Forever Love

245 28 1
                                    

Jasper menuangkan air panas ke dalam cangkir berisi bubuk kopi instan. Ia baru saja pulang dari kantornya. Apartemennya tampak lebih rapi dari sebelum ia berangkat tadi pagi.

Pelukan hangat seseorang dari belakang tubuhnya membuat Jasper merasakan kenyamanan. Aroma khas yang begitu lembut itu masuk ke dalam indera penciuman Jasper. Kedua mata Jasper terpejam. Menikmati dekapan dari kekasihnya.

Im Yoona.

Mengulas senyumannya, Jasper menggenggam tangan kecil yang memeluknya. Dan saat ia membuka matanya, tak ada sosok Yoona yang memeluknya. Gadis itu tidak ada bersamanya sekarang ini.

Dengusan kasar lolos begitu saja dari mulut Jasper. Pria itu mengyeruput kopinya. Rasanya biasa saja. Tidak seenak kopi buatan Yoona. Oh, Jasper benar-benar merindukan Yoona sekarang ini.

.

***

.

Sudah lewat tengah malam. Namun Jasper masih sibuk dengan pekerjaannya. Memang hari ini ia membawa pulang pekerjaan di kantornya. Sebenarnya tidak harus diselesaikan secepatnya, akan tetapi Jasper agar semuanya cepat selesai.

Jasper melepaskan kacamatanya. Memijit pelan pangkal hidungnya. Lalu bersandar di kursinya. Mengistirahatkan sejenak otot-otot di tubuhnya yang terasa agak kaku.

Seseorang mengusap kedua pundak Jasper. Begitu lembut dan membuat Jasper merasa lebih rileks. Aroma khas mawar tercium sangat jelas. Dan Jasper tahu siapa pemiliknya.

Tangan Jasper terangkat. Mengusap tangan halus itu dengan lembut. Jantungnya berdegup sangat cepat. Degupan yang sama saat kulitnya bersentuhan dengan Yoona.

Ketika membuka kedua matanya, lagi-lagi Jasper tidak mendapati siapapun di sana. Tak ada Yoona di dalam kamar apartemennya yang sedang mengusap lembut bahunya.

Menghela nafas. Ini sudah kali ke sekian. Jasper kembali berhalusinasi tentang Yoona. Segala hal tentang gadis itu memang membuat Jasper gila.

Sepertinya sudah waktunya bagi Jasper untuk istirahat. Setelah mematikan dan menutup laptopnya, pria itu beranjak menuju ranjang berukuran besar. Ia memandangi sejenak jam waker di atas nakasnya sebelum mematikan lampunya. Jam itu adalah pemberian Yoona sebelum perpisahan mereka setahun yang lalu.

.

.

.

-SKIP-

.

.

.

“Kau kenapa lagi, huh?”

Jasper tidak menjawab pertanyaan Andy, kakaknya. Hanya mengabaikan pria yang telah menikah dan dikaruniai dua orang anak itu. Merasa percuma saja jika menjawab pertanyaannya.

“Masih memikirkan Yoona?”

Helaan nafas Jasper terdengar berat. Dan Andy tahu apa maksudnya itu. Jasper pasti kembali memikirkan gadis yang menjadi mantan kekasihnya. Kendati sudah berlalu selama setahun, tapi sepertinya Jasper belum bisa melupakan sosok Yoona. Padahal yang meminta putus waktu itu adalah Jasper sendiri.

Alasan Jasper mengakhiri hubungan yang sudah terjalin selama tujuh tahun itu adalah karena kesibukan masing-masing yang menyulatkan mereka untuk bertemu bahkan berkomunikasi pun sangat jarang.

“Mungkin aku akan menyerah,” kata Jasper malas.

“Apa maksudmu?”

“Perjodohan yang ayah tawarkan padaku, Hyung ingat, ‘kan?”

Salah satu alis Andy terangkat. “Kau akan menerimanya?”

Jasper mengangkat bahunya tak acuh. “Aku tidak bisa seperti ini serus, ‘kan?”

Andy membiarkan Jasper meninggalkannya di ruang keluarga di mansion keluarga Liu. Pria itu sebenarnya merutuki sikap adiknya sekarang ini. Dia yang mengakhiri hubungan cintanya, dia juga yang menyesal. Cih!

.

***

.

Yoona merapikan penampilannya saat keluar dari taksi. Ia tidak sedang ada janji bertemu seseorang. Hanya sekadar ingin menikmati secangkir teh hijau dan kue mochi di salah satu kafe yang sering didatanginya.

Hari ini adalah hari keenam musim salju. Dan sekarang salju turun secara perlahan. Memberikan hiasan warna putih di sepanjang jalan yang ia lalui.

Sesampainya di depan pintu kafe itu, Yoona berniat membukanya. Dan bertepatan dengan sesorang yang juga memegang gagang pintu kaca tersebut.

Kedua orang itu saling berpandangan. Mereka terdiam sejenak.

“Yoona,” panggil orang itu.

Seulas senyum tercipta di wajah Yoona. “Oppa...”

Dan akhirnya Yoona serta lelaki yang tak lain adalah Jasper memutuskan untuk duduk satu meja. Jasper merasa cukup senang secara kebetulan bertemu dengan Yoona di tempat yang dulu sering menjadi tempat mereka berkencan.

“Aku menyesal telah mengakhiri hubungan kita. Aku tersiksa setelah kau pergi dari hidupku. Dan aku ingin kita kembali menjalin hubungan seperti dulu lagi,” ujar Jasper seraya menggenggam kedua tangan Yoona.

Mendengar itu, Yoona tersentak. “O-oppa...”

“Aku takkan mengulangi kesalahan yang sama padamu. Aku serius, Yoona.”

“Mianhae...” ucapan Yoona menggantung, “Oppa.” Perlahan ia melepaskan genggaman tangan Jasper. “Tapi aku tidak bisa kembali padamu. Aku sudah dijodohkan oleh orang tuaku. Dan aku menerimanya.”

Jasper mengangguk. Ia tersenyum miris. Ada kalimat yang ingin ia ucapkan, tapi rasanya sulit sekali untuk dikeluarkan. Jadi, hanya menahannya untuk ia simpan di dalam hatinya.

‘Bolehkah aku berharap jika yang dijodohkan denganmu adalah aku?’

Tiba-tiba saja Jasper ingin tertawa dengan pemikirannya sendiri. Itu adalah suatu kemustahilan bagi dirinya. Tapi... Jasper berharap jika kemustahilan itu bisa menjadi kenyataan.

“Minggu lalu dia sudah melamarku, dan kemarin adalah acara pertunangan kami.”

Hancur sudah harapan Jasper. Harapannya musnah. Jasper berpikir mungkin ini adalah takdir Tuhan yang harus diterimanya. Tuhan tidak mengizinkannya bersatu dengan Yoona.

Dulu Jasper diberikan kesempatan untuk bersama Yoona, namun hubungan mereka hanya sebatas pasangan kekasih. Walau bukan sebentar, nyatanya tujuh tahun yang dilalui seperti tak pernah ada artinya. Dan sekarang, Jasper harus merelakan Yoona berbahagia dengan lelaki lain.

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang