{38} Dingin dan Jaket

804 34 13
                                    

Author's POV

Kini waktu istirahat.

Para siswa dan siswi keluar dari kelas mereka masing-masing. Ada yang memilih ke kantin untuk mengisi perut mereka. Ada juga yang duduk-duduk di koridor sambil bercerita dengan temannya.

Lapangan basket SMA Cendrawasih pun sudah dipakai untuk bermain basket dengan beberapa anak basket.

Dava, Aldrian, Kevin, Nathan, dan Bryan terlihat sedang sibuk bermain basket. Beberapa lelaki lainnya memilih duduk dibangku panjang yang terletak dipinggir lapangan melihat mereka yang sedang bermain basket.

Dava. Baju seragam yang digulung hingga siku, dasi yang melingkar di leher direnggangkan sedikit, dan wajah yang sudah dipenuhi cairan keringat. Tampak begitu mahir memantulkan bola basket dan sesekali masukkannya ke ring dengan melompat. Keren!

Lelaki itu sesekali mengusap wajah dan juga rambutnya. Sebuah tawa tercipta dari mulutnya. Tanpa Dava sadari, ada seorang gadis yang tengah memperhatikannya sedang bermain dari atas.

Clara. Dengan minuman dingin di tangan kanannya. Rambut yang terurai sesekali diterpa oleh angin dengan pelan. Menatap lelaki yang sedang asik bermain basket dengan beberapa temannya. Tanpa Clara sadari, tercipta senyuman tipis di bibirnya.

"Nah loh!!" ucap Karine mengejutkan Clara sambil menepuk pundak gadis itu.

Clara tersentak, lalu menoleh. "Kaget gue, ah!"

"Ya bodo!" Karine memakan snack yang ada di tangannya. "Pasti lo lagi perhatiin Dava kan?" Lalu gadis itu minum.

"Enggak, kok. Sok tau banget!" bantah Clara. Karine kembali memakan snack-nya.

"Masa?"

"Bodo."

"Siapa?"

"Yang nanya." Clara menjulurkan lidahnya lalu kembali melihat Dava yang sedang bermain.

Disamping Clara dan Karine yang sedang berseda-gurau, di lantai yang sama, ada seorang gadis diantara para gadis yang sedang memperhatikan Dava dengan tatapan yang sulit dimengerti. Bersama beberapa gadis lainnya. Dia adalah, Nathly.

Dav, aku kangen kamu. Batin Nathly berteriak.

Ingin sekali rasanya Nathly mengatakan hal itu didepan Dava dan direspon. Tapi harapan Nathly hanya bisa menjadi mimpinya. Hal itu tidak mungkin terjadi. Jangankan membalas rindu, membalas sapaannya saja Dava tidak minat.

Gadis itu sangat merindukan sosok Dava. Meskipun ia dan Dava satu kelas, tapi mereka tidak pernah mengobrol layaknya pertemanan yang terjalin dikelas bagi orang-orang. Hal itu dikarenakan Dava yang tidak mau membuang-buang waktu jika berbicara dengan Nathly. Walaupun hanya mengatakan "iya" atau "apa".

Itu semua Dava lakukan karena lelaki itu tidak percaya percaya jika Nathly kini kembali dihadapannya. Semua itu sulit dipercaya, bagi Dava.

Setelah menghilang tanpa kabar beberapa tahun, lalu gadis itu tiba-tiba aja muncul dihadapan Dava dan menyapanya. Dava masih belum bisa menerima itu semua.

"Btw dia ternyata punya adek, Rin!"

"Siapa?"

"Ya Dava lah."

Karine menoleh kaget. "Serius?"


Clara mengangguk. "Iya. Kemarin gue kenalan sama adeknya."

"Cieee. Baru adek, nih. Ntar lama-lama mama, papa, trus keluarga, deh."

"Apaan sih, lo! Jauh banget pemikiran lo!"

Hope You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang