Author's POV
Dava yang duduk bersama Aldrian sedang menatap buku yang berada diatas mejanya. Sudah beberapa menit berlalu, tapi lelaki itu seperti tidak niat untuk belajar saat ini.
Aldrian dan Kevin selaku sahabat Dava sedari mereka menginjak jenjang Taman Kanak-kanak pun sebenarnya tau apa yang sedang mengganggu sahabat mereka itu.
Kevin yang duduk diseberang samping Dava pun menjadi bersura. "Dav, lo oke kan?" tanya Kevin pelan sambil menyentuh bahu Dava.
Dava tertawa remeh, lelaki itu menatap Kevin tajam. "Maksud lo? Gue masih suka gitu sama dia?" Pertanyaan Dava lagi-lagi diselingi tawa, ia masih tidak percaya akan ucapan Kevin yang sedikit banyak membuatnya tersinggung dan tidak terima. "Gak akan, Vin! Sedikit pun enggak." Dava menekan setiap kata yang ia lontarkan agar Kevin mengerti. "Gue cuma kaget aja tiba-tiba dia nongol." Dava membuang muka seraya tersenyum mengejek.
"Bagus deh, Dav, kalo gitu," jawab Aldrian.
"Lagian gue sekarang udah punya Clara yang--"
"Bentar-bentar--" potong Kevin.
"Lo berdua udah jadian?" sambung Aldrian juga yang terkejut.
"Belum, sih." Dava menyengir. "Ya lo berdua doain aja, deh. Biar gue sama Clara bisa jadian."
"So pasti, Dav!" ucap Kevin turut senang melihat sahabatnya bahagia.
"Yoi, bro!" Aldrian pun menepuk bahu Dava pelan.
"Tapi, kalo udah jadian, jangan lupa makan-makannya ya, bro!" Lalu Kevin menyengir.
"Iya, bener banget tuh! Gue setuju!" sambung Aldrian semangat.
"So pasti dong," ucap Dava setuju. "Ntar gue traktir. Tapi harus ada pasangan. Biar kita couple semua." Lalu Dava tertawa. Dan Aldrian turut ikut tertawa karena mengerti maksud ucapan Dava.
"Dih, apaan. Lo berdua bener-bener ya! Trus gue gimana?"
Dava dan Aldrian tak kuasa menaha tawa membayangkan nasib Kevin.
"Makanya, jangan games mulu yang lo perhatiin!" ledek Aldrian.
"Sesekali boleh, lagi, perhatiin cewek," sambung Dava.
Lagi-lagi Aldrian dan Dava tertawa. Walau volume tertawa mereka kecilkan karena guru bidang studi mereka sedang menulis dipapan tulis.
Tanpa mereka sadari, ada seorang gadis yang sedang memperhatikan mereka bertiga dari jarak yang tidak begitu jauh. Gadis itu sibuk memperhatikan tiga orang lelaki yang sedang bercengkrama pelan sambil diselingi tertawa pelan. Terutama gadis itu fokus memperhatikan Dava.
Gadis itu mencoba mendekati meja Dava dan Aldrian.
"Hai-- Dava!" sapa gadis itu dengan sedikit ragu.Dava yang mendengar itu, seketika senyumannya luntur. Lelaki itu tidak memperdulikan gadis yang berada dihadapannya.
"Dav, aku mau--"
"Bu!" Dava mengacungkan tangan kanannya. Sang guru yang sedang menulis dipapan tulis menoleh kebelakang, melihat Dava.
"Iya, kenapa?" jawab sang guru begitu melihat Dava. "Itu kamu kenapa disana?" tanyanya ketika melihat seorang gadis yang sedang berdiri berada didepan meja Dava yang tidak lain tidak bukan adalah Nathly.
"Saya-- Hm--" Nathly seperti kebingungan. "Mau perbanyak teman aja, bu."
"Bu?" panggil Dava lagi.
"Eh iya. Tadi kenapa kamu manggil? Ada apa?"
"Saya permisi ke toilet ya, bu?"
"Oh, silahkan. Jangan lama-lama ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Novela Juvenil"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...