Author's POV
Waktu masih menunjukkan pukul enam sore. Clara sedang duduk dibagian atas rumput hijau yang segar, menunggu sunset datang. Matahari terlihat seperti bola oranye yang sangat besar tergantung dilangit dan cahayanya mulai memecah turun. Bias-bias cahaya indah mampu menyihir setiap pasang mata jika melihatnya. Pikiran gadis itu masih berkutat tentang persoalan kemana ia akan melanjutkan pendidikannya.
Sebenarnya Clara mendapatkan dua kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ya, Clara mendapatkan dua beasiswa yang membuatnya bingung harus memilih yang mana, meskipun keduanya dalam jurusan yang sama, yaitu fashion designer. Yang pertama, ia berkesempatan untuk menuntut ilmu di New York. Yang kedua, gadis itu berkesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Inggris. Kedua negara tersebut merupakan negara yang menjadi favorite Clara. Kedua universitas yang memberikan beasiswa kepadanya juga termasuk kedalam jajaran universitas dengan jurusan dibidang fashion disigner terbaik di dunia.
Disisi lain Clara juga ingin tetap menetap di tanah air. Bukan hanya karena pisah dengan kedua orang tuanya yang menjadi kendala, tetapi suasana dan teman-temannya juga membuat Clara berat untuk mengambil salah satu kesempatan tersebut. Perihal kedua orang tua, bisa saja mereka akan datang mengunjugi Clara suatu saat ketika Clara sudah resmi melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Tetapi bagaimana dengan teman-temannya yang berada disini, dan juga ia pasti akan sulit untuk beradaptasi disana karena sudah terbiasa dengan suasana di kota dan negara yang sangat dicintainya.
"Claraaaa!!!" teriak Karine, sahabat Clara sukses membuat lamunannya buyar. Clara menoleh lalu tersenyum kepada Karine.
"Ngapain lo sendirian disini?" tanya Karine menatap Clara yang duduk.
"Hmm," Clara mendongak. "Gak papa, kok. Lagi pengen liatin senja doang." Gadis itu berusaha tersenyum lalu mengarahkan pandangannya kedepan.
Karine yang masih berdiri, mulai duduk mengambil tempat disamping Clara. "Gak usah bohong deh, Ra." Karine menoleh, menatap sahabat baiknya itu. "Gue kenal lo udah dari kecil, dan gak mungkin gue gak tau lo gimana. Gue udah hafal banget sama lo."
Clara menghembuskan napasnya pelan, lalu menatap gadis yang berada disampingnya.
"Ada apa?" Karine mengusap lembut bahu sahabatnya. "Ayo sini coba cerita sama gue."
Akhirnya Clara menceritakan perihal kebingungannya untuk melanjutkan pendidikannya, tentang dua beasiswa yang membuatnya galau harus memilih yang mana.
"Lo ambil aja, Ra, salah satunya," ucap Karine menanggapi. "Sayang kalo lo gak ambil. Ini kesempatan besar buat lo, juga itu kan jurusan yang lo suka dan yang lo mau.
"Iya sih, gue mau banget, Rin. Apalagi ini kan lolosnya dijurusan yang gue pengen."
"Yaudah, trus kenapa lo masih bingung dan ragu?"
"Gue takut belum siap, Rin," tutur gadis itu. "Gue takut aja buat ninggalin Indonesia dan semuanya yang ada disini."
"Pelan-pelan lo pasti bisa beradaptasi kok, Ra, disana." Karine tersenyum. "Gue yakin."
"Tapi, Rin-"
"Udah," ucap Karine. "Ikuti apa kata hati lo, Ra." Ia tersenyum sambil mengusap lembut bahu sahabatnya itu.
Clara hanya diam mengangguk.
"Lo udah cerita sama mama papa?"
"Udah."
"Trus apa tanggapan mama sama papa lo?"
"Ya mama papa sih terserah gue aja, karna juga yang jalanin gue," jawab Clara. "Jadi ya, mama sama papa gue ngikut aja."
![](https://img.wattpad.com/cover/90783849-288-k438570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Teen Fiction"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...