{7} Ketakutan

1.4K 75 6
                                    

Clara's POV

Beberapa bulan sudah berlalu. Tidak lama lagi kami akan menghadapi ujian semester. Para siswa mulai sibuk untuk belajar dengan keras. Di perpustakaan, tak seperti biasanya, kini terlihat lebih banyak lagi pengunjungnya. Itu mungkin karena ujian sudah mulai dekat.

Biasanya aku ke perpustakaan hanya sendiri. Ya, tanpa Karine. Gadis itu sangat malas untuk membaca. Aku selalu mengajaknya. Tapi tetap saja ajakanku selalu ditolak. Ia memilih untuk tetap di kelas. Tapi untuk kali ini ia ikut denganku ke perpustakaan. Itu pun mungkin hanya karena ujian sudah mulai dekat.

Kini aku tengah membaca salah buku dan begitu juga dengan Karine. Tiba-tiba saja aku dikejutkan dengan seseorang menepuk pundakku sambil mengucapkan 'dor'. Ya, siapa lagi kalau bukan, Dava. Lelaki ini selalu saja memancing emosiku.

Aku membalikkan badan dan melirik tajam ke arahnya. Ia hanya menunjukkan sebuah senyuman lebar. Ketika aku mulai bersuara.

"Dav..."

Lelaki itu menunjuk sebuah poster dengan tulisan 'dilarang keras meribut selama di perpustakaan!'.

Aku sangat geram sekali terhadap lelaki ini. Tuhan, jika disini boleh bersuara, aku akan memarahinya seperti air mengalir. Terpaksa aku menahan rasa amarahku. Dan aku harus bersabar terhadap lelaki jahil ini.

Aku hanya lanjut membaca buku yang berada di tanganku kembali. Tapi, Dava malah sesekali menyentuh bagian pinggangku menggunakan jari telunjuk kedua tangannya. Aku orangnya sangat penggeli dan ia tau hal itu. Ya Tuhan, tambahkanlah kesabaranku, tebalkan kesabarabku. Aku sungguh geram terhadap lelaki ini. Sungguh!

Setelah beberapa kali Dava menggangguku, akhirnya ia memutuskan untuk berhenti. Ia mulai mengambil salah satu buku dan mengambil tempat di sampingku. Bukan malah membaca buku, ia malah melihat wajahku setiap saat. Tentu saja aku risih.

"Lo apaan sih!" Geramku.

Dia hanya menunjukkan senyuman dan menunjuk ke arah poster tadi. Aku hanya memilih untuk diam.
Tidak hanya itu, ia menginjak-injak kakiku. Menyenggol lenganku dengan sikunya.

"Lo liat aja ya. Sekali lagi lo gangguin gue. Gue gak bakalan mau ngomong sama lo!" Peringatku.

Namun, tetap saja. Lelaki ini tetap saja menggangguku, selalu. Sehingga membuatku tidak konsentrasi untuk membaca.
Baiklah. Mungkin dia memang ingin aku tidak berbicara kepadanya.

Aku melepaskan buku yang ada ditanganku ke atas meja. Lalu aku berdiri dan meletakkan kembali buku itu. Setelah itu aku keluar dari perpustakaan. Aku tidak menghiraukan Karine. Gadis itu terlalu asik membaca. Aku tidak ingin mengganggunya. Mengingat ia sangat malas untuk membaca. Jadi kubiarkan saja gadis itu sebentar.

Aku mulai berjalan sambil memasang earphone di telingaku. Sesekali aku menoleh kebelakang. Aku mengira bahwa lelaki itu akan mengejarku. Tapi sepertinya dugaanku salah. Ia sama sekali tidak mengejarku. Baiklah, ini akan mempermudahku untuk tidak berbicara kepadanya.

*
Aku mulai meringkas bagian-bagian yang kuanggap penting.

"Ra." Panggil lelaki disampingku tapi aku tidak menghiraukannya. Aku tetap melanjutkan kegiatan menulisku. Mungkin ia mengira jika aku berpura-pura tidak akan berbicara dengannya dan hanya untuk mengancamnya. Tapi jika dia berpikir begitu, dia salah besar. Aku sungguh kesal kepadanya. Aku tidak akan berbicara dengannya sampai waktu yang tidak ditentukan. Liat saja.

"Ra, lo beneran marah?"

Aku tidak mengeluarkan sepatah katapun dari mulutku.

"Eh, beneran marah ya?"

Hope You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang