagi mager bawa mobil. Tapi yaudah, kalo ada tumpangan gratis kenapa engga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Teen Fiction"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...