Author's POV
Lagi-lagi Clara marah kepada Dava. Dava memang suka mengganggunya. Ntah mengapa lelaki itj suka saja melihat ekspresi wajah Clara jika ia sedang marah kepadanya. Menurutnya lucu. Sangat lucu!
Dava tau hari ini Clara tidak membawa mobilnya, ia tadi pergi ke sekolah dengan taxi. Karna itulah lelaki itu sengaja menunggu Clara. Dava ingin mengantarkannya pulang.
Dava menunggunya diparkiran. Dengan posisi berdiri didepan mobil, menekuk sebelah kaki, Dava menunggu Clara.
Akhirnya yang ditunggu pun datang."Yuk!" ajak lelaki itu langsung.
Tapi gadis itu tetap berlalu melewatinya. Dava berlari mengejarnya dan mencegahnya. Disentuhnya tangan Clara untuk menahannya agar tidak pergi.
"Ra, ayo gue anterin pulang," ajak Dava lagi.
"Gak. Makasih," jawabnya singkat lalu menepis tangan Dava.
Sudah diduga, pasti gadis ini akan menolak, pikir Dava.
Dava melihat punggung gadis itu semakin menghilang.
Apakah Dava membiarkan Clara pulang sendirian? Tentu tidak.
Dava mengikutinya dari belakang secara diam-diam. Karna. Jika Clara tau, dia pasti akan menyuruh Dava untuk pergi.Dengan cepat Dava masuk kedalam mobil dan mengikuti Clara dari belakang. Terlihat gadis itu sedang berjalan menuju halte yang tidak lumayan jauh dari sekolah.
"Clara, Clara. Emang dasar ya lo. Di tawarin buat dianterin pulang malah gak mau karna ngambek." Dava berbicara sendiri didalam mobil sambil tertawa kecil. "Malah mau nungguin taxi sendirian gitu."
Dava serius memperhatikan gadis itu dari dalam mobil. Ketika Dava sedang asyik memperhatikan, tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang berjalan mundur dan berhenti di halte itu.
Dava tidak mengenali mobil itu. Bukan mobil Clara, bukan mobil papa Clara, dan juga bukan mobil Karine atau pun teman-temannya yang lain. Mobil siapa itu?
Dava semakin fokus memperhatikan mobil itu. Ada seseorang yang turun dari mobil. Tapi siapa dia?
Terlihat Clara yang seperti ketakutan. Sepertinya ia mengenali orang itu tapi tidak menyukai kedatangannya. Clara mulai berlari dari halte itu dan orang itu pun semakin mengejar Clara.
Tanpa berpikir panjang, Dava langsung membuka seatbell dan segera turun dari mobil. Lelaki yang mengejar Clara itu memaksanya. Ya, orang itu adalah seorang lelaki. Sepertinya seumuran dengan kami—aku dan Clara—.
Ketika Clara hendak dimasukkan kedalam mobilnya secara paksa, tanpa permisi Dava langsung mendorong tubuh lelaki itu. Dava mengambil alih tangan Clara, lalu Clara spontan langsung memeluk Dava dengan erat. Dava tak menyangka, ternyata Clara menangis. Siapa lelaki ini sebenarnya?
"Gue takut," terdengar isak tangisan dari gadis yang berada dibelakang tubuh Dava.
Dava berusaha menenangkannya dan Clara hanya terus memegang bagian pinggang Dava, jari jemarinya bergetar, dapat dirasakan oleh Dava.
"Lo siapa?" tanya lelaki itu dengan nada tidak santai kepada Dava.
"Lo yang siapa!" bentak Dava.
"Lo gak perlu tau gue siapa!"
"Ngapain lo bikin Clara sampai kayak gini, ha?" Dava mulai menaikkan nada tinggi.
"Lo diam deh!" bentaknya. Ia berusaha mengambil tangan Clara, namun Dava menepisnya dengan cepat. Dapat dirasakan Dava semakin kuat pegangan Clara di pinggangnya. Sepertinya gadis itu benar-benar takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Ficção Adolescente"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...