Tears of Wedding

1.2K 134 12
                                    

Gaun pernikahan melekat dengan sempurna di tubuh ramping Yoona. Sekarang ia hanya tinggal menunggu Donghae, kakaknya, untuk menemuinya. Sesekali Yoona akan melihat jam dinding yang menggantung di ruangan yang ia tempati sekarang ini.

Kedua tangan Yoona yang berbalut sarung tangan tipis warna putih gading saling menggenggam satu sama lain. Sungguh, Yoona sangat gugup sekarang ini. Ah, ia hanya berharap acara pernikahannya berjalan dengan lancar.

Suara pintu yang diketuk sedikit mengejutkan Yoona yang sejak tadi tengah melamun. Tampak sosok cantik menyembulkan kepalanya. Dia tersenyum sangat lebar sebelum memasuki ruangan itu dan menutup pelan pintunya. Tangannya melambai pada Yoona yang duduk di sebuah sofa.

"Apakah kau gugup?" tanya sosok itu. Shin-Hye. Saudara sepupu Yoona. Tak ada jawaban selain anggukan kepala yang Yoona berikan.

Shin-Hye memandang lurus ke arah Yoona. Terlihat lebih serius dari yang tadi. "Aku ingin mengatakan suatu hal padamu sebelum kau menikah."

"Katakan saja, Kak. Apa itu?"

"Jung Yonghwa, calon suamimu itu. Aku mencintainya, Yoona. Aku sangat dan sangat mencintainya," kata Shin-Hye dengan nada setenang mungkin.

Mata Yoona membulat sempurna. Ia tak menyangka pernyataan itulah yang akan muncul dari mulut kakak sepupunya. Mulut Yoona sudah terbuka, ingin mengatakan sesuatu. Tapi ia merasa suaranya hilang. Pernyataan itu benar-benar mengejutkannya. Bagaimana bisa kakak sepupunya mencintai calon suaminya?

"Kau, menyayangiku, 'kan?" Pandangan sendu Shin-Hye arahkan pada Yoona. "Aku mohon, untuk sekali ini saja. Batalkan pernikahanmu dengan Yonghwa. Aku mohon, untuk terakhir kalinya. Biarkan aku menjadi pengantin Yonghwa."

Yoona berdiri, memandang Shin-Hye tak percaya. Airmata mulai turun membasahi pipinya yang sudah diberi riasan tipis.

"Tidak, Kak," ujar Yoona tegas sembari menggelengkan kepalanya. "Aku tidak akan membatalkan pernikahanku. Aku tidak akan membiarkanmu menjadi pengantin Yonghwa. Aku tidak bisa melakukannya."

Yoona menundukkan kepalanya. Wajahnya kini terlihat sedikit kacau. Bunga yang sejak tadi berada dalam genggaman hangat Yoona kini teronggok nista di lantai. Yoona mengusap wajahnya frustrasi.

"Aku memang menyayangimu, Kak Shin-Hye. Tapi bukan berarti aku akan menuruti keinginanmu itu. Tidak, tidak akan pernah aku lakukan."

Shin-Hye meringis pelan. Merasakan sakit di dadanya. Ia jatuh di lantai bersamaan dengan ibu Yoona yang datang dengan ibu Shin-Hye. Kedua wanita paruh baya itu memekik pelan. Yoona berteriak, menyerukan nama Shin-Hye.

Masih dengan gaun pengantinnya, Yoona menatap iba ke arah Shin-Hye. Keadaan gadis itu amat sangat menyedihkan. Sekuat tenaga ia mengumpulkan keberaniannya.

"Jung Yonghwa, aku minta kau menikah dengan kak Shin-Hye."

"Apa katamu?" Yonghwa yang berada di ruangan itu tentu terkejut dengan permintaan Yoona. Lelaki itu menarik Yoona keluar ruangan. Dan ia melihat Yoona menangis di hadapannya. "Apa yang kau katakan?"

"Nikahi kak Shin-Hye, aku mohon."

"Dengar, Yoona. Aku tidak mungkin menikahi orang lain setelah kita berhasil memperjuangkan hubungan kita sampai di sini."

"Perjuanganku mendapatkan hatimu. Perjuangan kita mendapatkan restu orang tua kita. Itu bukanlah suatu kemudahan, Yoona. Kini, kita akan menikah dan kau menyuruhku menikah dengan kakak sepupumu? Apa kau sudah gila?!"

Yoona memeluk erat Yonghwa. Mencengkeram jas putih lelaki itu. Menghirup dalam-dalam aroma yang begitu khas menguar di tubuhnya.

"Aku tidak tega melihatnya seperti itu."

"Dan kau tega menghancurkan hubungan kita?"

"Maafkan aku, Yonghwa."

***

Siswa dan siswi SMA Kirin yang datang hari itu merasa heran dengan pengantin wanita yang sedang berjalan menuju altar bersama pria paruh baya yang kemungkinan adalah sang ayah. Senyuman wanita itu sangat lebar. Seakan dunia kini menjadi miliknya. Berbahagia untuk pernikahannya hari ini.

"Apa yang terjadi?"

"Bukankah seharusnya yang menikah itu guru Im?"

"Lalu, kenapa malah wanita itu yang muncul?"

"Apakah pernikahannya akan digabung?"

"Tapi aku perhatikan, sepertinya lelaki yang mengenakan setelan jas di ujung altar sana adalah calon suami guru Im."

"Oh, pasti ada yang salah di sini."

Pertanyaan dan pernyataan itu muncul bukan hanya dari mulut murid-murid Yoona yang sengaja diundang di acara pernikahannya. Akan tetapi juga dari rekan-rekan Yoona sesama guru. Mereka merasa heran dan bingung dengan apa yang terjadi hari ini. Semuanya tak sesuai dengan apa yang mereka perkirakan.

Ya, Yoona memang seorang guru, dan dia mengabdikan dirinya di SMA Kirin. SMA yang cukup elit di daerah tersebut. Merupakan kebanggan tersendiri bagi Yoona dapat mengajar di SMA tersebut.

Sedikt jauh dari tempat itu, Yoona berdiri dengan mengenakan gaun selutut warna kuning yang dipadupadankan dengan kardigan warna hitam. Tatapan mirisnya mengarah pada wanita yang sedang mengucapkan janji suci pernikahan itu.

Seharusnya Yoona yang ada di sana. Mengenakan gaun rancangannya sendiri. Mengucapkan janji suci pernikahan dengan Yonghwa. Mengulas senyuman lebar pada tamu undangan yang datang.

Namun, semua itu hanya tinggal angan-angannya saja. Semuanya telah hancur saat Yoona mendengar dari mulut Shin-Hye yang mengatakan bahwa ia mencintai Yonghwa. Yoona tidak tahu sehancur apa hatinya kala itu. Akan tetapi, Yoona tak bisa melakukan apa-apa selain merelakan semuanya untuk kakak sepupunya. Yoona merelakan acara yang telah ia persiapkan sejak jauh-jauh hari berantakan hanya demi melihat senyuman bahagia di wajah Shin-Hye.

Pertahanan Yoona yang semakin terkikis akhirnya hancur. Ia memeluk ibunya dari samping. Menyembunyikan wajahnya di balik punggung wanita paruh baya itu. Tubuh Yoona mulai bergetar. Dan kristal cair berwarna bening itu turun dengan derasnya.

"Kau boleh pergi, Sayang," ujar ibu Yoona sembari mengusap bahu Yoona yang semakin bergetar hebat. Yoona pun segera berlari pergi dan meninggalkan acara itu.

Yonghwa menatap sendu Yoona yang berlari pergi meninggalkan acara. Sungguh, jika Shin-Hye tidak mengidap penyakit yang mematikan, sudah dipastikan Yonghwa akan mengajak Yoona kabur. Tak peduli pada gadis Im itu yang menyuruhnya tetap menikahi Shin-Hye apapun yang terjadi.

Seorang pria paruh baya menepuk pundak anaknya yang datang sebagai tamu istimewa. "Mungkin inilah yang terbaik," sang anak menatap ayahnya, "sekarang juga, lakukan apa yang seharusnya kau lakukan dari dulu." Pria yang merupakan relasi bisnis ayah Yoona itu kembali menepuk pundak anak sulungnya. "Pergi, dan segera susul dia, Ji Chang-Wook."

Pemuda bernama Chang-Wook itu mengangguk singkat dan berlari menyusul Yoona. Gadis yang ia cintai pada pandangan pertama sekitar lima tahun yang lalu.

"Jangan menangis lagi," lirih Chang-Wook. Seorang tentara berpangkat 'Letnan' itu segera merengkuh tubuh Yoona setelah berhasil menemukan sosoknya. Ia semakin mengeratkan pelukannya. "Kau..."

Perlahan Yoona membalikkan badannya. Memeluk Chang-Wook sangat erat. Menumpahkan segala kesedihannya. Chang-Wook yang mengerti keadaan Yoona tidak melakukan apa-apa selain mengusap punggungnya.

"...Memang dari awal seharusnya menjadi milikku."

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang