Always In My Heart

391 48 8
                                    

Oppa yakin akan pergi?” tanya Yoona yang seakan tidak rela Yunho pergi meninggalkannya.

Yunho mengusap lembut pipi Yoona. “Ini sudah tugasku sebagai pengabdi negeri, Sayang.”

Lelaki itu mengecup kening Yoona dengan sayag cukup lama. “Jaga diri baik-baik selama Oppa pergi.”

Oppa janji akan kembali padaku, ‘kan?”

Oppa janji akan kembali padamu,” ujar Yunho sembari mengulas senyumannya, “karena pada saat itu tiba, Oppa akan menikahimu.”

“Tepati janjimu itu, Oppa,” kata Yoona yang perlahan menarik kedua sudut bibirnya membentuk senyuman. “Aku akan menunggu Oppa kembali.”

Nde.” Yunho menarik Yoona dalam pelukan hangatnya.

.

.

.

-SKIP-

.

.

.

Sudah satu bulan ini Yunho pergi mengemban tugasnya sebagai seorang tentara. Rasa rindu itu mendera Yoona. Kerap kali ia melamun saat tak ada kegiatan. Memikirkan kiranya apa yang dilakukan oleh Yunho. Lalu apakah lelaki itu baik-baik saja selama bertugas di negara asing yang sedang terlibat konflik.

Yoona tersentak saat mendengar ponselnya berbunyi begitu nyaring. Senyumannya mengembang saat nama Yunho tertera di layar ponselnya. Segera Yoona menjawab panggilan itu.

Yeoboseyo...”

Dan seketika senyuman Yoona musnah saat itu juga. Kedua matanya berlinangan airmata. Tubuhnya merosot ke bawah seiring dengan tangisannya yang pecah.

.

***

.

Yoona melihat sosok Yunho yang terbujur kaku tak bernyawa dengan luka tembak di lengan kanannya. Tak ada kata yang keluar dari mulut gadis cantik itu sama sekali. Dia hanya diam. Dengan tangisan yang tak kunjung reda.

“Tabahkan hatimu, Yoona,” lirih Yuri sambil memeluk tubuh Yoona yang bergetar hebat, “mungkin ini sudah menjadi takdir Tuhan.”

Detik berikutnya terdengar pekikan dari Yuri saat merasa tubuh Yoona lemas dan ambruk di pelukannya. Yuri tahu Yoona sangat terpukul dengan apa yang terjadi pada Yunho. Kepergian Yunho yang mendadak memberikan efek yang begitu luar biasa bagi sang tunangan.

.

***

.

“Setelah lulus SMA, Oppa mau melanjutkan kuliah di mana?”

“Oppa tidak akan lanjut kuliah,”

“Lalu?”

“Oppa akan sekolah di akademi kemiliteran.”

“Oppa ingin jadi tentara?”

“Ya, bukankah itu sangat keren?”

“Sejak kapan Oppa ingin jadi tentara? Bukankah dulu cita-cita Oppa ingin jadi seniman?”

“Tentara itu mengabdi untuk negeri. Oppa ingin menjadi salah satu pengabdi negeri ini. Dan lagi, jika Oppa menjadi tentara akan lebih mudah untuk melindungimu.”

Ingatan akan percakapan Yoona dengan Yunho saat di mana lelaki itu menyelesaikan Ujian Negara kembali terngiang. Dan lelehan bening itu kembali meluncur dengan bebasnya. Membasahi wajah Yoona. Matanya semakin sembab, karena airmata tak jua berhenti mengalir.

Yoona sangat menantikan kepulangan Yunho setelah sebulan lamanya tak berjumpa. Yoona sangat ingin melihat Yunho kembali padanya. Saat di mana lelaki itu tersenyum dan memberikan pelukan hangan serta ciuman peuh kasih sayang di keningnya.

Yunho memang kembali. Ya, lelaki itu menepati salah satu janjinya. Sejak dulu memang Yunho adalah lelaki yang konsisten dan bertanggung jawab. Ia akan menepati semua janji yang telah ia ucapkan.

Akan tetapi, janji Yunho untuk menikahi Yoona tak ditepati.

Konflik negara menyebabkan terjadinya perang. Sebagai pengabdi negara, Yunho ikut serta membela negaranya. Dan dia gugur saat di medan perang ketika melawan musuh.

Oppa...”

.

.

.

-SKIP-

.

.

.

Melalui upacara kemiliteran, peti jenazah Yunho perlahan dimasukkan ke dalam liang lahat. Beberapa rekan seperjuangan, atasan hingga bawahan turut menghadiri upacara pemakaman tersebut. Keluarga dan kerabat dekat juga hadir di sana, termasuk orang tua Yunho. Begitu juga dengan Yoona yang juga memaksa datang ke pemakaman meski kondisinya sangat lemah.

Satu persatu pelayat yang datang meletakkan setangkai bunga mawar putih sebagai persembahan terakhir mereka pada Yunho. Setalah itu mereka pergi meninggalkan pemakaman tersebut.

Yoona melangkah dengan gontai menuju pusara lelaki yang sangat dicintainya itu. Ia masih menangis. Tak peduli jika penampilannya saat ini tampak begitu menyedihkan. Perlahan ia meletakkan setangkai mawar merah di atas tumpukan mawar putih.

“Semoga kau tenang di alam sana, Oppa,” suara Yoona terdengar parau.

Yuri yang ada di samping Yoona merangkul dan menggenggam lembut tangan Yoona. Memberikan kekuatan agar Yoona tabah dan kuat menghadapi jalan takdir yang sudah digariskan oleh Tuhan.

“Aku tahu, sekarang dunia kita tak lagi sama.”

Angin musim gugur itu berhembus. Memberikan sensdi dingin yang menyayat hati bagi Yoona. Di tengah area pemakaman ini, ia berdiri di depan pusara sang tunangan bersama dengan Yuri. Tak ada lagi orang selain mereka di tempat itu.

“Dunia kita sudah berbeda.” Kesedihan begitu jelas terpancar dari wajah Yoona. “Dan janji-janji yang kita sepakati dulu, serta masa depan indah yang kita impikan sudah sirna.”

Yoona membiarkan airmatanya terus mengalir tanpa ada niatan untuk mengahpusnya. Ia lalu menyandarkan kepalanya di pundak Yuri yang senantiasa berada di sampingnya. Saudara kembar Yunho itu memang sudah seperti kakak bagi Yoona. Dan Yoona beruntung memilikinya.

“Akan tetapi, Oppa harus tahu. Kalau aku tidak akan pernah melupakan Oppa. Aku akan selalu setia pada Oppa dan menjaga janji kita.” Yoona mengulas senyuman getir. Tangannya merangkul pinggang Yuri. Mencari ketenangan dan kekuatan dari sana. “Apapun yang terjadi, Oppa akan selalu ada di dalam jiwaku.”

SaranghaeOppa...”

‘Nado saranghae, Yoona.’

.

.

.

-THE END-

• Short Story •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang