Author's POV
Karine masih saja terus menangis tanpa henti setelah mengetahui sahabatnya, Clara hilang ditengah hutan. Pikiran gadis itu hanya kepada Clara.
Bagaimana keadaan Clara saat ini? Bagaimana Clara melewati malam? Bagaimana Clara menghadapi rasa takutnya terhadap kegelapan?
Semua itu menghantui pikiran Karine. Gadis itu cemas dan panik memikirkan Clara. Air matanya tak henti keluar dan membasahi pipi."Udah, kamu tenang dulu ya." Aldrian merangkul Karine, mengelus pelan lengan atas gadis itu. "Dava juga hilang, Rin. Kali aja mereka ketemu, kan?"
"Gimana aku bisa tenang, Al?" Karine menoleh. "Clara didalam hutan. Iya kalo dia ketemu Dava, kalo engga? Dia sendirian. Malam gini. Dia takut gelap, Al. Aku yakin pasti dia sekarang ketakutan trus nangis didalem hutan." Karine masih saja menangis.
"Iya, aku tau. Tapi kan kita semua udah coba buat nyari tadi."
"Tapi gak ketemu, Al." Karine menutup wajah dengan kedua tangannya. Lalu kembali menangis.
Aldrian masih berusaha menenangkan pujaan hatinya yang sedang bersedih. "Kamu doain Clara, Doain dia baik-baik aja."
"Pasti."
"Juga doain Dava."
"Semoga aja mereka bener-bener ketemu didalem hutan sana."
"Oke, pencarian Clara dan Dava kita hentikan dulu ya," ucap Dino pada seluruh siswa dan siswinya.
"Tapi, pak, gak bisa apa kita cari lagi?" Karine bersuara dengan nada khas orang yang sedang menangis.
"Hari sudah mulai malam, Karine. Kalau kita paksa mencari saat ini juga, tidak baik. Karna sudah sangat malam."
"Trus gimana dengan nasib mereka, pak?"
"Besok pagi kita lanjutkan, ya, nak." Wanda mencoba untuk menenangkan Karine yang masih menangis.
Aldrian masih setia menemani sang kekasih yang masih dalam keadaan menangis. Lelaki itu tau betul bagaimana perasaan Karine saat ini. Tapi apa boleh buat? Aldrian pun mengkhawatirkan Dava. Begitu juga dengan Kevin. Mereka sudah mencari Dava dan Clara kedalam hutan. Namun hasilnya nihil. Kedua manusia yang sedang dicari tersebut tidak dapat ditemukan.
"Apa kita telfon aja ya, orang tua dari Clara dan Dava?" tanya Dino pada seluruh guru yang sedang berkumpul.
"Sebaiknya jangan dulu, pak. Sebab yang pasti mereka bakal panik dan bisa saja langsung menuju kesini." Wanda mencegah.
"Benar yang dikatakan bu Wanda, pak. Sebaiknya kita cari mereka lagi besok. Jika memang tidak ada perubahan, saya rasa memang harus menghubungi kedua orang tua mereka," sambung salah satu guru yang sedang berkumpul.
Disisi lain terlihat Aldrian dengan sepiring nasi ditangannya.
"Rin, ayo kamu makan dulu." Aldrian mulai menyodorkan sendok yang berisi nasi ke mulut Karine.
Karine menggeleng dan membuang wajahnya. "Aku gak mau makan, Al," ucap Karine masih larut dalam kesedihan karena Clara yang belum ditemukan.
"Kamu belum makan dari tadi. Ntar kamu sakit."
Karine menatap Aldrian. "Clara gimana, Al? Apa dia udah makan? Apa dia gak kelaparan?" Air mata Karine jatuh kembali membasahi pipi. "Aku gak tau kondisinya, Al." Gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Aldrian meletakkan piring yang berisi nasi tersebut disampingnya. Lelaki itu mengusap pelan bahu Karine. Bermaksud untuk membuat sang pujaan hati lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope You Know
Jugendliteratur"Siapa?" "Dava." Aku hanya menundukkan kepalaku kebawah. Gadis dihadapanku kini terkejut dan tidak percaya dengan jawaban yang kukatakan. _________________________________ Clara dan Dava selalu berselisih faham. Tidak jarang mereka bertengkar. Namun...