{15} Maafkan Aku

1.1K 67 6
                                    

Clara's POV

Siang hari. Dimana terik matahari begitu menyengat. Aku memilih untuk berdiam di kamarku tercinta ini.

Cukup ada laptop, beberapa snack, minuman, atau pun cemilan lain itu sudah cukup untukku.
Menonton film drama Korea kesukaanku, ditambah pula sejuknya ruangan ini karena AC yang sudah ku hidupkan. Surga dunia!

Aku sedang asyik menonton drama Korea yang baru saja aku download setelah penayangan di Negara asalnya pada malam tadi.
Aku merasakan getaran di kasurku seperti ada orang yang menaikinya.

Tiba-tiba ada yang menutup kedua mataku. Aroma tubuh ini. Aku sangat mengenali aroma ini. Seperti aroma tubuh, Alvin.

Aku menyentuh kedua tangan yang menutup kedua mataku, aku melepaskannya perlahan dari kedua mataku lalu melihat siapa yang telah melakukan itu.

"Alvin!!!!!" Teriakku gembira lalu memeluk erat lelaki itu.

"Aduh, sakit nih, kuping gue, Ra." Ucapnya tenang lalu membalas pelukanku.
Aku melepaskan pelukan kami.

"Dasar ya, gak pernah berubah. Masih aja, kayak anak kecil." Ucapnya lagi sambil membelai puncak kepalaku.

Aku mengerucutkan bibirku.

"Gak usah ngambek gitu." Ia tertawa pelan.
"Gue bawain oleh-oleh, tuh." Sambungnya dan aku langsung tersenyum lebar.

"Nonton Drama Korea ya, pasti?" Ia mengintip sedikit laptopku.
"Kan bener gue! Dasar ya emang, kalo udah nonton DraKor aja, pasti gak tau apa-apa lagi. Doyannya nangis kalo adegannya sedih. Dasar baper, lu!" Sambungnya panjang.

"Yauda si, biar!" Balasku.
"Turun, yuk. Ke bawah." Ia mengangguk dan aku tersenyum.

Kami keluar dari kamarku dan turun ke bawah.

"Ma! Pa! Mba Tika! Alvin dateng, nih!" Teriakku gembira.

Mama datang bersama papa.
Papa memang lebih sering di rumah. Karena papa adalah pemilik perusahaan. Jadi, papa ke kantor jika hanya ada pertemuan penting dengan client papa. Selain itu, papa akan memilih di rumah untuk bisa menghabiskan waktu bersamaku dan juga mama. Jika ada file yang harus ditandatangani oleh papa pun, tak jarang orang kantor yang datang ke rumah. Atau terkandang karena merasa tidak enak, papa akan memilih untuk ke kantor hanya untuk menandatangani file itu.

Mama dan papa tertawa pelan. Dan juga mba Tika, mba Tika juga ikutan tertawa pelan.

"Loh, kok pada ketawa, sih?" Tanyaku bingung.

"Kita udah tau, sayang, Alvin bakal dateng." Ucap mama.

"Malahan tadi yang jemput Alvin, kan pak Gio." Sambung papa.

"Loh, kok Clara gak tau, sih?" Ucapku kesal.

"Alvin yang minta, buat gak usah kasih tau kamu dulu. Dia mau bikin surprise buat kamu." Jawab mama lalu semua tersenyum.

Aku melirik Alvin tajam.
"Jangan ngambek, dong, Clara, pleasee." Ia tersenyum memohon.
"Kan biar surprise." Sambungnya lagi.

"Oke, gue gak akan ngambek lagi sama lo, asalkan lo mau nurutin kemauan gue."

Gue bakal kerjain, lo, Vin! Batinku senang.

"Oke. Apaan?"

*
"Clara. Mesti banget ya, ini?" Ucapnya pasrah setelah melihat dirinya di depan cermin.

"Oh, iya, dong."

Aku tertawa puas.
Bagaimana tidak? Aku memiliki kemampuan make-up. Tidak ada salahnya kan aku melampiaskan kemampuanku itu ke wajah Alvin? Toh, kemampuan yang kita miliki tidak boleh disia-siakan, bukan?

Hope You KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang